EXSPOSE
LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN JELAI
KABUPATEN SUKAMARA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Tahun Anggaran 2013
LATAR BELAKANG
Perkembangan wilayah Kabupaten Sukamara yang sedemikian pesat
menuntut
upaya
perencanaan,pemanfaatan
dan
pengendalian
pembangunan dari segala sektor yang ada secara sinergis,
berkesinambungan dan pro lingkungan.
.Pengembangan serta pemanfaatan ruang dalam rangka menunjang
kegiatan ekonomi dan sosial di Kabupaten Sukamara saat ini masih
dirasakan kurang optimal.
Sejalan
dengan
pelaksanaan
otonomi
daerah,
pemerintah
berkewajiban mendorong pelaksanaan otonomi daerah tersebut, dan
berkaitan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan RTRW Kabupaten Sukamara No 14 Tahun
2012.
RDTR merupakan materi teknis pendukung yang perlu dipersiapkan
untuk mendukung kesemuanya dalam peningkatan perencanaan
pembangunan yang lebih sistematis, terarah dan terkendali.
sebagai berikut;
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang
NO.
KECAMATAN
Luas Wilayah
Persentase
(Km2)
(%)
1.
Jelai
796
20.8
2.
Pantai Lunci
804
21.0
3.
Sukamara
1,028
26.9
4.
Balai Riam
519
13.6
5.
Permata Kecubung
680
17.8
JUMLAH
3,827
100.0
Kecamatan
Desa
Kelurahan
Jumlah
Jelai
Pantai Lunci
Sukamara
Balai Riam
Permata Kecubung
Jumlah
29
32
Route
Palangkaraya
Pangkalan Bun
Prasarana/ Sarana/
Jarak
Kondisi Kendara
(Km)
Jalan
an
Waktu
Tempuh
(Jam)
Jalan
Negara
Bus /
Travel
455
10,0
Pangkalan Bun
Sungai
Kolam
Speed
Boat
45
1,5
Kolam
Sukamara
Roda
empat
70
1,5
Speed
Boat
44
1,0
Jalan
Provinsi
Sukamara Kec.
Sungai
Jelai
Desa
01
Kuala Jelai
02
04
Sungai Baru
Sungai
Bundung
Sungai Raja
05
Pulau Nibung
03
Kecamatan Jelai
Laki-Laki
Perempua
Jumlah
n
1,619
1,537
3,156
99
99
198
87
84
171
126
109
235
162
313
652
1,893
2,142
4,412
Jumlah
Rmh Tgg
71.5
3
4.49
3.87
5.33
14.7
7
100
748
43
38
64
162
1,055
Desa
2007
0.8
2.7
6.0
0.5
1.6
2.79
Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung
Kecamatan Jelai
2008
20.4
11.7
-5.7
69.3
-3.2
12.96
2009
-16.45
0.95
-10.50
-16.52
-17.30
-15.72
2010
-1.38
-6.60
-4.47
-13.38
-14.77
-4.66
Desa
Tahun Proyeksi
2010
2011
2012
3,156
3,331
3,868
01
Kuala Jelai
02
Sungai Baru
198
201
218
03
Sungai
Bundung
171
182
188
04
Sungai Raja
235
246
259
05
Pulau Nibung
652
698
717
4,412
4,658
5,250
Kecamatan Jelai
2013
2018
2023
2028
4,255
6,383
9,575
14,363
240
360
540
810
207
282
423
635
285
428
642
963
789
1,184
1,776
2,664
12,956
19,434
5,775
8,636
Note : Asumsi perhitungan optimis dengan Pertumbuhan penduduk 1%, karena berdasarkan data yang ada kecenderungan
pertumbuhan penduduk minus (-).
Desa
Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai
Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung
Tahun 2013
Jml RT
Jml
Pddk
1,064
Tahun 2018
Jml RT
Jml
Pddk
1,596
Tahun 2023
Jml RT
Jml
Pddk
2,394
4,255
6,383
9,575
60
240
90
360
52
207
71
285
5,775
159
635
642
1,184
241
963
444
1,776
2,160
8,636
810
161
296
1,444
203
106
423
428
789
Kecamatan Jelai
540
107
197
14,363
135
71
282
Tahun 2028
Jml RT
Jml
Pddk
3,591
666
2,664
3,240
12,956
4,860
19,434
ORIENTASI PELAYANAN
DAN PEMASARAN.
Kota
Nanga
Bulik
Ibukota
Kabupaten
No.
01
02
03
04
05
Desa
Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung
Kecamatan Jelai
Luas
Luas Lahan
Luas Lahan
Luas Lahan
Desa
Sawah
Bukan Sawah
Non Pertanian
2,947
14,250
2,600
8,000
22,619
50,416
53
3,000
155
3,000
171
6,379
3,400
23,700
2,800
13,500
23,000
66,400
400
6,450
45
2,500
210
9,605
Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung
Lainnya
Dapat
Dilalui
Mobil
-
No
Jenis Sarana
01
02
03
04
05
Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pustu
Rmh.Bersalin
Bl.Pengobatan
Prakter Dokter
Pasar
KUD
Toko
Warung
Mesjid
Mushola
Sepak bola
Bola Voli
Bulu tangkis
TK
SD
SMP
SMA
Puskesmas
Tahun 2013
Tahun 2018
Tahun 2023
Tahun 2028
1
7
1
2
6
4
1
1
1
4
3
1
3
5
5
4
3
5
2
1
2
1
1
3
2
22
2
2
1
5
2
Lokasi agrowisata
Lokasi wisata
penelitian hutan
Lokasi wisata
Sarana
pelabuhan
nelayan
diperlukan
penataan
untuk
meningkatka
n ekonomi
masyarakat
dan PAD
Secara
luas
pengembangan
agropolitan
berarti
mengembangkan perdesaan dengan cara memperkenalkan
fasilitas-fasilitas kota/modern yang disesuaikan dengan
lingkungan perdesaan. Ini berarti tidak mendorong perpindahan
penduduk desa ke kota, tetapi mendorong mereka untuk
tinggal di tempat dan menanamkan modal di daerah
perdesaan, karena kebutuhan-kebutuhan dasar (lapangan
kerja, akses permodalan, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, dan kebutuhan sosial-ekonomi lainnya) telah dapat
terpenuhi di desa.
PENGEMBANGAN
KAWASAN
Pada dasarnya
kawasan Agropolitan
harus AGROPOLITAN
memenuhi Kriteria sebagai
berikut:
(1) mempunyai skala ekonomi yang besar, sehingga produktif untuk
dikembangkan;
(2) mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang;
(3)
memiliki dampak spasial yang besar dalam mendorong
pengembangan wilayah yang berbasis pertanian sebagai sumber
bahan baku;
(4)
memiliki produk-produk unggulan yang mempunyai pasar yang
jelas dan prospektif;
(5) memenuhi prinsip prinsip efisiensi ekonomi untuk menghasilkan
output yang
maksimal.
Sedangkan
Agroindustri
adalah kegiatan industri yang memanfaatkan
hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan
peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, sehingga menjadi
produk jadi dan siap untuk dikonsumsi, atau produk antara dan siap
untuk proses lebih lanjut.
Pengembangan Agroindustri diperlukan agar tercipta keterkaitan yang
erat antara sektor pertanian dan sektor industri, sehingga proses
transformasi struktur perekonomian berjalan dengan baik dan efisien
dari dominasi pertanian menjadi dominasi industri.
Permasalahan
Yang
Dihadapi KAWASAN
Dalam
Pengembangan
PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN
AGROPOLITAN
Agropolitan Adalah Sebagai Berikut:
1. Sebagian besar wilayah pertanian belum mempunyai fasilitas kota
yang dapat melayani kebutuhan sosial ekonomi petani dan
masyarakat di perdesaan;
2. Rencana tata ruang kawasan agropolitan belum disusun;
3. Perkembangan kelembagaan di perdesaan masih menghadapi
banyak hambatan yang berkaitan dengan tingkat pendidikan,
hambatan informasi dan komunikasi;
4. Belum tumbunya jiwa enterprenership masyarakat perdesaan yang
berbasis agraris;
5. Masih tersekat sekatnya pembinaan agribisnis, dan pelaku sentral
agribisnis (petani) mempunyai posisi tawar yang rendah;
6. Belum tergalinya potensi dan peluang investasi di seluruh sektor;
7. Masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil
terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan
teknologi, dan jaringan pemasaran, dalam upaya mengembangkan
peluang usaha dan kerjasama investasi;
8. Keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi
dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan dan
produk unggulan daerah; dan
9. Pengusaha lebih berminat menanam modalnya ke daerah-daerah
yang telah maju, karena kurangnya infrastruktur.
1. Terwujudnya
percepatan
pembangunan di wilayah-wilayah
cepat tumbuh dan
SASARAN
PENGEMBANGAN
AGROPOLITAN
strategis, terintegrasi dalam kesatuan ekonomi regional;
2.
Meningkatnya nilai tambah produk perdesaan dengan dikembangkan usaha
yang berwawasan industri;
3. Tersedianya fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan
masyarakat di perdesaaan untuk memenuhi kebutuhannya dalam
pengembangan usaha, pendidikan dan kesehatan;
4.
Terbangunya dan membaiknya kondisi prasarana dan sarana transportasi,
khususnya jalan untuk menciptakan akses sosial dan ekonomi;
5. Meningkatnya sikap profesionalisme dan kewirausahaan masyarakat yang
tinggal di distrik agropolitan;
6. Tumbuhnya kelembagaan yang dapat mendukung perkembangan sosial
ekonomi di distrik agropolitan;
7 . Meningkatnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal
pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan
pemasaran, dalam upaya mengembangkan peluang usaha dan kerjasama
investasi;
8.
Meningkatnya jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi di kawasan
agropolitan;
9.
Terwujudnya kawasan pengembangan industri pengelolaan hasil hasil
pertanian secara terpadu untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk
pertanian dan penyediaan lapangan kerja;
10. Terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan
perdesaan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang saling
menguntungkan, sehingga terjadi keseimbangan pertumbuhan antara
perdesaan dan perkotanan;
LEGENDA :
PUSAT PERTUMBUHAN
SUB PUSAT
PERTUMBUHAN
KAWASAN PERMUKIMAN
PERTANIAN
PERKEBUNAN/PERTANIAN
AGROINDUSTRI
perumahan
AGROINDUSTRI
PERTANIAN
A. FASILITASSOSIAL(FASOS)
1. Sarana Pendidikan
2. Sarana Kesehatan
3. Sarana Peribadatan
4. Sarana Kantor Desa
fasum
fasek
fasum
perumahan
fasos
perumahan
perumahan
PERKEBUNAN/ PERTANIAN
PERTANIAN
B. FASILITASEKONOMI (FASEK)
1. Sarana Toko/ Warung
2. Sarana KUD
3. Sarana Pasar
4. Sarana Bengkel
5. Sarana Jasa
C. FASILITASUMUM (FASUM)
1. Sarana Terminal
2. Sarana Taman Bermain
3. Sarana Parkir
4. Sarana Halte
5. Sarana Kantor Polisi
CIRI-CIRI
PERKEMBANGAN
KAWASANdicirikan
AGROPOLITAN
Kawasan
agropolitan
yang sudah berkembang
oleh hal hal
sebagai berikut :
(1) Peran sektor pertanian (sampai ke tingkat agro processingnya)
tetap dominan;
(2) Pengaturan pemukiman yang tidak memusat, tetapi tersebar
pada skala minimal sehingga dapat dilayani oleh pelayanan
infrastruktur seperti listrik, air minum, ataupun telekomunikasi
(sekitar 300 pelanggan setara dengan 300 kepala keluarga).
Infrastruktur yang tersedia dapat melayani keperluan masyarakat
untuk pengembangan usaha taninya sampai ke aktivitas
pengolahannya.
(3) Di kawasan agropolitan juga tersedia infrastruktur sosial seperti
untuk pendidikan, kesehatan, sampai kepada rekreasi dan olah
raga.
(4) Aksesibilitas yang baik dengan pengaturan pembangunan jalan
sesuai dengan kelas jalan yang dibutuhkan dari jalan usaha tani
sampai ke jalan kolektor dan jalan arteri primer; dan
(5)
Mempunyai produk tata ruang yang telah dilegalkan dengan
Peranan Daerah dan konsistensi para pengelola kawasan,
sehingga dapat menahan setiap kemungkinan konversi dan
perubahan fungsi lahan yang menyimpang dari peruntukannya.
Prinsip-prinsip mitigasi
bencana merupakan
upaya penanggulangan
MITIGASI
BENCANA
bencana seandainya terjadi di wilayah Kecamatan Jelai. Faktor upaya
secara dini di dalam penanggulangan bencana ini perlu dilakukan
untuk dapat meminimalkan kerugian material, harta dan manusia.
Sehingga perlu adanya tindakan maupun perencanaan terpadu sektoral
dengan melibatkan masyarakat. Adapun prinsip-prinsip mitigasi
bencana ini adalah berupa :
Menyediakan areal evakuasi, berupa lapangan terbuka yang aman
dan mudah dijangkau dengan dilengkapi oleh sarana kesehatan dan
dapur umum.
Menyediakan jalur evakuasi, berupa jalur khusus/ darurat apabila
jalur jalan tidak bisa di manfaatkan.
Untuk kawasan pesisir pantai, perlu di buatkan jalur berupa saluran
induk yang akan menampung limbasan air laut masuk ke daratan.
Untuk kawasan pantai juga perlu dibuatkan buffer zone berupa
lahan hijau/ hutan bakau/ mangrove yang dapat menahan gelombang
air laut dengan jarak minimal 50-100 meter dari bibir pantai.
Menyediakan peralatan pencegahan, atau peringatan dini berupa
alat-alat tradisional maupun modern untuk memberitahukan
masyarakat apabila terjadi bencana.
Melakukan
sosialisasi
kepada
masyarakat
setempat
untuk
mempersiapkan diri apabila terjadi bencana, seperti cara-cara
menyelamatkan diri, jalur yang harus dilewati, dll, sehingga
S
A
L
U
R
A
N
I
N
D
U
K
HUTAN
BAKAU/
BUFFER
ZONE
DERMAGA PERAHU
JARAK 50100
METER
LAUT
HUTAN BAKAU
/
BUFFER
ZONE
PERUMAHAN
AREAL
PERTANIAN
FASUM/FASOS
JALUR
EVAKUA
SI
AREAL
EVAKUASI
(Daerah Aman)
PERUMAHA
N
AREAL
PERKEBUNAN
S
A
L
U
R
A
N
IN
D
U
K
TERIMA
KASIH
Nature makes healthy
area..