Anda di halaman 1dari 36

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA

DINAS PEKERJAAN UMUM


Jalan Tjilik Riwut Km 7 Sukamara

EXSPOSE

LAPORAN ANTARA
PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KECAMATAN JELAI
KABUPATEN SUKAMARA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Tahun Anggaran 2013

LATAR BELAKANG
Perkembangan wilayah Kabupaten Sukamara yang sedemikian pesat
menuntut
upaya
perencanaan,pemanfaatan
dan
pengendalian
pembangunan dari segala sektor yang ada secara sinergis,
berkesinambungan dan pro lingkungan.
.Pengembangan serta pemanfaatan ruang dalam rangka menunjang
kegiatan ekonomi dan sosial di Kabupaten Sukamara saat ini masih
dirasakan kurang optimal.
Sejalan
dengan
pelaksanaan
otonomi
daerah,
pemerintah
berkewajiban mendorong pelaksanaan otonomi daerah tersebut, dan
berkaitan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan RTRW Kabupaten Sukamara No 14 Tahun
2012.
RDTR merupakan materi teknis pendukung yang perlu dipersiapkan
untuk mendukung kesemuanya dalam peningkatan perencanaan
pembangunan yang lebih sistematis, terarah dan terkendali.

Nature makes healthy

MAKSUD DAN TUJUAN SERTA SASARAN


Maksud dari penyusunan RDTR Kecamatan Jelai adalah mewujudkan
rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya
kawasan
strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan
berkelanjutan.
Tujuannya adalah:
Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan,
Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian periijinan
kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.

Sasaran dari perencanaan ini adalah untuk:


Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan
permukiman dalam kawasan.
Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun
dalam kawasan.
Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional
kabupaten,baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.
Mendorongnya investasi masyarakat didalam kawasan.
Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan
masyarakat/swasta.

Nature makes healthy

FUNGSI DAN MANFAAT


Fungsi RDTR Kecamatan Jelai
Kendali Mutu Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Berdasarkan
RTRW;
Acuan Bagi Kegiatan Pemanfaatan Ruang Yang Lebih Rinci Dari
Kegiatan Pemanfaatan Ruang Yang Diatur Dalam RTRW;
Acuan Bagi Kegiatan Pengendalian Pemanfaatan Ruang;
Acuan Bagi Penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang; Dan
Acuan Dalam Penyusunan RTBL.
Manfaat RDTR Kecamatan Jelai
penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat;
penentu intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah
sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara
keseluruhan; dan
penentu bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan
ruangnya pada tingkat BWP atau Sub BWP.

MANFAAT BAGI PEMDA DAN MASYARAKAT

Manfaat Bagi PEMDA


Dalam jenjang perencanaan tata ruang, Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Jelai merupakan produk rencana untuk:
Rencana operasional arahan pembangunan kawasan (operasional
action plan);
Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan (area
development plan);
Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun(urban
design guidelines).
Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan
RDTR
Kabupaten
harus
merujuk pada pranata rencana lebih tinggi, baik
Manfaat Bagi
Masyarakat
pada
lingkup
kawasan
maupun daerah.
Sebagai
Instrumen
pengendalian
pemanfaatan ruang serta sebagai
upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang, dimaksudkan agar
pemanfaatan ruang yang akan dilakukan masyarakat harus sesuai
dengan RTR yang telah ditetapkan. Instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan adalah peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya
dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang (UU 26/2007, penjelasan
umum no. 6).

KABUPATEN SUKAMARA DALAM KONSTELASI REGIONAL DAN


Dalam konstelasi regional dan nasional ( PP No. 47 tahun 1997 tentang
NASIONAL
RTRWN ) Kabupaten Sukamara termasuk dalam Kawasan Andalan
Sambun Raya (Sampit Pangkalan Bun).
Kawasan Andalan Sampit Pangkalan Bun diarahkan untuk
mengembangkan
sektor
unggulan
pertanian,
kehutanan,
perkebunan, perikanan, industri dan pariwisata.
Kawasan Andalan Sampit Pangkalan Bun terdiri dari 2 (dua) Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) dengan daerah belakang Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) masing-masing yaitu :
Kota Sampit sebagai pusat orientasi bagi daerah belakangnya
yang meliputi Kota Besi, Hanjalipan, Kuala Pembuang, dan Kuala
Kuayan.
Kota Pangkalan Bun sebagai pusat orientasi bagi daerah
belakangnya
yang meliputi
Parenggean,
Tumbangperwujudan
Samba,
Rencana
Tata Ruang Wilayah
Pulau Kalimantan
mengarahkan
Pangkalan
Pembuang
dan Sukamara.
rencanaKumai,
struktur
tata ruang.
Pengembangan
sistem pusat permukiman yang

ditekankan pada terbentuknya fungsi dan hirarki pusat permukiman sesuai


dengan RTRW Nasional yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dalam hal tersebut
diatas bahwa Kota Sukamara merupakan Pusat Kegiatan Lokal, dengan
Pusat Kegiatan Wilayahnya adalah Pangkalan Bun, Arahan pengembangan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi :
1. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana kota yang mendukung
fungsi kota sebagai pusat pelayanan kawasan perdesaan di sekitarnya.
2. Mendorong terciptanya keterkaitan sosial ekonomi antara kawasan

KABUPATEN SUKAMARA DALAM KONSTELASI REGIONAL DAN


NASIONAL

Kabupaten Sukamara dilihat dari arahan sistem kota-kota dalam


Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Tengah
termasuk kedalam Kota Orde III (tiga) bersama dengan Kota
Waringin Lama, Kota Kudangan, Kota Pangkut, Kota Tumbang Sangai,
Kota Tumbang Senamang, Kota Kuala Pembuang, Kota Samuda, Kota
Pelataran, Kota Tumbang Jutuh, Kota Bawan, Kota Kasongan, Kota Puruh
Struktur ruang wilayah Kabupaten Sukamara dalam 3 (tiga) sub
Cahu, Kota Lampoeng, Kota Kandui, Kota Timpah, Kota Bahaur, Kota
wilayah utama, yaitu :
Palingkau, dan UPT Dadahup.

Sub Wilayah Utara, merupakan wilayah yang memiliki potensi pengembangan


dengan sektor utamanya adalah pertanian (tanaman tahunan, palawija dan
perkebunan). Adapun wilayah yang termasuk sub wilayah ini adalah Kecamatan
Permata Kecubung dan Kecamatan Balai Riam.

Sub Wilayah Tengah, yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten


Sukamara dengan tingkat perkembangan wilayahnya lebih menonjol dibandingkan
dengan perkembangan wilayah pada bagian lainnya. Perkembangan wilayah ini
dicirikan dengan kegiatan utamanya yang bersifat perkotaan dan sebagai pusat
pemerintahan bagi Kabupaten Sukamara serta orientasi kegiatan di wilayah
Kabupaten Sukamara. Wilayah ini meliputi Kecamatan Sukamara.

Sub Wilayah Selatan, merupakan


aktifitas utamanya adalah kegiatan
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah
Produksi Terbatas) selain kegiatannya

kawasan yang umumnya dicirikan dengan


yang berfungsi lindung (berdasarkan peta
Provinsi Kalimantan Tengah terdapat Hutan
yang berfungsi lindung juga di sub wilayah

SKENARIO PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KABUPATEN


SUKAMARA

Pusat-pusat kegiatan yang difungsikan atas kebijaksanaan dan arahan


pengembangan wilayah. Berdasarkan arahan pengembangan pusatpusat yang ada di Kabupaten Sukamara maka pusat-pusat di wilayah
ini terbagi atas kelompok :
1. Pusat Utama sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) untuk tingkat
Kabupaten Sukamara; di Kota Sukamara Pusat kegiatan wilayah ini
berfungsi sebagai pusat pelayanan wilayah belakang (hinterland
service) dan berfungsi sebagai pusat perhubungan antar wilayah.
2. Pusat Sekunder
sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang
berfungsi melayani wilayah disekitarnya serta wilayahnya sendiri;
Jelai, Balai Riam, yang berfungsi sebagi pusat pengolahan atau
industri.
3. Pusat Tersier yang berfungsi melayani wilayahnya sendiri untuk
kegiatan desa berpusat di Desa Ajang, dan Desa Sei Cabang Barat
4. Pusat Kegiatan Desa (DPP) yang berfungsi melayani wilayahnya
sendiri, tersebar di setiap wilayah desa Kabupaten Sukamara,
berfungsi sebagai tempat permukiman

PROFIL WILAYAH KABUPATEN SUKAMARA


Secara geografis Kabupaten Sukamara terletak pada 2 19' sampai 3
07' Lintang Selatan dan 110 25' sampai dengan 111 9'25" Bujur
Timur
Kabupaten
Sukamara terdiri dari tiga kecamatan yaitu
Kecamatan Jelai, Kecamatan Sukamara dan Kecamatan Balai Riam
dengan total luas wilayah 3.827 Km2, tetapi berdasarkan Perda
Kabupaten Sukamara No. 03 Tahun 2006 tentang pembentukan
Kecamatan Permata Kecubung (pemekaran dari Kecamatan Jelai) dan
Kecamatan Pantai Lunci (pemekaran dari Kecamatan Balai Riam), maka
saat
ini Kabupaten
terdiri
dari 5 (lima)
Kecamatan.
Sedangkan
secaraSukamara
geografis,
Kabupaten
Sukamara
dibatasi wilayah

sebagai berikut;
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang

Di dalam Propinsi Kalimantan Barat Luas wilayah Kabupaten Sukamara


sebesar 3.827 Km2. Karakteristik geologi sebelah barat dan utara
merupakan daerah daratan dengan ketinggian antara 7 - 100 meter
dari atas permukaan laut, sedangkan wilayah selatan yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa merupakan dataran rendah yang cukup
potensial untuk sektor perikanan dan pertanian terutama padi sawah.

LUAS WILAYAH ADMINISTRASI


DI KABUPATEN SUKAMARA, TAHUN 2005

NO.

KECAMATAN

Luas Wilayah

Persentase

(Km2)

(%)

1.

Jelai

796

20.8

2.

Pantai Lunci

804

21.0

3.

Sukamara

1,028

26.9

4.

Balai Riam

519

13.6

5.

Permata Kecubung

680

17.8

JUMLAH

3,827

100.0

Jumlah Kelurahan/Desa Berdasarkan Kecamatan


di Kabupaten Sukamara tahun 2011
No

Kecamatan

Desa

Kelurahan

Jumlah

Jelai

Pantai Lunci

Sukamara

Balai Riam

Permata Kecubung

Jumlah

29

32

Sumber : Kabupaten Sukamara Dalam Angka 2011

GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN JELAI


Wilayah administratif Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara
Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan pengukuran di
lapangan, secara Geografis, lokasi ltudi berada pada : 02
5323 - 03 0111 Lintang Selatan, dan 110 4406 - 110
5414 Bujur Timur atau 470593-489347 mT dan 9,666203 9,680596 Mu
Sedangkan berdasarkan ciri-ciri alam yang dapat diidentifikasi
dilapangan, lokasi tersebut memiliki batas batas, sebagai
berikut :
a)Sebelah Utara : Sungai Jelai
b)Sebelah Selatan
: Laut Jawa
c)Sebelah Barat : Sungai Jelai
d)Sebelah Timur : Desa Bundung

Aksesibilitas Menuju Lokasi

Route

Palangkaraya
Pangkalan Bun

Prasarana/ Sarana/
Jarak
Kondisi Kendara
(Km)
Jalan
an

Waktu
Tempuh
(Jam)

Jalan
Negara

Bus /
Travel

455

10,0

Pangkalan Bun
Sungai
Kolam

Speed
Boat

45

1,5

Kolam
Sukamara

Roda
empat

70

1,5

Speed
Boat

44

1,0

Jalan
Provinsi

Sukamara Kec.
Sungai
Jelai

JUMLAH PENDUDUK DAN KELUARGA, MENURUT DESA TAHUN


2011
Penduduk
No

Desa

01

Kuala Jelai

02

04

Sungai Baru
Sungai
Bundung
Sungai Raja

05

Pulau Nibung

03

Kecamatan Jelai

Laki-Laki

Perempua
Jumlah
n

1,619

1,537

3,156

99

99

198

87

84

171

126

109

235

162

313

652

1,893

2,142

4,412

Jumlah
Rmh Tgg

71.5
3
4.49
3.87
5.33
14.7
7
100

748
43
38
64
162
1,055

Di Kecamatan Jelai, penduduk Desa Sungai Baru, Sungai


Bundung, dan Kelurahan Kuala Jelai mayoritas bekerja sebagai
nelayan ikan laut. Sedangkan Desa Pulau Nibung dan Sungai
Raja di Kecamatan Jelai dan desa-desa di Kecamatan Pantai
Lunci sebagian besar bekerja sebagai petani tanaman pangan.

PERTUMBUHAN PENDUDUK MENURUT DESA DALAM 4 TAHUN TERAKHIR


No
01
02
03
04
05

Pertumbuhan Penduduk (%)

Desa
2007
0.8
2.7
6.0
0.5
1.6
2.79

Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung
Kecamatan Jelai

2008
20.4
11.7
-5.7
69.3
-3.2
12.96

2009
-16.45
0.95
-10.50
-16.52
-17.30
-15.72

2010
-1.38
-6.60
-4.47
-13.38
-14.77
-4.66

Proyeksi Perkembangan Penduduk di Kecamatan Jelai Tahun 2010 2028


No

Desa

Tahun Proyeksi

2010

2011

2012

3,156

3,331

3,868

01

Kuala Jelai

02

Sungai Baru

198

201

218

03

Sungai
Bundung

171

182

188

04

Sungai Raja

235

246

259

05

Pulau Nibung

652

698

717

4,412

4,658

5,250

Kecamatan Jelai

2013

2018

2023

2028

4,255

6,383

9,575

14,363

240

360

540

810

207

282

423

635

285

428

642

963

789

1,184

1,776

2,664

12,956

19,434

5,775

8,636

Note : Asumsi perhitungan optimis dengan Pertumbuhan penduduk 1%, karena berdasarkan data yang ada kecenderungan
pertumbuhan penduduk minus (-).

PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK

Perhitungan proyeksi penduduk dengan asumsi 1% ini, menunjukan


adanya optimis perkembangan penduduk di masa mendatang di
Kecamatan Jelai baik dari pertumbuhan alamiah maupun adanya
migrasi penduduk seperti :
Dengan adanya peningkatan di bidang penyediaan sarana dan
prasarana perkotaan yang lebih baik.
Dorongan untuk menetap di Kecamatan Jelai melalui program
transmigrasi yang sedang di galakan kembali oleh Pemerintah Pusat.
Perkembangan sosial ekonomi daerah yang cenderung meningkat
setiap tahunnya.
Perkembangan
kesehatan
masyarakat
yangJelai
semakin
Proyeksi jumlah
Rumah Tangga
di Kecamatan
Tahun baik.
2013 - 2028
No

Desa

Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai
Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung

Tahun 2013
Jml RT
Jml
Pddk
1,064

Tahun 2018
Jml RT
Jml
Pddk
1,596

Tahun 2023
Jml RT
Jml
Pddk
2,394

4,255

6,383

9,575

60
240

90
360

52
207
71
285

5,775

159
635

642

1,184

241
963

444
1,776

2,160
8,636

810

161

296

1,444

203

106
423

428

789

Kecamatan Jelai

540

107

197

14,363
135

71
282

Tahun 2028
Jml RT
Jml
Pddk
3,591

666
2,664

3,240
12,956

4,860
19,434

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SUKAMARA TAHUN 2004 2011

Anggaran belanja pemerintah daerah tahun 2010 meningkat 18,36


persen menjadi 439,798 miliar rupiah dibandingkan tahun sebelumnya.
Tiga fungsi yang mendapatkan alokasi APBD terbesar adalah
perumahan dan fasilitas umum, pelayanan umum, dan pendidikan.
Sektor perbankan berfungsi sebagai penghimpun dana masyarakat,
memiliki peran yang cukup besar dalam menggerakkan perekonomian.
Jumlah bank
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sampai tahun 2011, terdapat
4 unit bank yang ada di Kecamatan Sukamara dan Balai Riam.

ORIENTASI PELAYANAN
DAN PEMASARAN.

Kota
Nanga
Bulik

Ibukota
Kabupaten

Kota Pangkalan Bun

LUAS LAHAN SAWAH. LUAS LAHAN BUKAN SAWAH


DAN LUAS LAHAN NON PERTANIAN MENURUT DESA (HA)

No.
01
02
03
04
05

Desa
Kuala Jelai
Sungai Baru
Sungai Bundung
Sungai Raja
Pulau Nibung
Kecamatan Jelai

Luas

Luas Lahan

Luas Lahan

Luas Lahan

Desa

Sawah

Bukan Sawah

Non Pertanian

2,947
14,250
2,600
8,000
22,619
50,416

53
3,000
155
3,000
171
6,379

3,400
23,700
2,800
13,500
23,000
66,400

400
6,450
45
2,500
210
9,605

KONDISI SARANA TRANSPORTASI ANTAR DESA DI KECAMATAN JELAI


TAHUN 2011
No.

Desa/ Kelurahan Jenis Sarana Transportasi


Aspal
Diperkeras Tanah
beton

Kuala Jelai

Sungai Baru

Sungai Bundung

Sungai Raja

Pulau Nibung

Lainnya

Dapat
Dilalui
Mobil
-

PROYEKSI KEBUTUHAN SARANA PELAYANAN UMUM DAN PELAYANAN


UMUM (UNIT)

No

Jenis Sarana

01
02
03
04
05

Sekolah
Sekolah
Sekolah
Sekolah

06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Pustu
Rmh.Bersalin
Bl.Pengobatan
Prakter Dokter
Pasar
KUD
Toko
Warung
Mesjid
Mushola
Sepak bola
Bola Voli
Bulu tangkis

TK
SD
SMP
SMA

Puskesmas

Tahun 2013

Tahun 2018

Tahun 2023

Tahun 2028

Jml pddk 5.775


jiwa
Jml
Jml
kbth
skrng

Jml pddk 8.636


jiwa
Kbth
Jml
tanah
kbth
(M2)
21.600
9
43.200
6
10.800
2
10.800
2
2.400
1
9.600
4
1.800
3
500
1
5.000
1
3.000
3
7.200
3
7.000
35
7.000
2
2.400
4
10.000
1
2.500
5
1.000
2

Jml pddk 12.956


jiwa
Kbth
Jml
tanah
kbth
(M2)
31.200
13
57.600
8
16.200
3
16.200
3
2.400
1
9.600
4
3.200
1
2.400
4
1.000
2
5.000
1
3.000
3
12.000
5
10.200
51
7.000
2
3.000
5
10.000
1
2.500
5
1.000
2

Jml pddk 19.434


jiwa
Kbth
Jml
tanah
kbth
(M2)
48.000
20
86.000
12
27.000
5
27.000
5
2.400
1
9.600
4
6.400
2
3.600
6
4.000
4
5.000
1
3.000
3
19.200
8
15.000
79
7.000
2
3.600
6
10.000
1
2.500
5
1.000
2

1
7
1
2

6
4
1
1

1
4
3
1
3
5
5
4
3
5
2

1
2
1
1
3
2
22
2
2
1
5
2

IDENTIFIKASI POTENSI WISATA

Potensi wisata yang terdapat di Kecamatan Jelai seperti :


Panorama keindahan pantai/ pesisir pantai sebagai kawasan wisata bahari.
Kawasan areal pertanian/ perkebunan sebagai kawasan Agrowisata.
Kawasan hutan primer sebagai kawasan wisata penelitian.
Alur Sungai yang cukup banyak sebagai wisata arum jeram.
Potensi makanan yang bersumber dari ikan sungai dan laut sebagai wisata kuliner.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wisata di Kecamatan Jelai ini
antara lain :
Aksessibitas /pencapaian /Jarak tempuh dari pusat provinsi maupun kabupaten
cukup jauh, sehingga akan menghambat pengembangan wisata yang ada.
Potensi yang ada belum dilakukan penataan kawasan, seperti kawasan pantai
sehingga kurang menarik untuk dikunjungi.
Potensi pertanian dan perkebunan yang akan dikembangkan sebagai kawasan
agropolitan dan agrowisata belum dilakukan promosi ke luar, sehingga masih belum
ada peminatnya.
Prasarana dan sarana pendukung belum dipersiapkan secara matang, sehingga
masih banyak kekurangan dalam penyediaan sarana wisatanya.
Kekuatan dalam pengembangan wisata adalah :
Pemerintah pusat sedang mendorong pengembangan wisata, khususnya kawasan yang
mempunyai potensi yang dapat dijadikan sebagai Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW).
Kelemahannya adalah
Belum dilakukan kajian pengembangan potensi wisata secara mendalam (Rencana
induk/ master plan kawasan), sehingga produknya dapat dijadikan acuan di dalam
pengembangan wisata secara berkesinambungan.
Objek wisata yang ada masih berkembang secara alami, karena belum adanya pihak
pengelolaan yang berminat.
Belum adanya badan khusus yang dapat menangani pengelolaan kawasan wisata,

DISTRIBUSI LOKASI PARIWISATA


Lokasi wisata bahari

Lokasi agrowisata

Lokasi wisata
penelitian hutan

Lokasi wisata

Lokasi wisata bahari

ANALISIS TATA RUANG


Adanya proyek transmigrasi
dengan distribusi fasilitas
pelayanan umum yang ada di
kecamatan merupakan
potensi untuk pemerataan
penyebaran penduduk.

Sarana
pelabuhan
nelayan
diperlukan
penataan
untuk
meningkatka
n ekonomi
masyarakat
dan PAD

Potensi areal pertanian dan


perkebunan dapat di manfaatkan
sebagai kawasan agrowisata yang
dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat dengan konsep
agropolitan

Aksessibilitas jalan menuju ibukota


kabupaten dan kota-kota
disekitarnya dapat memperlancar
arus distribusi dan pemasaran
barang-barang produksi pertanian
dan perkebunan
Lokasi pesisir pantai laut jawa
apabila dikelola dengan baik
dapat dikembangkan sebagai
kawasan wisata bahari

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN


Agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan aspirasi
masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, tapi juga mengembangkan segala aspek kehidupan sosial (pendidikan,
kesehatan, seni-budaya, politik, pertahanan-keamanan, kehidupan beragama,
kepemudaan, dan pemberdayaan pemuda dan kaum perempuan).
Agropolitan merupakan bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan
pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini
secara terpusat dikembangkan di kota-kota tertentu saja.

Secara
luas
pengembangan
agropolitan
berarti
mengembangkan perdesaan dengan cara memperkenalkan
fasilitas-fasilitas kota/modern yang disesuaikan dengan
lingkungan perdesaan. Ini berarti tidak mendorong perpindahan
penduduk desa ke kota, tetapi mendorong mereka untuk
tinggal di tempat dan menanamkan modal di daerah
perdesaan, karena kebutuhan-kebutuhan dasar (lapangan
kerja, akses permodalan, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, dan kebutuhan sosial-ekonomi lainnya) telah dapat
terpenuhi di desa.

PENGEMBANGAN
KAWASAN
Pada dasarnya
kawasan Agropolitan
harus AGROPOLITAN
memenuhi Kriteria sebagai
berikut:
(1) mempunyai skala ekonomi yang besar, sehingga produktif untuk
dikembangkan;
(2) mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang;
(3)
memiliki dampak spasial yang besar dalam mendorong
pengembangan wilayah yang berbasis pertanian sebagai sumber
bahan baku;
(4)
memiliki produk-produk unggulan yang mempunyai pasar yang
jelas dan prospektif;
(5) memenuhi prinsip prinsip efisiensi ekonomi untuk menghasilkan
output yang
maksimal.
Sedangkan
Agroindustri
adalah kegiatan industri yang memanfaatkan
hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan
peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, sehingga menjadi
produk jadi dan siap untuk dikonsumsi, atau produk antara dan siap
untuk proses lebih lanjut.
Pengembangan Agroindustri diperlukan agar tercipta keterkaitan yang
erat antara sektor pertanian dan sektor industri, sehingga proses
transformasi struktur perekonomian berjalan dengan baik dan efisien
dari dominasi pertanian menjadi dominasi industri.

Permasalahan
Yang
Dihadapi KAWASAN
Dalam
Pengembangan
PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN
AGROPOLITAN
Agropolitan Adalah Sebagai Berikut:
1. Sebagian besar wilayah pertanian belum mempunyai fasilitas kota
yang dapat melayani kebutuhan sosial ekonomi petani dan
masyarakat di perdesaan;
2. Rencana tata ruang kawasan agropolitan belum disusun;
3. Perkembangan kelembagaan di perdesaan masih menghadapi
banyak hambatan yang berkaitan dengan tingkat pendidikan,
hambatan informasi dan komunikasi;
4. Belum tumbunya jiwa enterprenership masyarakat perdesaan yang
berbasis agraris;
5. Masih tersekat sekatnya pembinaan agribisnis, dan pelaku sentral
agribisnis (petani) mempunyai posisi tawar yang rendah;
6. Belum tergalinya potensi dan peluang investasi di seluruh sektor;
7. Masih terbatasnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil
terhadap modal pengembangan usaha, input produksi, dukungan
teknologi, dan jaringan pemasaran, dalam upaya mengembangkan
peluang usaha dan kerjasama investasi;
8. Keterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi
dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan dan
produk unggulan daerah; dan
9. Pengusaha lebih berminat menanam modalnya ke daerah-daerah
yang telah maju, karena kurangnya infrastruktur.

PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROINDUSTRI


Sedangkan Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pengembangan
Agroindustri Adalah:
1. Masih tersekat-sekatnya pembinaan agroindustri;
2. Untuk industri makanan masih berbasis resep tradisional, teknologi
sederhana, punya kesan tidak hygienis dan kurang tahan lama;
3. Lingkungan usaha kurang kondusif;
4. Segmen pasar terbatas dan belum ada kebijakan pengembangan
agroindustri berbahan baku lokal;
5. Masih rendahnya penguasaan turunan industri dan teknologi;
6. Rendahnya kuantitas dan kualitas bahan baku agroindustri
7. Belum dikembangkan industri hulu pendukung pertanian dan industri
hilir dari agroindustri;
8. Belum adanya pabrik pengolahan pakan ikan dan pakan ternak
dengan bahan baku lokal;
9. Belum ada dukungan infrastuktur wilayah; dan
10. Penguasaan modal masih terbatas, khususnya UMKM

1. Terwujudnya
percepatan
pembangunan di wilayah-wilayah
cepat tumbuh dan
SASARAN
PENGEMBANGAN
AGROPOLITAN
strategis, terintegrasi dalam kesatuan ekonomi regional;
2.
Meningkatnya nilai tambah produk perdesaan dengan dikembangkan usaha
yang berwawasan industri;
3. Tersedianya fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan
masyarakat di perdesaaan untuk memenuhi kebutuhannya dalam
pengembangan usaha, pendidikan dan kesehatan;
4.
Terbangunya dan membaiknya kondisi prasarana dan sarana transportasi,
khususnya jalan untuk menciptakan akses sosial dan ekonomi;
5. Meningkatnya sikap profesionalisme dan kewirausahaan masyarakat yang
tinggal di distrik agropolitan;
6. Tumbuhnya kelembagaan yang dapat mendukung perkembangan sosial
ekonomi di distrik agropolitan;
7 . Meningkatnya akses petani dan pelaku usaha skala kecil terhadap modal
pengembangan usaha, input produksi, dukungan teknologi, dan jaringan
pemasaran, dalam upaya mengembangkan peluang usaha dan kerjasama
investasi;
8.
Meningkatnya jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi di kawasan
agropolitan;
9.
Terwujudnya kawasan pengembangan industri pengelolaan hasil hasil
pertanian secara terpadu untuk meningkatkan nilai tambah produk-produk
pertanian dan penyediaan lapangan kerja;
10. Terwujudnya keterkaitan kegiatan ekonomi antar wilayah perkotaan dan
perdesaan dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang saling
menguntungkan, sehingga terjadi keseimbangan pertumbuhan antara
perdesaan dan perkotanan;

SASARAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI


Sasaran akhir dari pengembangan agroindustri adalah
meningkatnya produktivitas, daya saing produk agroindustri, nilai
tambah produk pertanian, dan pendapatan masyarakat di
perdesaan, dengan rincian sebagai berikut:
1. Meningkatnya produktivitas agroindustri, sehingga dapat
merupakan pasar baru bagi produk pertanian;
2. Meningkatnya kapasitas pemasaran produk pertanian sebagai
bahan baku;
3. Meningkatnya nilai tambah produk pertanian;
4. Meningkatnya kualitas produk agroindustri di perdesaan;
5. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di perdesaan; dan
6. Meningkatnya pendapatan masyarakat desa.

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN


Konsep pengembangan kawasan agropolitan akan terbagi dalam
beberapa zona yang saling berhubungan/ interaksi satu sama lainnya
sehingga menciptakan suatu sinerji dalam pengembangan kawasan.
Adapun zona-zona tersebut terbentuk dalam suatu pola yaitu :
Pola Pemanfaatan ruang kawasan bersifat makro
a.Pola
pemanfaatan
ruang
permukiman
bersifat mikro
Arahan
Pengembangan
Jaringan
Jalan
Arahan ini mencakup strategi yang di tempuh untuk lebih meningkatkan
hubungan/keterkaitan fungsi antar kawasan serta keterkaitanya dengan sistem jaringan
prasarana transportasi dan sistem prasarana lainnya.
Dalam hal ini perlu ditentukan bagaimana arahan kawasan agropolitan ini dikembangkan
agar dapat memicu pertumbuhan dan pemeratan, bagaimana pengembangan jaringan
jalan dikembangkan sesuai dengan strategi pengembangan kawasan untuk kelancaran
produksi, serta bagaimana kawasan agropolitan dikembangkan sesuai dengan strategi
pengembangan sektor produksi.
b. Arahan Pengembangan Kawasan Permukiman, Kawasan Pertanian, Kawasan
Perkebunan, Agroindustri, dan Kawasan Konservasi.
Arahan ini merumuskan strategi pengembangan kawasan pemukiman, pertanian,
perkebunan agroindustri, dan kawasan konservasi dengan prinsip optimasi dalam upaya
meningkatkan kemampuan produksi. Dimana kawasan-kawasan tersebut diatas
merupakan satu kesatuan yang memiliki fungsi dan peran secara fungsional mendorong
perkembangan kawasan agropolitan.
c. Arahan pengembangan Sistem Pusat Pertumbuhan dan Sub Pusat Pertumbuhan
Arahan ini mencakup penentuan pusat pertumbuhan dan Sub Pusat Pertumbuhan, berupa
pola permukiman keterkaitan di antara pusat-pusat permukiman perdesaan dan
perkotaan, serta kebijakan pengembangannya dengan mengarahkan perumahan/
permukiman tidak dilakukan secara linier disepanjang jalan raya, tetapi diarahkan ke
dalam pusat atau sub pusat pertumbuhan, sehingga kelestarian dan keseimbangan

POLA KONSEPSI PEMANFAATAN RUANG KAWASAN AGROPOLITAN


(MAKRO)

LEGENDA :
PUSAT PERTUMBUHAN
SUB PUSAT
PERTUMBUHAN
KAWASAN PERMUKIMAN

PERKEBUNAN DAN AGRO


INDUSTRI
KAWASAN PERTANIAN
KAWASAN KONSERVASI
JARINGAN JALAN
ARAH PENGEMBANGAN
PERMUKIMAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN


Pola pemanfaatan ruang permukiman dimaksudkan untuk memberikan arahan dan gambaran suatu kawasan
permukiman yang ideal bagi pengembangan kawasan agropolitan.
a. Arahan Pengembangan Fasilitas Sosial (Fasos)
Arahan pengembangan fasilitas sosial mencakup kebijakan
Pengembangan dan penyediaan fasilitas sosial suatu kawasan di pusat pertumbuhan atau Sub pusat pertumbuhan
yang di dukung oleh sistem prasarana jaringan jalan utama kawasan dan jalan lingkungan untuk meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kepada masyarakat secara mudah. Seperti :
Sarana Pendidikan
Sarana Kesehatan
Sarana Peribadatan
Sarana Kantor Desa
b. Arahan Pengembangan Fasilitas Ekonomi (Fasek)
Arahan pengembangan failitas ekonomi ini mencakup kebijakan penyediaan bagi pengembangan ekonomi kawasan
di permukiman melalui penyediaan sarana perekonomian kawasan bagi pelayanan kepada masyarakat dengan
mudah serta untuk mendukung dan meningkatkan ketersediaan serta menunjang kegiatan produksi pertanian dan
perkebunan yang merupakan basis di kawasan agropolitan ini. Seperti :
Sarana Toko/ warung
Sarana Pasar
Sarana Koperasi/ KUD
Sarana Telekomunikasi
Sarana bengkel dan Jasa
c. Arahan Pengembangan Fasilitas Umum (fasum)
Arahan pengembangan fasilitas umum ini mencakup kebijakan pengembangan sarana pelayanan umum untuk
meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan bagi masyarakat, terutama dalam mendukung kelancaran proses
pengembangan kawasan agropolitan disamping untuk meningkatkan ketersediaan dan penyediaan sumber daya
bagi kegiatan permukiman, produksi jasa, dan sosial ekonomi masyarakatnya. Seperti :
Sarana terminal
Sarana Ruang Terbuka/ Taman
Sarana Parkir
Sarana Halte
Sarana Kantor polisi.

POLA KONSEPSI PEMANFAATAN RUANG KAWASAN AGROPOLITAN


(MIKRO)
PERTANIAN

PERTANIAN

PERKEBUNAN/PERTANIAN

AGROINDUSTRI

perumahan

AGROINDUSTRI

PERTANIAN

A. FASILITASSOSIAL(FASOS)
1. Sarana Pendidikan
2. Sarana Kesehatan
3. Sarana Peribadatan
4. Sarana Kantor Desa

fasum

fasek
fasum

perumahan

fasos

perumahan

perumahan

PERKEBUNAN/ PERTANIAN

PERTANIAN

B. FASILITASEKONOMI (FASEK)
1. Sarana Toko/ Warung
2. Sarana KUD
3. Sarana Pasar
4. Sarana Bengkel
5. Sarana Jasa

C. FASILITASUMUM (FASUM)
1. Sarana Terminal
2. Sarana Taman Bermain
3. Sarana Parkir
4. Sarana Halte
5. Sarana Kantor Polisi

CIRI-CIRI
PERKEMBANGAN
KAWASANdicirikan
AGROPOLITAN
Kawasan
agropolitan
yang sudah berkembang
oleh hal hal
sebagai berikut :
(1) Peran sektor pertanian (sampai ke tingkat agro processingnya)
tetap dominan;
(2) Pengaturan pemukiman yang tidak memusat, tetapi tersebar
pada skala minimal sehingga dapat dilayani oleh pelayanan
infrastruktur seperti listrik, air minum, ataupun telekomunikasi
(sekitar 300 pelanggan setara dengan 300 kepala keluarga).
Infrastruktur yang tersedia dapat melayani keperluan masyarakat
untuk pengembangan usaha taninya sampai ke aktivitas
pengolahannya.
(3) Di kawasan agropolitan juga tersedia infrastruktur sosial seperti
untuk pendidikan, kesehatan, sampai kepada rekreasi dan olah
raga.
(4) Aksesibilitas yang baik dengan pengaturan pembangunan jalan
sesuai dengan kelas jalan yang dibutuhkan dari jalan usaha tani
sampai ke jalan kolektor dan jalan arteri primer; dan
(5)
Mempunyai produk tata ruang yang telah dilegalkan dengan
Peranan Daerah dan konsistensi para pengelola kawasan,
sehingga dapat menahan setiap kemungkinan konversi dan
perubahan fungsi lahan yang menyimpang dari peruntukannya.

Prinsip-prinsip mitigasi
bencana merupakan
upaya penanggulangan
MITIGASI
BENCANA
bencana seandainya terjadi di wilayah Kecamatan Jelai. Faktor upaya
secara dini di dalam penanggulangan bencana ini perlu dilakukan
untuk dapat meminimalkan kerugian material, harta dan manusia.
Sehingga perlu adanya tindakan maupun perencanaan terpadu sektoral
dengan melibatkan masyarakat. Adapun prinsip-prinsip mitigasi
bencana ini adalah berupa :
Menyediakan areal evakuasi, berupa lapangan terbuka yang aman
dan mudah dijangkau dengan dilengkapi oleh sarana kesehatan dan
dapur umum.
Menyediakan jalur evakuasi, berupa jalur khusus/ darurat apabila
jalur jalan tidak bisa di manfaatkan.
Untuk kawasan pesisir pantai, perlu di buatkan jalur berupa saluran
induk yang akan menampung limbasan air laut masuk ke daratan.
Untuk kawasan pantai juga perlu dibuatkan buffer zone berupa
lahan hijau/ hutan bakau/ mangrove yang dapat menahan gelombang
air laut dengan jarak minimal 50-100 meter dari bibir pantai.
Menyediakan peralatan pencegahan, atau peringatan dini berupa
alat-alat tradisional maupun modern untuk memberitahukan
masyarakat apabila terjadi bencana.
Melakukan
sosialisasi
kepada
masyarakat
setempat
untuk
mempersiapkan diri apabila terjadi bencana, seperti cara-cara
menyelamatkan diri, jalur yang harus dilewati, dll, sehingga

KONSEP MITIGASI BENCANA


LAUT

S
A
L
U
R
A
N
I
N
D
U
K

HUTAN
BAKAU/
BUFFER
ZONE

DERMAGA PERAHU

JARAK 50100
METER

LAUT

HUTAN BAKAU
/
BUFFER
ZONE

JALUR JALAN LINGKUNGAN

PERUMAHAN

AREAL
PERTANIAN

FASUM/FASOS

JALUR
EVAKUA
SI

AREAL
EVAKUASI
(Daerah Aman)

PERUMAHA
N

AREAL
PERKEBUNAN

S
A
L
U
R
A
N
IN
D
U
K

TERIMA
KASIH
Nature makes healthy
area..

Anda mungkin juga menyukai