------------------------------------EO
Energi
------------------------------------------------------------------------
------------------------------------E3
------------------------------------- E 2
------------------------------------- E 1
Tingkat keadaan dasar
------------------------------------E0
( Ground state level )
Gambar : Diagram tingkat energi atom
Tiap elektron dalam tiap atom menempati tingkat
energi (energi level) tertentu. Tingkat energi dari tiap
elektron dalam atom berbeda-beda. Pada umunya
tingkat energi ini diberi simbol E. Elektron dalam
keadaan diam menempati tingkat energi E 0, disebut
tingkat keadaan dasar. Apabila elektron mempunyai
tingkat energi E, ini berarti bahwa elektron itu
mempunyai energi yang cukup untuk memecah atomatom sehingga terjadi ionisasi.
Elektron dapat berpindah dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi, misalnya dari E 0 ke
E1, peristiwa ini disebut elektron tereksitasi atau atom
tereksitasi. Elektron pada keadaan tereksitasi
menempati tingkat energi E1, disebut tingkat keadaan
tereksitasi.
-------------------
E1
-----------0--------- E1
---------0--------
E0
---------------------- E0
Ground
state
Excited state
Gambar : Eksitasi electron dari E0 ke E1
Untuk atom yang tak tereksitasi, tiap elektron tetap
berada pada tingkat energi dasar. Sedang atom yang
tereksitasi, satu elektron atau lebih dapat berpindah
ketingkat energi pertama ( E1 ) atau ketingkat energi
yang lebih tinggi lagi. Hal ini dapat terjadi bila atom
itu mengabsorp energi. Energi itu dapat berupa foton
atau panas.
Dengan menyerap energi sebesar E dimana E = E1
E0 maka terjadi loncatan elektron dari keadaan dasar
kekeadaan eksitasi. Dengan kata lain bahwa energi
yang diperlukan untuk eksitasi dari E0 ke E1 sebesar E0
atau E1, sehingga panjang gelombang cahaya dapat
ditentukan dengan rumus :
Dimana :
E = Energi, Joule (J)
h = Konstanta Planck, 6.62 x
10 34 J/detik
c
10
10 cm/detik
= Panjang gelombang, cm
Unsur-unsur logam dan semi logam agar dapat
mengadakan eksitasi diperlukan enrgi cahaya dengan
panjang gelombang 190 ~ 900 nm
1.3 Absorpsi dan Emisi
1.3.1
Absorpsi Atom
Proses absorpsi atom dapat digambarkan sebagai
berikut :
-----------------------------0----------
+
----------->
---------0--------Eksitasi
-----------------------Energi cahaya
Tingkat eksitasi atom
Emisi Atom
Elektron menempati tingkat keadaan eksitasi dalam
waktu yang singkat sekali, yaitu kira-kira 10 -9 detik,
kemudian kembali kekeadaan dasar. Kembalinya elektron
dari keaadaan eksitasi kekeadaan dasar disebut Emisi
atom
Proses emisi atom dapat digambarkan sebagai
berikut :
-----------------------------0----------
+
----------->
---------0--------Eksitasi
-----------------------Energi cahaya
Tingkat eksitasi atom
---------0----------------------------------------->
------------------------------0-----------
atom
Emisi
Tingkat dasar
Sample
1.4 Unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan AAS.
Pada prinsipnya secara teoritis, semua unsur dapat
dianalisis dengan cara spektrofotometri serapan atom.
Hal ini bergantung pada :
a)
Ada/tidaknya lampu HCl (Hollow Cathode Lamp)
yang dapat menghasilkan cahaya dengan gelombang
sesuai dengan garis spectrum dari unsur yang
dianalisis.
b)
Unsur yang dianalisis yang terikat pada molekul
dapat/tidak diubah menjadi atom-atom bebas dengan
nyala (flame) yang digunakan.
Dengan metode analisis ini, sampai saat sekarang
terdapat 60 ~ 70 jenis atom unsur yang dapat dianalisis.
Untuk unsur yang mempunyai garis spectrum diluar
range 190 900 nm belum dapat dianalisis dengan
metode AAS. Termasuk unsur-unsur gas mulia, halogen
serta C, H, O, N, S unsur-unsur tanah jarang (kecuali Ce
& Th). Dari unsur-unsur ini yang paling pendek panjang
gelombangnya yaitu As 193,7 nm sedang cs adalah unsur
yang paling tinggi panjang gelombangnya yaitu 852,1
nm. Molekul-molekul yang sukar diuraikan atau yang
dengan cepat berubah menjadi oksida, maka senyawa
tersebut sangant sulit ditetapkan dengan AAS. Senyawa-
2.1 Pendahuluan.
Konfigurasi dasar terdiri dari 5 (lima) system, yaitu
system emisi, system absorpsi, system seleksi, system
deteksi, dan system pencatat hasil, yang masing-masing
system mempunyai fungsi yang berbeda.
Antara sistem yang satu dengan yang lainnya terdapat
hubungan, sehingga kelima sistem itu merupakan satu
kesatuan sebagai komponen peralatan.
2.2 Spektrophotometer Serapan Atom
Peralatan terdiri dari 5 (lima) komponen dasar :
a) Sumber cahaya
Berupa lampu yang memencarkan spektrum dari unsur
yang akan dianalisis.
b) Atomizer Unit
Berfungsi sebagai penghasil atom-atom bebas dari unsur
yang dianalisis (berasal dari sampel)
c) Monokromator
Berfungsi untuk memisahkan sinar hingga diperoleh
panjang gelombang yang monokromatis
d) Detektor
Berfungsi untuk mengubah sinyal cahaya menjadi sinyal
listrik dan seterusnya sinyal listrik ini oleh sinyal
processing system diubah menjadi suatu bentuk yang
mudah dibaca rekorder
e) Rekorder
Berfungsi untuk mencatat hasil, dengan sistem digital
ataupun analog
c.
M+X-
M+XMX
MX
Larutan
Padatan
Kabut
Gas
Disosiasi
M. (gas)
M
(gas)
+ X(gas)
(emisi
nyala)
2.2.2.1 Burner
(a) Macam-macam burner
Ada 2 macam burner, yaitu :
1). Pre-mix type laminar flow burner
2) Total consumption burner
(1) Pre-mix Type laminar Flow Burner
Burner ini digunakan untuk flame dari udara-asetilene,
Nitrous-asetilen, udara-hidrogen, Burner ini dibedakan atas
burner headnya yaitu panjang slot 5 cm (digunakan untuk
flame Nitrous-asetilen) dan slot 10 cm (digunakan untuk
flame udara-asetilene, Udara-Hidrogen dan argon-
terdapat dibagian bawah sparay chamber. Butiranbutiran halus sampel/standar yang homogen masuk
kedalam nyala dan diubah menjadi atom-atom bebas.
2.2.3
Monokhromator
Monokhromator adalah suatu alat optic, digunakan
untuk memisahkan panjang gelombang yang
diinginkan yang berasal dari sumber cahaya. Dengan
monokromator akan dihasilkan satu spectrum cahaya
lampu HCL.
Monokromator terdiri dari :
a.
Celah (Slit)
b.
Lensa / Cermin
c.
Elemen pendispersi, yang berupa prisma atau
kisi difraksi.
2.2.4
Detektor
Detektor adalah suatu sistem yang fungsinya untuk
mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh
atom-atom sampel Detektor mengubah sinyal cahaya
yang ditransmisikan menjadi sinyal listrik, yang
selanjutnya diperbesar oleh amplifier dan kemudian
dikirim ke rekorder untuk dicatat hasilnya
2.2.5
Rekorder
Rekorder adalah alat pencatat hasil. Alat ini dapat
Udara
4.
TEKNIK ANALISIS
3.1 Teknik Pembentukan Uap
Teknik pembentukan uap (vapor generation)
merupakan salah satu teknik didalam AAS, yaitu untuk
unsur-unsur yang kurang memberikan sensitivitas, yang
tidak dapat dicapai dengan menggunakan flame
atomisasi,
Jadi teknik ini bertujuan untuk memperbesar sensitivitas.
Ada 2 macam teknik pembentukan uap, yaitu :
a.
Pembentukan uap Hidrida
b.
Pembentukan uap Merkuri
3.1.1 Pembentukan uap hidrida
Teknik analisis dengan sistem pembentukan uap
hidrida, digunakan untuk analisis unsur-unsur : As, Se,
Bi, Ge, Sb, Te dan Hg.
Sejumlah unsur-unsur seperti disebutkan itu, diubah
menjadi uap hydrida (senyawa hidrida yang volatile)
yaitu dengan menambahkan larutan Natrium
Borohydrat (NaBH4) dalam suasana asam. Atau dapat
pula digunakan logam Zn dengan asam sulfat.
Sampel akan bereaksi dengan hydrogen membentuk
gas Hydrida padaReaction Coil, gas hydrida yang
terbentuk akan dibawa oleh gas argon ke AAS
untuk atomisasi atom-atom oleh energi panas dengan
temperatur 1000 0C, setelah atomisasi element tersebut
Atomic Absorption
HFS-3
Spectropotometer
Pompa
Reaction Coil
N
a
B
H
Gas
Argo
n
Waste drain
Over
Separator
Flowdrain
Pressure Switch
Pressure
regulator
Flow Control Valve
Reaksi :
a) Reduksi dengan NaBH4
6BH4- + As+++ -----------> 3BH2H6
+ AsH3
B2H6
2H3BO3 + 6H2
2AsH3
+ 3H2
Diboran
+ 6H2O ------------->
+ Panas -------------> 2As
pengenceran udara.
3.1.3 Interferensi-interferensi pada photometry
serapan atom disebabkan oleh :
1. Tumpang tindih resonansi garis penyerapan
dari objek unsur dan unsur yang ada
2.
penyerapan molekular
3.
pemendaran cahaya
4.
sinar emisi dari atomizer
5.
tidak tercukupinya resolusi di monokromator
Pengaruh b dan c dihasilkan dari asap atau uap
molekuler dari keberadaan zat yang terbentuk bersama
dengan penguapan atom dari objek unsur. Yang
disebut background absorption. Gangguan ini terjadi
etika analisa secara langsung larutan sampel yang
mengandung zat-zat organik, seperti garam dan asam.
Untuk item d terjadi secara nyata dengan pembakar
nitous oxide-asetilen.
Untuk item a terjadi karna adanya garis resonansi yang
bertumpang tindih antara unsur yang dianalisa dengan
unsur lain pada larutan tersebut atau tidak dapat
dipisahkannya dengan monokromator garis resonansi
tersebut.
PREPARASI SAMPEL
4.1 Persiapan sampel
Analisis dengan AAS dapat dilakukan terhadap sampelsampel yang berupa padatan, cairan dan gas.
Sebelum melakukan pengukuran, diperlukan terhadap
larutan sampel maupun larutan standar, disebut :
Penyiapan/Preparasi sampel, misalnya absorpsi, palarutan,
dekomposisi (peleburan, pengabuan, ekstraksi), pemekatan,
pengenceran
a) Sampel yang berupa gas
Pada umumnya sampel yang berupa gas, diperlukan
dengan cara diabsorp dengan menggunakan absorbents.
Absorbents yang digunakan tergantung dari macam gas
yang hendak dianalisis, sehingga logam yang terkandung
didalamnya terabsorpsi.
b) Sampel yang berupa padatan
Sampel yang berupa padatan diperlakukan dengan cara
dekomposisi (peleburan, pengabuan, ekstraksi), baru
kemudian dilarutkan dengan aquades untuk diubah menjadi
larutan. Bila larutan yang didapat mempunyai konsentrasi
diatas daerah working range, maka perlu pengenceran dan
bila sangat encer maka perlu pemekatan sehingga diperoleh
larutan yang siap diaspirasikan pada AAS.
Didalam melarutkan, pelarut yang digunakan dapat berupa
pelarut air (disebut larutan non aquatik) dan pelarut bukan
air (disebut larutan non aquatik) yaitu berupa pelarut
organik.
c) Sampel yang berupa cairan
Sampel yang berupa cairan dapat langsung
diaspirasikan. Bila viskus diencerkan, sedang yang encer
dilakukan pemekatan.
Khusus untuk sampel produk minyak bumi, sampel
dilarutkan dengan pelarut organik (yaitu white spirit atau
MIBK) sehingga diperoleh larutan non viskus, yang
mempunyai kecepatan alir 3 5 mL/menit.
BAB V.
PROSEDUR ANALISIS
5.1 Pendahuluan
Analisis dengan metode AAS digunakan untuk
penetapan unsur-unsur logam dan semi logam. Jenis
penetapan disesuaikan dengan maksud dan tujuannya.
Misalnya penetapan Arsenikum dalam nafta, dimaksudkan
untuk mengetahui besarnya konsentrasi As, karena As
bersifat racun terhadap katalis.
Prosedur analisis AAS, tidak hanya satu prosedur yang
dipakai dalam suatu penetapan, sehingga analis dapat
memilihnya. Pemilihan disesuaikna dengan kemampuan
peralatan, tersedianya bahan kimia, jenis sampel yang
dianalisis serta jumlahnya, dan waktu/lamanya analisis. Hal
itu perlu diperhatikan, karena menyangkut keakurasian
dalam pengukuran.
5.2 Pelumas baru
Penggunaan aditif akan meningkatkan sifat
pelumas. Aditif mengandung komponen-komponen logam,
misalnya Barium (Ba), Kalsium (Ca), Seng (Zn) dan
magnesium (Mg). Konsentrasi masing-masing itu
umumnya berkisar antara :
Ba
: 0.05 - 1.0 % wt
Mg
: 0.02 - 2.5 % wt
Ca
: 0.02 - 2.5 % wt
Zn
: 0.04 - 0.2 % wt
Beberapa kesulitan terdapat pada penetapan Ca, Mg dan
Prosedur
Sampel dan standar diencerkan dengan white spirit,
Xylene atau MIBK (pilih salah satu). Tambahkan K, Na
atau La (sebagai cyclohexane butyrate)
Preparasi Sampel
1. Aduk/kocok sampel yang akan dianalisis selama
5 menit. Pengadukan dapat menggunakan magnetic
stirrer atau mechanical agitate.
2. Timbang sejumlah sampel, masukan kedalam
labu takar ukuran 100 mL dan tambahkan sejumlah K,
Na atau La (sebagai cyclohexane butyrate) sedemikian