Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aanisa

Rohmi
NIM :

DEMOKRASI
Demokrasi merupakan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Sesungguhnya jika kita dengan benar memahami
kalimat tersebut, ada makna besar yang terselip di dalamnya. Bagaimana
tidak, sistem yang saya nilai paling baik jika dibandingkan dengan sistem
pemerintahan lainnya ini mampu merubah sistem pemerintahan negara, dari
yang semula otoriter menjadi konstitusionil. Rakyat diberi kekuasaan untuk
ikut serta dalam pemerintahan dan memilih secara langsung calon presiden
sesuai pilihan mereka melalui pemilu. Pemerintahan pun kini dijalankan
berdasarkan aturan-aturan agar tidak terjadi pemerintahan yang otoriter.
Namun, walaupun demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat,
rakyat harus tunduk dan patuh terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk kebaikan bersama.
Apakah istilah demokrasi ini tepat digunakan untuk di Indonesia, dalam
pembukaan UUD 1945 alenia ke-empat menyatakan bahwa Negara Republik
Indonesia berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada pancasila. Dimana
dalam pancasila sila ke-empat menyatakan bahwa kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah (ilmu) kebijaksanaan dalam permusyawaratan (bangsa) /
perwakilan (negara).
Istilah demokrasi ini berasal dari bahasa yunani, yakni demokratia
yang berarti kekuasaan rakyat yang terbentuk dari kata demos (rakyat)
dan kratos (kekuasaan), merujuk pada sistem politik yang muncul pada
pertengahan abad ke-5 M dan abad ke-4 SM di negara kota yunani
khususnya Athena. Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh

aristoteles sebagai suatu bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang


menggariskan bahwa kekuasaan berada ditangan orang banyak (rakyat).
Selama sejarah perjalanan bangsa indonesia telah terjadi pemahaman
yang salah. terutama mengenai kedaulatan rakyat. Berbagai macam
pandangan

mengenai

makna

kedaulatan

rakyat

yang

berkembang

dimasyarakat, seperti kekuasaan rakyat yang mengandung makna pemilihan


umum secara langsung (hak suara), bentuk pemahaman yang salah
mengenai paradigma demokrasi tanpa akal yang dilakukan melalui proses
pemilihan yang dilakukan secara berulang-ulang hingga membangun budaya
dan

adat

istiadat

baru

telah

membangun

sebuah

keyakinan

yang

menyesatkan seluruh rakyat indonesia dari sabang sampai merauke. dimana


dalam sebuah proses pemilihan umum, kedaulatan seluruh rakyat indonesia
diukur hanya dengan mencontreng / mencoblos gambar partai, foto caleg,
foto capres. Serendah itukah makna sebuah kedaulatan rakyat yang
berdasar kepada pancasila?
Euforia

Demokrasi

bukan

hanya

terjadi

di

Negara-negara

luar.

Demokrasi, juga begitu diidam-idamkan masyarakat Indonesia era Orde


Baru, digembar-gemborkan sebagai suatu sistem politik yang sempurna
yang mengatasnamakan kepentingan rakyat, berdasarkan suara rakyat
sebagai solusi dari bobroknya sistem politik Orde Baru, berbagai macam cara
dilakukan untuk mengganti sistem politik menjadi Demokrasi hingga
terjadilah

penggulingan

kekuasaan

yang

dilakukan

oleh

mahasiswa-

mahasiswa dari pelosok negeri. Berakhirnya era Orde baru ditandai dengan
mundurnya presiden kala itu Soeharto pada tahun 1998. Proses nyata
pelaksanaan Demokrasi adalah pada saat pemilu tahun 2004 sepuluh tahun
yang lalu rakyat memilih langsung calon wakilnya yang akan menduduki
kursi-kursi di parlemen bukan hanya memilih partainya tapi juga memilih
orangnya secara langsung, kini rakyat tidak lagi asal menerka-nerka tapi bisa
langsung mengetahui pantas atau tidaknya para calon tersebut dipilih.

Hingga muncullah presiden SBY sebagai presiden pilihan langsung dari


rakyat.
Demokrasi pada umumnya adalah proses pendewasaan dalam suatu
sistem politik negara, namun dalam prosesnya demokrasi semakin kesini
semakin

berantakan

pelaksanaannya,

demokrasi

kebablasan

yang

menganggap bahwa kebebasan berpendapat, suara rakyat adalah penentu


segalanya. Sekarang semua orang ingin berpendapat, semua orang ingin
terlibat dalam urusan apa saja semua ingin menjadi penentu jika sudah
begini kemudian diadakan jajak pendapat atau istilahnya voting adalah
jawaban dari semua permasalahan yang ada padahal itu jelas-jelas
melanggar dasar-dasar Negara kita pancasila yang dimana terdapat salah
satu isi sila menyatakan musyawarah untuk mufakat, suara terbanyak
bukanlah

penentu

tapi

harus

melalui

berbagai

perbedaan-perbedaan

pendapat kemudian dicari solusinya itulah hasil yang sebenarnya.


Dalam Pelaksanaannya Demokrasi menjadi semacam ajang politik
uang, semakin terang-terangan tidak tau malu jual-beli suara terjadi,
kemudian jika sudah jadi memikirkan bagaimana cara mengembalikan uang
yang sudah dikeluarkan ujung-ujung meningkatnya praktek korupsi. Seperti
yang telah disebutkan di

atas

menurut Plato dan Aristoteles

akan

memunculkan potensi kekerasan atau anarkhi memang benar adanya karena


sedikit-sedikit masyarakat demo tidak puas dengan satu kebijakan demo ada
perlawanan kemudian terjadi kericuhan atau chaos jika sudah begini inikah
namanya Demokrasi yang katanya jauh lebih baik daripada sebelumnya?
Bahkan ada yang lebih merindukan kembali ke jaman Soeharto. Kalau begini
siapa yang salah? Sistem kah? atau para pelaksananya? Karena setau saya
sistem tidak pernah salah, mau bagaimanapun SDM-nya lah yang salah yang
tidak

bisa

menjalankan

sistem

yang

ada

dengan

baik

dan

benar

penyimpangan terjadi dimana-mana semua merasa paling tau dan semua

merasa paling benar hingga akhirnya sangat sulit menyatukan berbagai


pikiran yang ada.
Harusnya Demokrasi menjadi pembelajaran ke arah yang lebih baik
diajarkan sejak dini pendidikan berpolitik yang benar bahwasanya politik
bukanlah bertujuan untuk mendapat kekuasaan tapi politik adalah mencari
solusi kebaikan yang terdapat dalam kekuasaan itu sendiri, pendidikan politik
adalah

sebagai

pengatrol,

penjaga

agar

kekuasaan

tetap

berjalan

sebagaimana mestinya mau apapun bentuk sistem politiknya jika benar


prosesnya maka benar jugalah tujuan Negara tersebut, sehingga rakyat pun
akan merasa proaktif terhadap pelaksanaan perpolitikan di suatu Negara
bukan malah sebaliknya ketidakpedulian masyarakat terhadap negaranya
atau biasa disebut Golongan Putih.

Anda mungkin juga menyukai