PENDAHULUAN
Sayuran indigenous merupakan sayuran asli
daerah yang telah banyak diusahakan dan
dikonsumsi sejak zaman dahulu atau sayuran
introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal
masyarakat di daerah tertentu (Kusmana dan
Suryadi, 2004).
Berdasarkan penelitian Manurung et al. (2007),
terdapat beberapa sayuran indigenous yang
berpotensi dikembangkan di bawah naungan dengan
tingkat naungan sedang, diantaranya adalah bayam,
kangkung, terung, cabai, tomat, kacang panjang, dan
katuk. Dengan demikian, sayuran indigenous yang
baik dikembangkan di bawah naungan akan
meningkat pertumbuhan dan produksinya sehingga
nantinya akan menjadi sayuran yang bernilai
komersial.
Sebagian besar petani memiliki pengetahuan
dan pengalaman untuk mem-budidayakan sayuran di
lahan tanpa naungan. Meskipun demikian, Wijaya et
al. (2007) menyatakan bahwa hanya 11% petani
yang memiliki pengalaman untuk membudidayakan
sayuran dengan sistem dudukuhan. Sistem
dudukuhan merupakan nama lokal dari sistem
agroforestry yang berada diKecamatan Nanggung,
1
2
46
47
pohon
tidak nyata terhadap semua peubah
pertumbuhan Katuk (tinggi, diameter batang,
panjang daun, lebar daun, jumlah cabang, dan
jumlah daun). Pengaruh naungan pada Sambung
Nyawa sangat nyata terhadap peubah diameter
batang, nyata terhadap peubah panjang daun, lebar
daun, dan panjang tangkai daun, namun tidak nyata
terhadap peubah tinggi tanaman. Diameter, panjang
daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun di lahan
ternaungi lebih besar dibanding di lahan tanpa
naungan.
Pengaruh naungan pada Kenikir sangat nyata
terhadap peubah jumlah daun, namun tidak nyata
terhadap peubah lainnya (tinggi, diameter batang,
panjang daun, dan lebar daun). Jumlah daun Kenikir
pada lahan ternaungi lebih banyak dibanding di lahan
tanpa naungan, berturut-turut adalah 25.8 dan 23.7
daun. Pengaruh naungan pada Kemangi sangat nyata
terhadap peubah diameter batang, namun tidak nyata
terhadap peubah lainnya (tinggi, panjang daun, dan
lebar daun). Diameter tanaman di lahan ternaungi
lebih besar dibanding di lahan tanpa naungan,
berturut-turut adalah 0.35 cm dan 0.28 cm.
Pengaruh naungan tidak nyata terhadap semua
peubah pertumbuhan tanaman Pohpohan (tinggi,
diameter batang, panjang daun, lebar daun, panjang
tangkai daun, dan jumlah cabang). Pengaruh
naungan juga tidak nyata terhadap semua peubah
pertumbuhan tanaman terubuk (tinggi, diameter
batang, panjang daun, lebar daun, dan panjang ruas).
Pada pertumbuhan tanaman, tinggi dan
diameter tanaman Daun Ginseng dan Sambung
Nyawa pada lahan ternaungi lebih tinggi dibanding
di lahan tanpa naungan. Hal tersebut disebabkan
pertumbuhan tanaman yang ternaungi dan
memperoleh intensitas cahaya yang rendah akan
mengalami etiolasi (pemanjangan batang atau ruas
tanaman). Pemanjangan batang (etiolasi) terjadi
karena perusakan auksin karena cahaya yang lebih
sedikit pada tegakan yang ternaung (Gardner et al.,
1991). Menurut Sopandie et al. (2003), genotipe padi
gogo toleran memberikan respon terhadap naungan
dengan meningkatkan panjang ruas batang sehingga
tinggi tanaman bertambah.
Tanaman Beluntas, Kedondong Cina, Daun
Ginseng, dan Sambung Nyawa pada lahan ternaungi
memiliki ukuran daun yang lebih panjang, lebar dan
tipis dibanding peubah yang sama di lahan tanpa
naungan. Heddy (1989) menyatakan bahwa tanaman
yang hidup pada kondisi ternaungi akan memiliki
struktur daun yang lebih besar, tipis, dan daunnya
keputih-putihan tanpa klorofil yang cukup.
Tabel 1. Pengaruh naungan tegakan pohon terhadap pertumbuhan beberapa tanaman sayuran indigenous
pada 7 MST
Tanaman
Mangkokan
Beluntas
Kedondong Cina
Daun Ginseng
Katuk
Sambung Nyawa
Kenikir
Kemangi
Pohpohan
Terubuk
Peubah
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Cabang (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Cabang (cm)
Jumlah Cabang (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Daun (cm)
Jumlah Cabang (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Daun
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Tinggi (cm)
Diameter Batang cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Tangkai Daun (cm)
Jumlah Cabang
Tinggi (cm)
Diameter Batang (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Panjang Ruas (cm)
Naungan
12.591.58
0.470.05
3.720.46
4.440.81
2.280.42
34.055.77
0.360.07
6.01*0.71
3.160.52
8.351.54
12.281.33
0.480.03
4.86*0.16
2.12*0.09
8.53*0.84
39.32*3.20
0.870.09
10.42**0.97
3.66**0.37
22.75**3.14
11.853.65
38.498.55
0.350.03
5.440.55
2.540.23
13.654.93
2.500.53
35.886.71
0.74**0.02
11.84*1.32
5.42*0.53
2.62*0.31
15.584.94
0.500.22
14.094.67
8.453.67
25.80**1.70
17.203.62
0.35**0.02
4.330.56
1.790.25
14.831.35
0.520.09
1.8890.31
1.481.11
1.0630.80
4.970.85
60.624.48
0.510.03
43.473.56
1.070.09
11.671.12
Tanpa Naungan
14.453.35
0.450.04
3.590.32
4.270.41
2.500.08
30.576.84
0.350.01
4.500.36
2.500.35
12.203.07
16.152.28
0.450.05
3.630.65
1.660.19
6.450.35
26.57b3.14
0.710.15
7.050.90
2.180.36
18.933.03
9.053.19
33.375.66
0.360.07
4.510.45
2.160.09
17.256.01
2.950.99
19.955.39
0.620.03
8.500.63
3.860.41
2.050.07
19.594.91
0.660.05
15.601.59
9.741.17
23.706.12
24.135.53
0.280.02
3.710.59
1.650.25
13.21881.33
0.30.12
1.4460.35
1.090.31
0.4110.08
5.631.36
57.2317.68
0.530.16
40.3314.02
1.260.26
10.192.41
KK (%)
15.25
11.26
7.82
15.17
12.28
15.14
11.46
12.08
16.78
26.36
16.86
7.54
10.71
8.47
9.58
11.38
17.50
4.29
2.03
1.69
21.14v
27.92
10.78
14.14
8.68
21.28v
13.60v
28.18
2.01
13.37
12.85
10.71
16.88v
28.40
28.04
17.25v
14.90v
25.99
5.23
19.24
20.06
8.90
20.47
20.79v
24.92v
22.66v
27.44
17.54
19.71
20.77
11.56
12.44
Keterangan: *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: berbeda sangat nyata pada taraf 1%, v: hasil transformasi
=sqrt(x+0.5)
49
Tabel 2. Pengaruh naungan tegakan pohon terhadap persentase bagian yang dapat dikonsumsi dan
produktivitas beberapa tanaman sayuran indigenous
Tanaman
Mangkokan
Beluntas
Kedondong Cina
Daun Ginseng
Katuk
Sambung Nyawa
Kenikir
Kemangi
Pohpohan
Keterangan:
Peubah
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Bagian dapat dimakan (%)
Produktivitas (kg/ha)
Naungan
54.69
52.09
58.14
592.50
100.80
112.18
68.93
2620.00
45.82
198.89
56.64
2874.10
85.64
656.40
146.96
642.50
105.84
360.50
Tanpa Naungan
52.81
98.13*
38.57
1100.00
49.91
113.33
86.84
1861.30
66.87
249.42
124.01*
3063.80
50.50
1086.80
111.62
734.90
86.65
66.80
KK (%)
16.21
15.77
19.21v
16.80v
20.85
18.90
9.34
23.65v
15.47v
18.62v
19.06
14.70
24.9v
9.27w
22.62
27.99v
16.69
27.19v
Tabel 3. Pengaruh naungan terhadap bobot basah, bobot kering, dan kadar air total beberapa tanaman
sayuran indigenous
Peubah
Mangkokan
Per Tanaman:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Beluntas
Per Tanaman:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Daun Ginseng
Per Tanaman:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Sambung Nyawa
Per Tanaman:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Kenikir
Per Tanaman:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Pohpohan
Per Tanaman:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Per Petak:
Bobot Basah (g)
Bobot Kering (g)
Kadar Air (%)
Naungan
Tanpa Naungan
KK (%)
17.37
2.90
33.08*
31.50**
7.27**
10.81
6.29
7.14
21.39
39.07
12.83
14.08
73.60*
21.70
11.66
15.77
28.50v
15.89
126.27
15.53
31.49
264.47*
51.93**
26.73
20.03
9.19
16.55v
444.40
64.57
20.70
825.00
140.03
15.89
16.80v
19.64v
17.50v
544.23**
59.40*
40.17
273.87
42.33
26.03
5.70
4.84
18.96v
1965.00
211.63
29.53
1396.00
136.87
28.69
23.65v
18.76v
15.47v
765.77*
72.63
32.24
446.30
58.67
21.57
7.03
18.33
18.74
2155.60
348.70
31.39
2297.80
273.00
23.07
14.70
11.45w
28.30
79.33
10.40
36.12
273.40*
53.77**
15.74
14.81
11.41
17.78v
492.30
75.47
29.56
815.10
137.20
15.32
9.68w
15.93w
13.07v
132.33*
16.77
47.10
31.20
4.40
44.53
14.31v
27.68v
25.75
270.37
34.70
28.71
50.10
6.83
50.20
10.36v
28.67u
22.63w
Keterangan: *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: berbeda sangat nyata pada taraf 1%, v: hasil transformasi
=sqrt(x+0.5), w: hasil transformasi =(log(x+1), u: hasil transformasi =(log(x+1)
51
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga, N. 2008. Analisis Keragaman Aksesi
Tanaman Kunyit (Curcuma domestica VAL)
Pada Kondisi Naungan dan Tanpa Naungan.
Skripsi.
Departemen
Agronomi
dan
Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R. L. Mitchell. 1991.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan:
Herawati Susilo. Universitas Indonesia.
Jakarta. 428 hal.