Anda di halaman 1dari 38

TEORI TENTANG AAS

Untuk blog ku yang pertama aku ingin share tentang yang


namanya analisis menggunakan AAS
TEORI DASAR
1.1 Pendahuluan
Bila suatu sinar yang berasal dari sumber cahaya
dikenakan pada atom, maka atom itu akan menyerap
energi cahaya itu. Akibatnya elektron pada atom itu akan
berpindah dari keadaan awal (sebelum mengabsorp
cahaya) kekeadaan eksitasi, dan kembalinya elektron
dari keadaan eksitasi kekeadaan awal disebut emisi.
Jadi pada absorpsi cahaya oleh atom akan
menghasilkan dua peristiwa, yaitu peristiwa absorpsi
atom dan proses emisi atom.
Absorpsi atom adalah proses absorpsi dari cahaya
pada panjang gelombang spesifik oleh atom-atom dari
suatu unsur.
Proses ini terjadi bila larutan sampel dibakar didalam
nyala (flame) atau dipanaskan didalam tabung.
1.2 Pengertian ground state dan excited state
Tiap atom terdiri dari nuklida yang bermuatan positif
dan dikelilingi oleh electron-elektron yang bergerak
bebas mengelilingi nuklida itu. Jumlah muatan positif
sama dengan muatan negatifnya.

------------------------------------EO
Energi

------------------------------------------------------------------------

------------------------------------E3
------------------------------------- E 2
------------------------------------- E 1
Tingkat keadaan dasar
------------------------------------E0
( Ground state level )
Gambar : Diagram tingkat energi atom
Tiap elektron dalam tiap atom menempati tingkat
energi (energi level) tertentu. Tingkat energi dari tiap
elektron dalam atom berbeda-beda. Pada umunya
tingkat energi ini diberi simbol E. Elektron dalam
keadaan diam menempati tingkat energi E 0, disebut
tingkat keadaan dasar. Apabila elektron mempunyai
tingkat energi E, ini berarti bahwa elektron itu
mempunyai energi yang cukup untuk memecah atomatom sehingga terjadi ionisasi.
Elektron dapat berpindah dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi, misalnya dari E 0 ke
E1, peristiwa ini disebut elektron tereksitasi atau atom
tereksitasi. Elektron pada keadaan tereksitasi
menempati tingkat energi E1, disebut tingkat keadaan

tereksitasi.
-------------------

E1

-----------0--------- E1
---------0--------

E0

---------------------- E0
Ground

state

Excited state
Gambar : Eksitasi electron dari E0 ke E1
Untuk atom yang tak tereksitasi, tiap elektron tetap
berada pada tingkat energi dasar. Sedang atom yang
tereksitasi, satu elektron atau lebih dapat berpindah
ketingkat energi pertama ( E1 ) atau ketingkat energi
yang lebih tinggi lagi. Hal ini dapat terjadi bila atom
itu mengabsorp energi. Energi itu dapat berupa foton
atau panas.
Dengan menyerap energi sebesar E dimana E = E1
E0 maka terjadi loncatan elektron dari keadaan dasar
kekeadaan eksitasi. Dengan kata lain bahwa energi
yang diperlukan untuk eksitasi dari E0 ke E1 sebesar E0
atau E1, sehingga panjang gelombang cahaya dapat
ditentukan dengan rumus :

Dimana :
E = Energi, Joule (J)
h = Konstanta Planck, 6.62 x
10 34 J/detik
c

= Kecepatan cahaya, 3.0 x

10

10 cm/detik

= Panjang gelombang, cm
Unsur-unsur logam dan semi logam agar dapat
mengadakan eksitasi diperlukan enrgi cahaya dengan
panjang gelombang 190 ~ 900 nm
1.3 Absorpsi dan Emisi
1.3.1
Absorpsi Atom
Proses absorpsi atom dapat digambarkan sebagai
berikut :
-----------------------------0----------
+
----------->
---------0--------Eksitasi
-----------------------Energi cahaya
Tingkat eksitasi atom

Tingkat dasar atom

Atom dalam keadaan tingkat dasar menyerap energi cahaya

pada panjang gelombang spesifik, mengadakan eksitasi


masuk keadaan tingkat eksitasi. Makin banyak atom yang
dilalui energi cahaya yang diserap, secara kuantitatif dapat
diukur pula kandungan suatu unsur yang hendak
ditetapkan, tiap-tiap unsur mempunyai sumber cahaya dan
panjang gelombang yang spesifik artinya satu terhadap
yang lain tidak sama.
1.3.2

Emisi Atom
Elektron menempati tingkat keadaan eksitasi dalam
waktu yang singkat sekali, yaitu kira-kira 10 -9 detik,
kemudian kembali kekeadaan dasar. Kembalinya elektron
dari keaadaan eksitasi kekeadaan dasar disebut Emisi
atom
Proses emisi atom dapat digambarkan sebagai
berikut :
-----------------------------0----------
+
----------->
---------0--------Eksitasi
-----------------------Energi cahaya
Tingkat eksitasi atom

Tingkat dasar atom

---------0----------------------------------------->

------------------------------0-----------

atom

Tingkat eksitasi atom


Energi cahaya

Emisi

Tingkat dasar

Atom menyerap energi panas untuk mengadakan eksitasi.


Energi panas dapat berupa nyala (flame) atau plasma.
Keaadaan tingkat eksitasi merupakan keadaan yang paling
tidak stabil, sehingga secara spontan atom-atom kembali
kekeadaan dasar dan melepaskan cahaya, dinyatakan
sebagai spektrum emisi.
Spektrum emisi suatu atom terdiri dari kumpulan panjang
gelombang emisi disebut garis emisi. Panjang gelombang
yang dipancarkan oleh tiap unsur adalah spesifik dan dapat
diukur intensitasnya.
1.3.3

Perbedaan Absorpsi atom dan emisi atom


Perbedaan dasar antara absorpsi atom dan emisi atom
adalah terletak pada :
a.
Fungsi flame
b.
Garis spektrum
c.
Sumber energi
Fungsi Flame
Pada absorpsi atom, fungsi dari flame hanya

untuk mengubah aerosol larutan sampel menjadi uap


atomik kemudian atom-atom ini menyerap cahaya dari
sumber cahaya (Hallow Cathode Lamp)
Pada emisi atom, flame mempunyai dua fungsi
kegunaan yaitu : (1) Mengubah dari bentuk aerosol
menjadi uap atomik dan (2) Panas digunakan oleh
atom untuk eksitasi. Bila atom-atom kembali
kekeadaan tingkat dasar, atom-atom itu melepaskan
cahaya, yang kemudian dideteksi oleh alat. Intensitas
cahaya yang dilepaskan sebanding dengan konsentrasi
unsur dalam larutan.
Garis Spektrum
Pada absorpsi atom, garis spectrum yang
terdeteksi berasal dari absorpsi energi yang dilakukan
oleh atom-atom yang tak tereksitasi
Pada emisi atom, garis spektrum yang terdeteksi
berasal dari radiasi yang dipancarkan oleh atom-atom
yang tereksitasi
Sumber Energi.
a) Peralatan Absorpsi atom
Sumber energi --- flame ----- monokromator ---- Detektor
---- Amplifier ---- Rekorder
Sample
b) Peralatan Emisi atom

Flame --- Monokromator --- Detektor ---- Amplifier ---Rekorder

Sample
1.4 Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan AAS.
Pada prinsipnya secara teoritis, semua unsur dapat
dianalisis dengan cara spektrofotometri serapan atom.
Hal ini bergantung pada :
a)
Ada/tidaknya lampu HCl (Hollow Cathode Lamp)
yang dapat menghasilkan cahaya dengan gelombang
sesuai dengan garis spectrum dari unsur yang
dianalisis.
b)
Unsur yang dianalisis yang terikat pada molekul
dapat/tidak diubah menjadi atom-atom bebas dengan
nyala (flame) yang digunakan.
Dengan metode analisis ini, sampai saat sekarang
terdapat 60 ~ 70 jenis atom unsur yang dapat dianalisis.
Untuk unsur yang mempunyai garis spectrum diluar
range 190 900 nm belum dapat dianalisis dengan
metode AAS. Termasuk unsur-unsur gas mulia, halogen
serta C, H, O, N, S unsur-unsur tanah jarang (kecuali Ce
& Th). Dari unsur-unsur ini yang paling pendek panjang
gelombangnya yaitu As 193,7 nm sedang cs adalah unsur
yang paling tinggi panjang gelombangnya yaitu 852,1
nm. Molekul-molekul yang sukar diuraikan atau yang
dengan cepat berubah menjadi oksida, maka senyawa
tersebut sangant sulit ditetapkan dengan AAS. Senyawa-

senyawa itu adalah unsur-unsur peralihan.


1.5 Hubungan antara absorpsi atom dan konsentrasi
Hubungan diantara nilai serapan atom (Abs) dengan
kepekatan (kosentrasi) dapat dilihat dari persamaan
Beer-lambert berikut ini :
A = abc
A = - log T
A = Log Io/I1
Io/I1 = 1/T
A = Log 1/T
A= Log Io/I1 = abc atau
A = Io/I1 = 10-abc
I1 = Io.10abc
Io = I1.10-abc
Dimana :
A = Serapan atom
Io = Intensitas awal
I1 = Intensitas akhir
a = Intensitas molar]
b = Tinggi tungku pembakar
c = Konsentrasi atom
dari hokum Beer-lambert dapat dibuat grafik kalibrasi
antara nilai serapan atom melawan konsentrasi sample.
Kepekatan sample yang terlalu tinggi atau rendah akan
menyebabkan penyimpangan terhadap hokum beer-lambert
tersebut.
PERALATAN ABSORPSI ATOM

2.1 Pendahuluan.
Konfigurasi dasar terdiri dari 5 (lima) system, yaitu
system emisi, system absorpsi, system seleksi, system
deteksi, dan system pencatat hasil, yang masing-masing
system mempunyai fungsi yang berbeda.
Antara sistem yang satu dengan yang lainnya terdapat
hubungan, sehingga kelima sistem itu merupakan satu
kesatuan sebagai komponen peralatan.
2.2 Spektrophotometer Serapan Atom
Peralatan terdiri dari 5 (lima) komponen dasar :
a) Sumber cahaya
Berupa lampu yang memencarkan spektrum dari unsur
yang akan dianalisis.
b) Atomizer Unit
Berfungsi sebagai penghasil atom-atom bebas dari unsur
yang dianalisis (berasal dari sampel)
c) Monokromator
Berfungsi untuk memisahkan sinar hingga diperoleh
panjang gelombang yang monokromatis
d) Detektor
Berfungsi untuk mengubah sinyal cahaya menjadi sinyal
listrik dan seterusnya sinyal listrik ini oleh sinyal
processing system diubah menjadi suatu bentuk yang
mudah dibaca rekorder
e) Rekorder
Berfungsi untuk mencatat hasil, dengan sistem digital
ataupun analog

2.2.1. Sumber Cahaya


Sumber cahaya ini memancarkan garis-garis spectra
dari unsur yang hendak dianalisis. Karena sumber cahaya
mempunyai intensitas yang tinggi, maka dari itu absorpsi
atom merupakan teknik analisis yang specific :
Sumber cahaya pada absorpsi atom berupa :
a)
Hollow cathode Lamp (HCL)
b)
Electrodeless Discharge Lamp (EDL)
a) Hollow cathode Lamp (HCL)
Berupa tabung, yang didalamnya terdapat katoda dan
anoda. Katoda dari lampu HCl berbentuk silinder berongga,
dibuat dari unsur yang sesuai dengan unsur yang dianalisis,
atau logam lain yang permukaannya dilapisi dengan unsur
yang sama dengan unsur yang akan dianalisis, Anodanya
terbuat dari Tungsten atau Nikel, Tabung lampu HCL berisi
gas neon atau Argon.
b) Electrodeless Discharge Lamp (EDL)
Bila dibandingkan dengan HCL, EDL mempunyai
energi cahaya keluar yang lebih tinggi dan mempunyai
umur yang lebih panjang. Untuk unsur-unsur tertentu,
penggunaan EDL akan menaikan sensitifitas dan limit
deteksi yang rendah.
2.2.2 Atomizer Unit
Unit ini terdiri dari :
a.
Burner
b.
Nyala (Flame), dihasilkan dari gas baker
(fuel), gas oksidan dan penyulut api (igniter)

c.

Nebulizer, untuk mengkabutkan larutan


sampel atau larutan standar hingga diperoleh
bentuk aerosol
d.
Pipa Kapiler, untuk menyedot larutan sampel /
larutan standar
Prosedure dimana atom-atom logam gas dihasilkan
dalam nyala (atom-atom tereksitasi), dapatlah diringkas
sebagai berikut. Bila suatu larutan yang mengandung
senyawa yang cocok dari logam yang akan diselidiki itu
dihembus kedalam nyala, terjadilah peristiwa berikut
secara cepat :
1)
Pengisatan pelarut yang meninggalkan residu padat
2)
Penguapan zat padat dengan disosiasi menjadi
atom-atom penyusunnya yang mula-mula akan berada
dalam keadaan dasar
3)
Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi termal
(dari) nyala ketingkatan-tingkatan energi yang lebih
tinggi, dan mencapai kondisi dalam mana mereka akan
memancarkan energi.

Proses-proses ini dipaparkan secara diagram


sbb :

M+X-

M+XMX

MX

Larutan
Padatan

Kabut
Gas

Disosiasi
M. (gas)
M

(gas)

+ X(gas)
(emisi

nyala)
2.2.2.1 Burner
(a) Macam-macam burner
Ada 2 macam burner, yaitu :
1). Pre-mix type laminar flow burner
2) Total consumption burner
(1) Pre-mix Type laminar Flow Burner
Burner ini digunakan untuk flame dari udara-asetilene,
Nitrous-asetilen, udara-hidrogen, Burner ini dibedakan atas
burner headnya yaitu panjang slot 5 cm (digunakan untuk
flame Nitrous-asetilen) dan slot 10 cm (digunakan untuk
flame udara-asetilene, Udara-Hidrogen dan argon-

hidrogen) dengan lebar yang sama yaitu 0.5 mm.


Tinggi burner, posisi burner, serta rotation burner
memberikan kontribusi dalam membetuk kondisi optimum
burner.
(2) Total Consumption Burner
Burner ini digunakan untuk flame hydrogen-udara,
tidak mempunyai atomizer chamber dan semua larutan
sample habis dipompakan dari nebulizer kedalam flame.
Disebut total consumption karena semua larutan sampel
habis terkomsumsikan.
Jenis sampel yang sering dianalisis dengan metode ini
adalah :
a)
sampel-sampel yang mempunyai viscositas yang
sangat tinggi
b)
Analisis logam dalam senyawaan organic
mempunyai volatilitas tinggi
2.2.2.2 Nyala (flame)
Nyala flame dihasilkan dari campuran bahan bakar dan
gas oksidan yang disulut dengan korek api (igniter).
Umumnya campuran gas bakar dan gas oksidan yang
digunakan pada AAS adalah :
a)
Udara-Asetilen
Flame ini dapat digunakan untuk analisis sebanyak
kira-kira 35 unsur, dengan temperature 2300 0C
b)
Nitrous-Asetilen
Flame ini mempunyai temperature maksimum kirakira 2900 0C dan digunakan untuk penetapan unsurunsur yang dapat membentuk oksida refraktori.
c)
Udara-Hidrogen
Flame ini digunakan untuk analisis logam-logam
alkali yaitu Cs, Rb, K dan Na yang temperature rendah

dapat menurunkan/mengurang terjadinya gangguan


ionisasi.
d) Argon-Hydrogen
Flame ini digunakan untuk penetapan As dan Se,
karena temperature flamenya sangat rendah, maka
dapat meniadakn gangguan kimia dan gangguan
matrik
2.2.2.3 Nebulizer Dan Spray Chamber
Gas bakar dan gas oksidan dialirkan menuju burner
dan tempat masuk inlet yang berbeda. Gas bakar masuk
lewat spray chamber dan gas oksidan masuk lewat
nebulizer. Gas oksidan yang bertekanan mengalir melalui
venture dengan kecepatan alir tinggi (4,5 5,5
Liter/menit)
(a) Proses pengkabutan larutan sampel / standar
Yang dimaksud dengan proses pengkabutan adalah
proses pengubahan dari bentuk larutan menjadi bentuk
aerosol (kabut). Karena kecepatan alir gas oksidan
tinggi, menyebabkan tekanan turun, sehingga larutan
sampel/standar terhisap mengalir melalui pipa kapiler
dengan kecepatan 4 6 liter/menit. Karena bercampur
dengan gas oksidan yang bergerak sangat cepat, maka
larutan ini berubah bentuknya menjadi butiran-butiran
cairan. Butiran-butiran cairan ini akan menumbuk
disperser yang dipasang pada ujung spray chamber,
sehingga butiran-butiran itu pecah menghasilkan
butiran-butiran yang sangat halus yaitu berpua kabut,
sedang butiran-butiran yang besar akan mengendap
dan dibuang melalui saluran pembuangan yang

terdapat dibagian bawah sparay chamber. Butiranbutiran halus sampel/standar yang homogen masuk
kedalam nyala dan diubah menjadi atom-atom bebas.

2.2.3

Monokhromator
Monokhromator adalah suatu alat optic, digunakan
untuk memisahkan panjang gelombang yang
diinginkan yang berasal dari sumber cahaya. Dengan
monokromator akan dihasilkan satu spectrum cahaya
lampu HCL.
Monokromator terdiri dari :
a.
Celah (Slit)
b.
Lensa / Cermin
c.
Elemen pendispersi, yang berupa prisma atau
kisi difraksi.

2.2.4

Detektor
Detektor adalah suatu sistem yang fungsinya untuk
mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh
atom-atom sampel Detektor mengubah sinyal cahaya
yang ditransmisikan menjadi sinyal listrik, yang
selanjutnya diperbesar oleh amplifier dan kemudian
dikirim ke rekorder untuk dicatat hasilnya

2.2.5

Rekorder
Rekorder adalah alat pencatat hasil. Alat ini dapat

berupa manual atau digital. Umumnya AAS sekarang


yang banyak digunakan dilengkapi dengan integrator
yaitu alat penghitung dan juga printer yaitu alat
perekam hasil.
2.3

Prosedur Kerja Peralatan AAS


Sebelum analisis logam dengan AAS dilakukan,
terlebih dahulu pengaturan kondisi operasi alat
sehingga diperoleh kondisi analisis yang optimum.
Secara garis besar langkah-langkah kerka berikut
dibawah ini
A. Pemeriksaan Instrumen dan perlengkapannya
1)
Periksa dan pastikan drain pot terisi air destilat.
2)
Periksa dan pastikan koneksi antara tiap-tiap
unit instrumen ( Unit utama AAS, PC dan Printer )
terhubung dengan benar .
3)
Periksa apakah pembakar ( burner ) sudah
terpasang sesuai dengan Standar Pemakaian Burner
untuk Analisis dengan AAS Hitachi Z-5000. Bila
burner belum terpasang, lakukan pemasangan salah
satu burner tersebut sesuai dengan Prosedur
pemasangan burner pada Manual Maintenance of
AAS Hitachi Z-5000.
4)
Pastikan pipa gas, pipa air pendingin yang
terhubung ke unit utama AAS terhubung dalam
keadaan baik dan aman.
5)
Periksa dan pastikan banyaknya gas di tabung
gas ( terukur sebagai tekanan ) yang akan
digunakan sudah mencukupi .
6)
Periksa dan pastikan kertas pencetak sudah

tersedia pada Printer.


B.
Persiapan Operasi
1.
Pemasangan Lampu Katoda:
Buka pintu penutup ( Cover ) ruang lampu
katoda dan pasang lampu pada dudukan (
Socket ) sesuai dengan pemakaian yang diinginkan.
2.
Penyiapan Gas:
1)
Siapkan gas bahan bakar ( fuel ) dan gas
pembakar ( oxydant ) yang akan digunakan
sesuai dengan Standard Pemakaian Gas Bahan
Bakar dan Oksidan terhadap Elemen Analisis
dengan AAS Hitachi Z-5000.
2)
Alirkan gas bahan bakar dan gas pembakar
dengan membuka kran regulator primer di ruang
tabung gas . Jika gas pembakar yang digunakan
adalah udara dari Kompresor, hidupkan Power
Compressor-nya.
3.
Set tekanan gas pada regulator sekunder sebagai
berikut :
Tekanan Regulator
Jenis Gas
sekunder
90
kPa ( 0.9 kgf /
Asetilen ( C2H2 )
cm2 )
100 kPa ( 1.0 kgf /
Hidrogen ( H2 )
cm2 )
Dinitrogen Oksida
400 kPa ( 4.1 kgf /
( N2O )
cm2 )
500 kPa ( 5.1 kgf /
Argon Ar
cm2 )

Udara

4.

500 kPa ( 5.1 kPa /


cm2 )

Hidupkan sistem pengisap gas buangan (


Exhausting Duct )
C. Mengaktifkan Instrumen
Power Instrumen diaktifkan dengan langkah kerja
sebagai berikut :
1)
Hidupkan Power Switch dari unit utama AAS
dan biarkan selama 25 detik.
2)
Hidupkan ( On-kan ) unit PC dan Printer.
Monitor PC akan menampilkan beberapa icon
program.
D. Mengaktifkan Perangkat Lunak ( Software )
1.
Memulai Aplikasi AAS
1) Klik dua kali icon AA Spectrophotometer
pada layar monitor.
2) Pastikan aplikasi AAS sudah dimulai dengan
munculnya tampilan monitor aplikasi AAS
Spectrophotometer .
2.
Pastikan Status Aplikasi AAS sudah On-line ke
unit utama AAS dengan melihat apakah layar
monitor memperlihatkan tombol toolbox On-line
pada bagian kiri bawah monitor. Apabila tombol
toolbox tersebut masih ada, klik tombol tersebut
untuk meng-Online-kan .
3.
Perangkat lunak siap digunakan untuk
mengontrol proses pengukuran
( analisis ).

TEKNIK ANALISIS
3.1 Teknik Pembentukan Uap
Teknik pembentukan uap (vapor generation)
merupakan salah satu teknik didalam AAS, yaitu untuk
unsur-unsur yang kurang memberikan sensitivitas, yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan flame
atomisasi,
Jadi teknik ini bertujuan untuk memperbesar sensitivitas.
Ada 2 macam teknik pembentukan uap, yaitu :
a.
Pembentukan uap Hidrida
b.
Pembentukan uap Merkuri
3.1.1 Pembentukan uap hidrida
Teknik analisis dengan sistem pembentukan uap
hidrida, digunakan untuk analisis unsur-unsur : As, Se,
Bi, Ge, Sb, Te dan Hg.
Sejumlah unsur-unsur seperti disebutkan itu, diubah
menjadi uap hydrida (senyawa hidrida yang volatile)
yaitu dengan menambahkan larutan Natrium
Borohydrat (NaBH4) dalam suasana asam. Atau dapat
pula digunakan logam Zn dengan asam sulfat.
Sampel akan bereaksi dengan hydrogen membentuk
gas Hydrida padaReaction Coil, gas hydrida yang
terbentuk akan dibawa oleh gas argon ke AAS
untuk atomisasi atom-atom oleh energi panas dengan
temperatur 1000 0C, setelah atomisasi element tersebut

akan diukur nilainya secara kuantitatif dengan metode


spectrofotometer. Uap hydrida ini sangat volatil
(mudah menguap), mudah terbakar dan beracun.
Diagram alir untuk alat tersebut adalah
sebagai berikut :

Atomic Absorption
HFS-3
Spectropotometer

Pompa
Reaction Coil

N
a
B
H

Gas
Argo
n

Waste drain

Over

Separator
Flowdrain
Pressure Switch
Pressure
regulator
Flow Control Valve
Reaksi :
a) Reduksi dengan NaBH4
6BH4- + As+++ -----------> 3BH2H6
+ AsH3

B2H6
2H3BO3 + 6H2
2AsH3
+ 3H2

Diboran
+ 6H2O ------------->
+ Panas -------------> 2As

3.1.2 Pembentukan uap Merkuri


Alat instrument ini berfungsi khusus untuk
menganalisa Raksa (Hg) Baik sampel yang berupa
padatan, cairan, serta gas yang terkandung pada
material.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu adanya penambahan
pereaksi seperti H2SO4dan HNO3 untuk
menghilangkan adanya ion-ion penganggu lalu sampel
direduksi dengan pengoksidasi KmnO4 dalam suasana
asam, setelah sampel mengalami reduksi ion-ion
permanganat yang tinggal dihilangkan dengan
menambahkan ammonium peroksodisulfat lalu sampel
ditambah dengan SnCl2 untuk melepaskan gas Hg, gas
Hg yang lepas dari sampel didorong oleh pompa ke
alat AAS Z-5000 untuk diukur secara kuantitatif nilai
logam Hg yang terkandung didalam sampel.
Dikenal ada 2 sistem sel gas, yaitu sistem terbuka
(ujung terbuka) dan sistem tertutup (sirkulasi).
Pada sistem ujung terbuka, setelah pengukuran
selesai, uap merkuri dibuang ke udara bebas. Sedang
pada sistem sirkulasi, pengukuran dapat dilakukan
berulang-ulang kali sampai diperoleh pengukuran
maksimum, baru kemudian uap dibuang.
Pada sistem terbuka umumnya kurang sensitif dan
akurasinya dipengaruhi oleh aliran udara dan faktor

pengenceran udara.
3.1.3 Interferensi-interferensi pada photometry
serapan atom disebabkan oleh :
1. Tumpang tindih resonansi garis penyerapan
dari objek unsur dan unsur yang ada
2.
penyerapan molekular
3.
pemendaran cahaya
4.
sinar emisi dari atomizer
5.
tidak tercukupinya resolusi di monokromator
Pengaruh b dan c dihasilkan dari asap atau uap
molekuler dari keberadaan zat yang terbentuk bersama
dengan penguapan atom dari objek unsur. Yang
disebut background absorption. Gangguan ini terjadi
etika analisa secara langsung larutan sampel yang
mengandung zat-zat organik, seperti garam dan asam.
Untuk item d terjadi secara nyata dengan pembakar
nitous oxide-asetilen.
Untuk item a terjadi karna adanya garis resonansi yang
bertumpang tindih antara unsur yang dianalisa dengan
unsur lain pada larutan tersebut atau tidak dapat
dipisahkannya dengan monokromator garis resonansi
tersebut.

PREPARASI SAMPEL
4.1 Persiapan sampel
Analisis dengan AAS dapat dilakukan terhadap sampelsampel yang berupa padatan, cairan dan gas.
Sebelum melakukan pengukuran, diperlukan terhadap
larutan sampel maupun larutan standar, disebut :
Penyiapan/Preparasi sampel, misalnya absorpsi, palarutan,
dekomposisi (peleburan, pengabuan, ekstraksi), pemekatan,
pengenceran
a) Sampel yang berupa gas
Pada umumnya sampel yang berupa gas, diperlukan
dengan cara diabsorp dengan menggunakan absorbents.
Absorbents yang digunakan tergantung dari macam gas
yang hendak dianalisis, sehingga logam yang terkandung

didalamnya terabsorpsi.
b) Sampel yang berupa padatan
Sampel yang berupa padatan diperlakukan dengan cara
dekomposisi (peleburan, pengabuan, ekstraksi), baru
kemudian dilarutkan dengan aquades untuk diubah menjadi
larutan. Bila larutan yang didapat mempunyai konsentrasi
diatas daerah working range, maka perlu pengenceran dan
bila sangat encer maka perlu pemekatan sehingga diperoleh
larutan yang siap diaspirasikan pada AAS.
Didalam melarutkan, pelarut yang digunakan dapat berupa
pelarut air (disebut larutan non aquatik) dan pelarut bukan
air (disebut larutan non aquatik) yaitu berupa pelarut
organik.
c) Sampel yang berupa cairan
Sampel yang berupa cairan dapat langsung
diaspirasikan. Bila viskus diencerkan, sedang yang encer
dilakukan pemekatan.
Khusus untuk sampel produk minyak bumi, sampel
dilarutkan dengan pelarut organik (yaitu white spirit atau
MIBK) sehingga diperoleh larutan non viskus, yang
mempunyai kecepatan alir 3 5 mL/menit.

GAMBAR : Sistem teknik preparasi sampel


4.2 Perlakuan terhadap sampel
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat,
hendaknya harus diperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :
1. Sampel yang berupa padatan dilarutkan sampai melarut
sempurna
a.
Logam-logam alkali dilarutkan dalam asam,
membentuk larutan logam alkali yang aquatik, larutan
ini dapat diperiksa dengan AAS selama kandungan
total dissolved solid tidak lebih dari 2 %
b. Bila logam-logam dalam sampel mempunyai
konsentrasi tinggi, harus dilakukan pengenceran,
sampai kira-kira konsentrasinya berada dalam daerah
kerja dari peralatan. Pengenceran hanya diperbolehkan
sampai 20 kali
2. Untuk unsur-unsur kelumit (trace elements), sampel
tidak boleh diencerkan. Disamping itu peralatan harus
benar-benar bersih, demikian pula dalam pembuatan
kurva kalibrasi.
3. Unsur-unsur As, Se dan Hg yang mempunyai sifat
mudah menguap pada pengabuan (ashing), maka
perlakuan terhadap sampel tidak boleh diabukan.
4. Untuk memperoleh pengenceran larutan sampel atau

larutan standar kalibrasi yang akurat, gunakan pipet


gondok (bulb pipet) dan labu takar (Volumetric flask)
yang terkalibrasi dengan teliti, yaitu grade A
(minimalnya dengan grade B)
5. Gunakan reagensia yang mempunyai tingkat kemurnian
tinggi, yaitu grade Proanalysis (PA), Analytical reagent
(AR) atau analar.
6. Viskositas larutan sampel dan larutan standar kalibrasi
seharusnya sama. Khususnya untuk lubricating oils dan
serum
7. Matriks dari sampel mempunyai efek terhadap
absorbans, efek ini dapat dihilangkan dengan
menggunakan background correction, penyangga
ionisasi dan reagen pembebas atau dengan menggunakan
nyala api N2O-asetilen.
4.3 Metoda-metoda persiapan sampel
(1) Besi dan Baja
(a)
Penguraian dengan menggunakan Asam
klorida-Asam nitrat
(b)
Penguraian dengan campuran asam (asam
posfat dan asam sulfat)
(2) Alloy Tembaga
(a)
Penguraian dengan asam nitrat-asam
hydrofluoride-asam sulfat
(b)
Penguraian dengan asam nitrat
(c)
Penguraian dengan campuran asam (asam
nitrat dan asam klorida)
(d)
Penguraian dengan campuran asam bromide
dan asam nirat-bromine

(3) Alloy Nikel


(a)
Penguraian dengan asam nitrat
(4) Alloy Aluminium
(a)
Penguraian dengan asam klorida-asam
peroksida
(b)
Penguraian dengan campuran asam (asam
nitrat, asam klorida dan asam sulfat)
(5) Alloy Timbal/Timah hitam
(a)
Penguraian dengan asam nitrat
(b)
Penguraian dengan campuran asam (asam
klorida dan asam nitrat)
(6) Minyak pelumas dan Minyak berat
(a)
Dilarutkan dengan pelarut organic (untuk
pengukuran langsung)
(b)
Dry ashing (metode pengabuan)
(7) Air Boiler dan Air minum
(a)
Pengukuran langsung dengan asam lemah
(b)
Ekstraksi dengan pelarut
Kebanyakan logam misalnya Fe, Mn, Ni, Cu,
Pb dan lain-lain dapat membentuk senyawa
kompleks yang stabil bila direaksikan dengan
ammonium pirolidina dithiokarbamat (APDC)
pada pH tertentu. Senyawa kompleks ini dapat
larut dalam solven organic, misalnya MIBK.
Kedalam larutan sampel yang diperoleh
ditambahkan sejumlah air dan larutan buffer,
volumenya dijadikan 100 mL, kemudian
diekstrak. Untuk penetapan unsur-unsur kelumit
(trace elements), hasil ekstraksi dipekatkan
dengan penguapan sehingga volumenya tinggal
20 mL

(8) Air Laut dan Air limbah


(a)
Ekstraksi dengan pelarut atau pengukuran
langsung
(9) Batu dan Hasil pertambangan
(a)
Penguraian dengan asam nitrat-asam
hydrofluoride
(b)
Penguraian dengan asam hydrofluoride-asam
sulfat
(c)
Penguraian dengan menggunakan Asam
klorida-Asam nitrat
(d)
Penguraian dengan menggunakan Asam
sulfat-Asam nitrat
(e)
Peleburan dengan karbonat
(f)
Peleburan dengan carbonat-asam borit
(10) Tumbuh-tumbuhan, Makanan ternak, Makanan
manusia
(a)
Dry Ashing (Pengabuan kering)
Sampel diuapkan atau dioksidasikan pada 450
500 0C yang residunya berupa senyawa anorganik
dapat dilarutkan dengan HCl atau HNO3. Cara ini
tidak dapat dipergunakan untuk penetapan unsurunsur nyang mudah menguap pada pengabuan,
misalnya As, Se dan Hg
(b)
Wet Ashing (Pengabuan basah)
Metoda ini digunakan untuk penetapan unsurunsur yang mudah menguap yang hilang pada
pengabuan kering. Sampel didegasi pada tabung
kjeldahl dengan dicampur HNO3/H2SO4 atau
H2SO4/HCl. Unsur-unsur yang mudah menguap
akan tinggal dengan cara tersebut.
(11) Larutan liquid aquatik

(a) Untuk larutan akuatik yang mengandung total


dissolved solid yang relatif rendah (yaitu kurang
dari 2 %), biasanya diencerkan sehingga
konsentrasi unsur yang ditetapkan terletak dalam
daerah kerja peralatan
(b) Pengenceran sampel yang viskous dapat menyebabkan
terjadinya penurunan viskositas dan juga dapat terjadi efek
matriks sampel
(c) Untuk larutan yang mengandung banyak insoluble
matter, sebelum dianalisis dilakukan penyaringan
(d) Kadang-kadang dilakukan penambahan reagen
pembebas atau penyangga ionisasi, misalnya untuk
penetapan kalsium atau magnesium yang
mengandung fospat. Penambahan La++ akan
menghilangkan interferensi Ca++
(e) Untuk penetapan kebanyakan unsur-unsur yang
mempunyai konsentrasi rendah, perlu ditambahkan
ion K+ atau Na+ untuk menahan jangan sampai
unsur yang ditetapkan mengion. Bila larutan encer
ini hendak disimpan lebih dari satu hari, perlu
ditambahkan 1 ml HCl pekat atau HNO 3 pekar per
100 mL, sehingga tidak terbentuk endapan
hidroksida pada pH larutan netral pH = 7
(12) Liquid non akuatik
Misalnya minyak pelumas dan minyak bakar yaitu
liquid yang mempunyai viskositas tinggi. Bila hendak
dianalisis dengan AAS, sample tersebut diencerkan
dengan solven organic yang sesuai, missal white spirit
atau MIBK (metal isobutyl keton)

BAB V.
PROSEDUR ANALISIS
5.1 Pendahuluan
Analisis dengan metode AAS digunakan untuk
penetapan unsur-unsur logam dan semi logam. Jenis
penetapan disesuaikan dengan maksud dan tujuannya.
Misalnya penetapan Arsenikum dalam nafta, dimaksudkan
untuk mengetahui besarnya konsentrasi As, karena As
bersifat racun terhadap katalis.
Prosedur analisis AAS, tidak hanya satu prosedur yang
dipakai dalam suatu penetapan, sehingga analis dapat
memilihnya. Pemilihan disesuaikna dengan kemampuan
peralatan, tersedianya bahan kimia, jenis sampel yang
dianalisis serta jumlahnya, dan waktu/lamanya analisis. Hal
itu perlu diperhatikan, karena menyangkut keakurasian
dalam pengukuran.
5.2 Pelumas baru
Penggunaan aditif akan meningkatkan sifat
pelumas. Aditif mengandung komponen-komponen logam,
misalnya Barium (Ba), Kalsium (Ca), Seng (Zn) dan
magnesium (Mg). Konsentrasi masing-masing itu
umumnya berkisar antara :
Ba
: 0.05 - 1.0 % wt
Mg
: 0.02 - 2.5 % wt
Ca
: 0.02 - 2.5 % wt
Zn
: 0.04 - 0.2 % wt
Beberapa kesulitan terdapat pada penetapan Ca, Mg dan

Ba bila mengandung fosfat, sehingga untuk


menanggulanginya digunakan nyala api, N2O - Asetilen.
Perlu diingat, bahwa dengan menggunakan nyala api
temperatur tinggi dapat menyebabkan terjadinya
interferensi ionisasi dan untuk menanggulanginya
ditambahkan bahan kimia sebagai pencegah ionization
(ionization buffer) yaitu natrium, kalium atau lanthanum
cyclohexsane atau larutan standar dengan konsentrasi 1000
2000 mg/Liter atau kira-kira 0.3% dari volume larutan
yang diaspirasikan.
Solven yang paling cocok digunakan adalah white
spirit, Xylene atau MIBK dan sebagai larutan standar
seperti tertera sebelumnya. Salah satu yang penting adalah
drain tube (tempat buangan cairan butiran kasar) harus diisi
dengan solven yang sama dengan digunakan untuk
pengencer/pelarut sampel,

Prosedur
Sampel dan standar diencerkan dengan white spirit,
Xylene atau MIBK (pilih salah satu). Tambahkan K, Na
atau La (sebagai cyclohexane butyrate)
Preparasi Sampel
1. Aduk/kocok sampel yang akan dianalisis selama
5 menit. Pengadukan dapat menggunakan magnetic
stirrer atau mechanical agitate.
2. Timbang sejumlah sampel, masukan kedalam
labu takar ukuran 100 mL dan tambahkan sejumlah K,
Na atau La (sebagai cyclohexane butyrate) sedemikian

rupa sehingga dalam sejumlah volume sampel itu


mengandung 3%
3.
Encerkan dengan xylene, white spirit atau MIBK
(pilih salah satu). Apabila sampel yang dianalisis
hanya mengandung Zn dan kandungan Zn rendah,
maka 0.1 g sampel diencerkan menjadi 25 mL
4. Aspirasikan ke AAS
Catatan
1.
Larutkan K, Na atau La (sebagai cyclohexane
butyrate) 1% w/v dibuat dengan melarutkan 5,3 g K,
Na atau La (cyclohexane butyrate) dan 10 mL 2ethylhexanoic dalam 30 mL xylem, white spirit atau
MIBK. Panaskan pelan-pelan dan encerkan sampai
volumenya menjadi 100 mL
2.
Standar dibuat dengan menggunakan
organometralik. Standar dan blanko diencerkan
dengan pelarut yang sama dengan pelarut yang
digunakan untuk sampel.
3.
Untuk penetapan Ca dan Ba, maka sampel,
standar dan blanko dibuat mengandung 0.3 % K, Na
atau La (Cyclohexane butyrate).
5.3

Pelumas bekas (Used Oil)


Analisis ausan logam dari pelumas bekas terdapat
sedikit kesulitan karena mengandung partikel-partikel
logam yang halus, suspensi koloida atau garam-garam
logam.
Terdapat kesulitan sampling karena partikel-partikel
itu mengendap. Untuk itu sebelum dilakukan analisis
terlebih dahulu dikocok/diaduk agar diperoleh sampel

yang homogen. Disarankan agar menggunakan solven


yang terdiri dari campuran 10% Isipropanol dan 90%
white spirit dan pelarutan sebanyak 5 kali.
Ausan logam berupa Pb, Sn, Sb, Fe, Cr,
Cu, Al, Mg dan Ag
Bila sampel pelumas bekas berwarna
gelap, maka tidak diperbolehkan cara pelarutan
langsung dengan pelarut organic, karena sebagian
besar suspensi partikel-partikel logam dalam
nyala api tidak teratomisasi, sehingga
menyebabkan kesalahan deteksi.
Analisis dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
(a). Dry Ashing
(b). Wet Ashing
Pada dry ashing cenderung memakan waktu yang
lama dan perlu dicegah jangan sampai terjadi
penguapan awal (premature volatisation) dari unsure
yang hendak ditetapkan.
Prosedur
1. Dry Ashing
Ditimbang sejumlah pelumas bekas
sebanyak 10 20 g, masukan kedalam krusibel
(boleh platina, silica atau porselin)
Bakar sampel itu dengan hati-hati
Residu yang terbentuk dipanaskan dalam
muffle furnace pada 550 600 0C sehingga
semua karbon teroksidasi sempurna.
Residu logam yang ditinggal dapat
dilarutkan dengan beberapa tetes HCl pekat atau

aqua regia dan kemudian diencerkan dengan


aquades sampai volume tertentu
2. Wet Ashing
Ditimbang pelumas bekas sebanyak 1 2
g, masukan kedalam gelas beker ukuran 250 mL
Tambahkan 40 mL HClO4, panaskan
pelan-pelan pada temperature rendah kemudian
dipanakan kuat-kuat dan dijaga jangan samapi
terjadi percikan. Larutan akan menjadi tidak
berwarna dan pemanasan diteruskan sampai
didapatkan volume 5 mL
Dinginkan dan kemudian diencerkan
dengan akuades sampai volumenya tepat menjadi
50 mL
Sampel diukur terhadap larutan akuatik
yang mengandung HClO4 10 % w/v.

Anda mungkin juga menyukai