4 Hari
4 Hari
Intisari : Pengkajian masalah konduksi panas tak tunak 2D telah berhasil dilakukan berdasarkan
hasil tinjauan komputasi numerik. Dilakukan normalisasi terhadap persamaan konduksi panas yang
dapat memberikan beberapa keuntungan komputasi. Diskretisasi dilakukan dengan menggunakan
metode beda hingga (finite difference) skema FTCS. Pemilihan nilai step waktu t harus memenuhi
syarat stabilitas yang terkait dengan penggunaan tersebut.
PENDAHULUAN
Persamaan difusi dipilih mengingat persamaan ini sering muncul di dalam persoalan fisika. Persamaan difusi digunakan
untuk mendeskripsikan beberapa fenomena
fisika yaitu difusi molekuler, konduksi termal, viskositas [2], dan superkonduktivitas
[3]. Tulisan ini menyajikan penentuan penyelesaian persamaan difusi pada masalah konduksi termal dua dimensi dengan metode beda hingga (finite difference) untuk sekema
Forward Time Centere Space (FTCS).
67
SISTEM FISIS
Ditinjau penghantar panas persegi dengan luas penampang L L yang terletak di bidang
xy dengan salah satu sudutnya terletak di
pusat koordinat seperti disajikan pada Gambar 1. Penghantar ini dipandang sebagai tampang lintang (cross section) penghantar tiga
dimensi yang panjangnya tak hingga dan homogen dalam arah panjangnya. Mula-mula
penghantar bertemperatur T0 . Pada saat t =
0, sisi penghantar yang terletak di x = L dan
di y = L secara bersamaan ditempelkan pada
reservoir bertemperatur Tb dimana Tb > T0 .
Sementara pada sisi penghantar yang terletak
di x = 0 dan di y = 0 dijaga sedemikian rupa
sehingga tidak ada aliran kalor. Selanjutnya
akan dicari keadaan sistem pada saat t.
Persamaan yang sesuai dengan keadaan sistem fisis tersebut adalah persamaan difusi
yang berbentuk
T
=D
t
2T
2T
+
x2
y 2
(1)
(2)
(3)
68
(4)
(5)
Persamaan (1) diselesaikan melalui pendekatan numerik dengan menggunakan pendekatan beda hingga untuk derivatifnya. Terlebih dahulu persamaan tersebut dinormalisir. Cara ini setidaknya dapat memberikan
tiga keuntungan. Pertama, nilai yang terlibat dalam komputasi dapat dijamin tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Kedua, persamaan yang terlibat menjadi berbentuk sederhana. Ketiga, dimungkinkannya diperoleh ketelitian proses komputasi yang tinggi mengingat angka numerik yang terlibat berorde besar sesuai batas ketelitian komputer.
Dalam upaya untuk menormalisir persamaan (1), didefinisikan satuan universal bagi semua variabel yang terlibat, yaitu
x
y
, y0 = ,
L
L
t
=
,
L2 /D
T T0
=
.
Tb T0
x0 =
(6)
t0
(7)
T0
(8)
69
Hari Wisodo
(10)
(11)
Gambar 2: Sistem grid yang ditinjau.
xi = (i 1)hx , i = 1, 2, , Nx + 1
yj = (j 1)hy , j = 1, 2, , Ny + 1
(14)
(15)
n+1
n
Ti,j
Ti,j
t
(16)
n
n
n
Ti1,j
2Ti,j
+ Ti+1,j
h2x
n
n
n
Ti,j1
2Ti,j
+ Ti,j+1
+
.
h2y
(20)
= 1,
TNn+1
x +1,Ny +1
(24)
Temperatur
pada
sisi
penghantar
yang
terletak
di
x = 0 dihitung berdasarkan rumus yang diperoleh dari persamaan (9) dengan memasukkan syarat batas persamaan (12). Berdasarkan Gambar 2, ditinjau T2,j pada saat
n
t = tn , T2,j
. Selanjutnya dengan menggunan
kan ekspansi Taylor, T2,j
diekspansikan di sekitar x = x1 , diperoleh
T (x, y, t)
n
n
T2,j = T1,j + hx
x
(x1 , yj , tn )
2
2
h T (x, y, t)
+ x
2!
x2
(x1 , yj , tn )
3
+ O(hx )
(25)
dimana hx = x2 x1 . Berdasarkan persamaan (12) diketahui suku kedua ruas kanan
persamaan (25) bernilai nol. Sehingga persamaan ini dapat dituliskan menjadi
2 T (x, y, t)
2
n
n
=
T
T
2,j
1,j
x2
h2x
(x1 , yj , tn )
+ O(hx ).
(26)
Jika di dalam persamaan (21) i = 1, suku
ke dua ruas kanan diganti dengan persamaan
(26), dan hx = hy , maka dapat diperoleh
n+1
n
T1,j
= T1,j
+
2t n
n
T2,j T1,j
2
hx
t n
n
n
T
2T1,j
+ T1,j+1
(27)
.
h2x 1,j1
70
n+1
n+1
T2,1
+ T1,2
.
=
2
(29)
SYARAT STABILITAS
(30)
(33)
71
5
Hari Wisodo
PROGRAM DAN HASIL
KESIMPULAN
LAMPIRAN A :
KODE PROGRAM
function difusi
L = 1;
dt = 0.0025;
hx = 0.1;
perhx = 1/hx;
perhx2 = perhx*perhx;
Nx = L/hx;
Ny = Nx;
tmax = 20;
for i = 1:Nx
for j = 1:Ny
T(i,j)=0;
end
end
for j = 1:Ny
T(Nx+1,j)=1;
end
for i = 1:Nx
T(i,Ny+1)=1;
end
T(Nx+1,Ny+1)=1;
for t=1:tmax
for i = 2:Nx
for j = 2:Ny
T(i,j) = dt*perhx2*(T(i-1,j)
+T(i+1,j)+T(i,j-1)
+T(i,j+1)-4*T(i,j))+T(i,j);
end
end
for j = 2:Ny
T(1,j) = T(1,j)
+ 2*dt*perhx2*(T(2,j)-T(1,j))
+ dt*perhx2*(T(1,j-1)-2*T(1,j)+T(1,j+1));
end
for i = 2:Nx
T(i,1) = T(i,1)
+ dt*perhx2*(T(i-1,1)-2*T(i,1)+T(i+1,1))
+ 2*dt*perhx2*(T(i,2)-T(i,1));
end
T(1,1)=0.5*(T(2,1)+T(1,2));
save suhu20.dat T -ascii
clf
pcolor(T)
colorbar vert
cxs=max(max(abs(T)));
caxis([0 1]);
shading interp
drawnow
end
PUSTAKA
[1] Vesely, F. J. 1994. Computational
Physics: An Introduction. New York:
Plenum Press. hal. 14, 17.
72