Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

ANALISA SPERMA
(Blok Reproduksi)

DISUSUN OLEH:

L. FEBRYAN C AMALI
H1a011037

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015

PENDAHULUAN
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian yaitu
plasma sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjarkelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan spermatozoa
dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.
Pemeriksaan sperma (analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen berbeda
dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar dari alat kelamin pria
saat ejakulasi disebut semen.
Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan tahap pertama untuk menentukan
kesuburan pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim
produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan. Perlu diketahui,
hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh keturunan, disebabkan karena
ketidaksuburan pria.
SPERMA
Sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang 50 , kepala berbentuk
oval (lonjong), berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 dan panjang 4-5 . Akrosom adalah suatu massa
yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang merupakan struktur berupa selubung yang
menutupi 2/3 daerah kepala spermatozoa. Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase,
CPE (corona penetrating enzyme). Akrosin adalah enzim proteolitik untuk menembus zona
pellusida, hyaluronidase untuk menembus cumulus ooforus dan CPE untuk menembus corona
radiata.
SPERMATOZOA ABNORMAL
Terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang infertil. Terjadi karena
gangguan pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis. Sebab-sebab yang dapat
menyebabkan abnormalitas pada sperma adalah faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi,
penyakit.
PLASMA SEMEN
Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak
dikeluarkan sekaligus sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau fraksi yaitu:
1. Fraksi Pre ejakulasi

Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini
dikeluarkan dari penis jauh sebelum ejakulasi, volume 0,2 ml. Diduga berfungsi untuk
melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir
mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang
berasal dari epididimis. Volume 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali
spermatozoa (yang non motil). Volume 0,5 ml.
KANDUNGAN ZAT KIMIA SEMEN
1. Fruktosa
- Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
- Berada dalam plasma semen
- Sumber energi bagi motiitas spematozoa
- 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menjaga keseimbangan osmotik semen
- Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar prostat.
- Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion Ca.
3. Spermin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
- Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
- Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi kelangsungan
hidup spermatozoa.

6. Prostaglandin
- Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
- Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan untuk
vasodilatasi pembuluh darah.
- Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan
mengurangi gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
- Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.
PENERANGAN DAN CARA PENAMPUNGAN SPERMA MANUSIA
Sebelum melakukan analisis sperma perlu terlebih dahulu untuk memberikan penerangan
sejelas-jelasnya kepada pria yang akan diperiksa tersebut mengenai maksud dan tujuan analisis
sperma dan juga untuk menjelaskan cara pengeluaran dan penampungan sperma tersebut.
Penerangan mengenai cara pengeluaran, penampungan dan pengiriman sperma ke
laboraturium. Sebelum pemeriksaan dilakukan sebaiknya pasien dianjurkan untuk memenuhi
persyaratan adalah:
a. Melakukan abstinensia selam 3 5 hari, paling lama selama 7 hari.
b. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan harus dikeluarkan di
laboratorium. Bila tidak mungkin, harus tiba di laboraturium paling lambat 2 jam dari
saat dikeluarkan.
c. Ejakulat ditampung dalam wadah / botol gelas bemulut besar yang bersih dan steril
(jangan sampai tumpah ), Kemudian botol ditutup rapat-rapat dan diberi nama yang
bersangkutan.
d. Pasien mencatat waktu pengeluaran mani, setelah itu langsung di serahkan pada
petugas laboraturium untuk pemeriksaan dan harus diperiksa sekurang-kurangnya 2
kali dengan jarak antara waktu 1-2 minggu. Analisis sperma sekali saja tidak cukup
karena sering didapati variasi antara produksi sperma dalam satu individu.
e. Sperma dikeluarkan dengan cara : rangsangan tangan (onani/masturbasi), bila tidak
mungkin dapat dengan cara rangsangan senggama terputus (koitus interuptus) dan
jangan ada yang tumpah.
f. Untuk menampung sperma tidak boleh menggunakan botol plastik atau kondom.

CARA MEMPEROLEH SPERMA


a. Masturbasi / Onani
Cara ini merupakan methode yang paling dianjurkan untuk memperoleh sperma, biasanya
dengan tangan (baik tangan sendiri maupun tangan istrinya) atau dengan suatu alat tertentu.
Kebaikan cara ini menghindari kemungkinan tumpah ketika menampung sperma, menghindari
dari pencemaran sperma dengan zat-zat yang lain.
b. Coitus Interuptus ( CI )
Adalah melakukan persetubuhan secara terputus, hal ini kurang baik dianjurkan sebab :
1) Memungkinkan sperma dapat tercampur dengan cairan vagina, sehingga banyak mengandung
epitel, leukosit, eritosit, bakteri, parasit, jamur dll.
2) Dalam jumlah penampungannya kurang, karena sperma sebagian dapat mesuk ke vagina.
Disamping itu terjadi kesalahan pada pemeriksaan PH dan konsentrasi.
c. Coitus Condomatosus
Pengeluaran sperma dangan cara ini dilarang dan sangat tidak diperkenankan. Karena
sebagian besar karet kondom mengandung bahan spermiacidal, yaitu bahan yang dapat
mematikan sperma.
d. Reflux poscital
Adalah suatu cara Coitus dimana setelah sperma keluar dan masuk kevagina, sperma
tersebut dibilas demga pz atau cairan lainnya. Hal ini akan timbul kekeliruan dalam volume
konsentrasi dan viskositas.
e. Massage prostat
Adalah suatu cara pengeluaran dengan cara memijat kelenjar prostat lewat rectum, disini
jelas akan timbul kekeliruan dalam penafsiran pH, konsentrasi dan sebagainya yang keluar
adalah cairan prostat.
Jadi cara memperoleh sperma yang paling baik adalah dengan onani meskipun faktor
psikis ada pengaruhnya. Hal ini dapat terjadi pada orang desa, orang tertentu yang tidak bisa
melakukan onani atau orang yang tidak mengerti tentang onani. Cara memperoleh sperma
sebagai pilihan kedua adalah dengan cara Coitus Interuptus bila alasan religius cara pertama
tidak memungkinkan.
ANALISA SPERMA

1. Makroskopis
Sperma yang baru keluar selalu menunjukan adanya gumpalan atau koagolum diantara
lendir putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu
kamar dalam waktu 15 20 menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan
(Liquefaction). Liquefaction terjadi karena daya kerja dari enzim enzim yang diproduksi oleh
kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Pemeriksaan makroskopis antara lain
meliputi:
a. Pengukuran Volume
Dilakukan setelah sperma mencair, cara kerja :
-

Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali

ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1 ml.
Volume normal sperma belum jelas sampai sekarang, disebabkan lain bangsa lain
volume. Bagi orang indonesia volume yang normal 2 3 ml. Volume yang lebih dari 8 ml

disebut Hyperspermia, Sedangkan yang kurang dari 1 ml disebut Hypospermia.


Hypospermia disebabkan oleh :
Ejakulasi yang berturut-turut
Vesica seminalis kecil ( buntu cabstuksi )
Penampung sperma tidak sempurna
Hyperspermia disebabkan oleh :
Kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat.
Minum obat hormon laki laki.
Kesan volume ini menggambarkan kerja kelenjar prostat dan vesika seminalis.

b. PH
Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah, untuk mengukur pH cukup
dengan menggunakan kertas pH kecuali dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerjanya : Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat dalam
botol penampung, baca hasil. Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu
7,2 7,8. pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan
mempengaruhi pH sperma. Juga bisa karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera
diperiksa sehingga tidak dihasilkan amoniak ( terinfeksi oleh kuman gram (-), mungkin juga
karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan sebagainya.
pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis dari kelenjar prostat, Epididimis,
vesika seminalis atau kelenjar vesika seminalis kecil,buntu dan rusak.

c. Bau Sperma
Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas atau spesifik, untuk mengenal
bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali
seorang telah mempunai engalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas
tersebut. Baunya Sperma yang khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin
alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara pemeriksaannya :
-

Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya


Dalam laporan bau dilaporkan : khas / tidak khas
Dalam keadaan infeksi sperma berbau busuk / amis. Sacara biokimia sperma mempunyai

bau seperti klor / kaporit.


d. Warna sperma
Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya
berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Adanya lekosit yang
disebabkan oleh infeksi traktus genitalia dapat menyebabkan warna sperma menjadi putih
kekuningan. Adanya perdarahan menyebabkan sperma berwarna kemerahan.
Cara kerja: Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan latar
belakang

warna

putih

menggunakan

penerangan

yang

cukup.

e. Liquefection
Liquefaction dicheck 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat
dengan jalan melihat coagulumnya. Bila setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat
ada gangguan (semininnya jelek).
Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin: Tak mempunyai coagulum oleh
karena saluran pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika
seminalis.
f. Viskositas (Kekentalan)
Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likuifaksi sperma sempurna.
Pemeriksaan viskositas ini dapat dilakukan dengan dua cara :

Cara subyektif
Dengan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian

ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 5 cm. Makin panjang benang yang
terjadi makin tinggi viskositasnya.

Cara Pipet Elliason


Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur

vikositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka
0,1, kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setalah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwath
dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya dengan detik.
Vikositas sperma normal < 2 detik. Semakin kental sperma tersebut semakin besar vikositasnya.
Hal ini mungkin disebabkan karena :
- Spermatozoa terlalu banyak
- Cairannya sedikit
- Gangguan liquedaction
- Perubahan komposisi plasma sperma
- Pengaruh obat-obatan tertentu.
g. Fruktosa Kualitatif
Fruktosa sperma diproduksi oleh vesica seminalis. Bila tidak didapati fruktosa dalam
sperma, hal ini dapat disebabkan karena:
-

Azospermia yang disebabkan oleh agenesis vas deferens


Bila kedua duktus ejakulatorius tersumbat

Kelainan pada kelenjar vesika seminalis

Cara pemeriksaan fruktosa :


0.05 ml sperma + 2 ml larutan resolsinol ( 0.5 % dalam alkohol 96% ) campur sampai

rata.
Panaskan dalam air mendidih 5 menit.
Bila sperma mengandung fruktosa maka campuran diatas menjadi merah coklat atau

merah jingga.
Bila tidak ada fruktosa maka tidak menjadi perubahan warna.
Pemeriksaan fruktosa kualitatif ini harus merupakan pemeriksaan rutin pada sperma
azoospermia

2. Mikroskopik
Sebelum pemeriksaan mikroskopik, sperma tersebut harus diaduk dengan baik, untuk
pemeriksaan mikroskopik maka 1 tetes sperma, diameter sekitar 2 3 mm, diletakan diatas gelas
objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan gelas penutup, Setelah itu siap di periksa
dibawah pembesaran 100 X atau 400-600 X.
a. Jumlah Sperma Perlapang Pandang / Perkiraan densitas sperma
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu dilakukan perkiraan kasar
jumlah sperma agar dapat menentukan prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk
mempersiapkan sediaan apus untuk analisis morfologi.
Cara Pemeriksaannya :
- Diaduk sperma hingga homogen
- Diambil 1 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu ditutup dengan cover
glass(ukuran standar)
- Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X
- Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya dihitung berturut-turut : lapang pandang
I = 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa
III = 7 Spermatozoa
IV = 8 Spermatozoa
Disini dalam laporan dituliskan terdapat 5 10 spermatozoa perlapang pandang. Perkiraan
konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah

5 10 juta/ml. Kalau spermatozoanya banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang).


Misalnya Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang pandang 200 spermatozoa.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi
spermatozoa adalah 200 juta/ml. Kalau dilihat perlapang pandang didapatkan nol spermatozoa
maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi, jadi disini menghemat tenaga dan
reagensia, bila didapatkan nol spermatozoa disebut Azoospermia.
Azoospermia dapat disebabkan oleh karena :
- Testisnya kecil atau rusak
- Salurannya testis buntu (obstruksi)
- Vasectomy bila diperlukan untuk check up
Apabila Azoospermia, ini menggambarkan operasi vasectomy tersebut berhasil dan ini sangat
menggembirakan pasien
- Over dosis Androgen dan corticosteroid
b. Pergerakan Sperma
Pada pemeriksaan perlapang pandang sekaligus kita memeriksa pergerakan spermatozoa
dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa setelah 20 menit karena dalam
waktu 20 menit sperma tidak kental sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan
lebih dari 60 menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka:
-

Spermatozoa akan memburuk pergerakannya.


pH dan bau mungkin akan berubah .
Spermatozoa yang bergerak baik adalah gerak kedepan dan arahnya lurus, gerak yang

kurang baik adalah gerak zig-zag, berputar-putar dan lain-lain. Jangan sekali-kali menyebut
spermatozoa itu mati yang betul adalah spermatozoa tidak bergerak . Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan pada suhu kamar (20OC - 25 OC).
Apabila sperma yang tidak bergerak > 50% maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut guna mengetahui viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab sprermatozoa
yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup. Sebab menurunnya motilitas spermatozoa:
-

Dilakukan pemeriksaan yang terlalu lama sejak sperma dikeluarkan.


Cara penyimpanan sampel yang kurang baik.

c. Perhitungan Jumlah Sperma

Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan mengunakan metode


hemositometer atau electronic coulter counter. Metode hemositometer lebih sering digunakan
untuk sperma yang mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10 juta/ml)
atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah dengan segera. Metode
hemositometer ini dipergunakan di sebagian besar negara.
Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1 :10, 1:20,1:50,atau 1:100 tergantung
pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan sebelumnya. Sebagai pengencer berisi
50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai
1000 ml. Pewarnaan tidak diperlukan bila dipergunakan mikroskop fase kontras. Perlu digunakan
2 pengenceran untuk setiap sperma. Meskipun sering digunakan pipet leukusit tidak cukup tepat
untuk digunakan sebagai alat pengenceran dan karena itu disarankan sebagai alat pengenceran
dipergunakan pipet mikro modern (10, 50, 100 atau 200ul). Sperma yang diencerkan harus
diaduk lebih dahulu dan segera dipindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang
telah ditutup dengan gelas penutup.
Hemositometer ini diletakan kamar lembab selama 15 menit sampai 20 menit agar semua
sel mengendap kemudian dihitung dibawah mikroskop cahaya atau mikroskop fase kontras dan
pembesaran 100 atau 100X spermatozoa (sel benih yang matang yang mempunyai ekor yang
dihitung). Perbedaan antara jumlah sperma dari kedua pengenceran tadi tidak boleh lebih dari 10
% pada sperma yang mempunyai densitas rendah atau 20% pada sperma yang mempunyai
densitas tinggi (> 60 juta/ml).
Perlu dipahami bahwa yang disebut konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml
sperma. Sedangkan jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam ejakulat.
Prosedur perhitungan spermatozoa dengan menggunakan hemositometer (kamar hitung
Neubauer) adalah sebagai berikut : Hitung jumlah sperma dengan objek 40 x pada daerah
leukosit, cukup satu bidang saja (tidak perlu 4 bidang).

d. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat dilakukan dengan
cara: Membuat preparat hapusan diatas obyek glass keringkan selama 5 menit, lalu di fixasi
dengan larutan metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan
larutan giemsa, wright, atau zat warna yang lain menurut kesukaan sendiri. Adapun arti klinik:
e.

Banyak kepala normal / oval berarti fungsi testis baik


Banyak bentuk bukan oval fungsi testis jelek
Banyak sel imatur, epidemis banyak gangguan.
Leukosit
Leukosit di laporkan per lapang pandang seperti halnya dalam sedimen urin, misalnya 3-

8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang besar erat hubunganya dengan infeksi organ organ
spermiogenesis.

INTERPRETASI HASIL ANALISA SPERMA


Berikut beberapa terminalogi yang dipergunakan dalam spermatologi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Azoospermia : Dalam ejakulat tidak terdapat / ditemukan sperma


Aspermatogenesis : Tidak terjadi pembuatan spermatozoa di dalam testis.
Aspermia : Tidak terdapat ejakulat
Normospermia : Jumlah volume sperma 2-5 ml.
Hypospermia : Volume ejakulat kurang dari 1 ml
Hyperspermia : Volume ejakulat lebih dari 6 ml
Hypospermatogenesis : Proses pembentukan spermatozoa sangat sedikit didalam testis.
Oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah kriteria normal (di bawah 20 juta tiap ml

sperma)
9. Normozoospermia : Jumlah spermatozoa dalam batas normal berkisar antara 40-200
juta/ml.
10. Asthenospermia : Jumlah spermatozoa yang bergerak dengan baik di bawah 50%.
11. Necrospermia : Semua spermatozoa dalam keadaan mati.
12. Extrem oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah 1 juta untuk tiap 1 ml ejakulat.
13. Asthenozoospermia : Spermatozoa yang lemah sekali gerak majunya.
14. Teratozoospermia : Bentuk spermatozoa yang abnormal lebih dari 40%.
15. Nekrozoospermia : Bila semua spermatozoa tidak ada yang bergerak atau hidup.
16. Kriptozoospermia : Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan
dalam sedimen sentrifugasi sperma.
17. Polizoospermia : Bila jumlah spermatozoa lebih dari 250 juta per ml sperma
18. Leukospermia : Warna sperma putih keruh serupa susu karena terdapat leukosit yang
banyak.

19. Hemospermia : Warna sperma kemerahan karena terdapat erythrosit yang banyak.
20. Residual Body : Sisa sitoplasma yang melekat pada spermatozoa yang belum matur.

DAFTAR PUSTAKA
IDI, Pengaruh pajanan Pb terhadap kualitas spermatozoa, Majalah Kedokteran Indonesia (The
Journal of the Indonesian Medical Association), Vol.51 .No.5,Mei 2001.
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai