Anda di halaman 1dari 3

8. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil kesehatan Provinsi Riau 2012.

Pekanbaru;
2013.
9. Khurram M, Young IM, Arshad MM, Khar HTB. Factors affecting relapse of
tuberculosis. Journal of Rawalpindi Medical College, 13(1): 44-47: Departement of
Medicine, Rawalpindi Medical College. Rawalpindi; 2009.
10. World Health Organization. Tuberculosis profile-Indonesia; 2012. Available from:
http://www.who.int/tb/country/data/profiles/en/index.html. [Diakses 16 Desember
2013].
11. Profil kesehatan provinsi riau kak yaumil
12. Khan A, Sterling TR, Reves R, Vernon A, Horsburgh CR, Tuberculosis trials
consortium. Lack of weight gain and relapse risk in a large tuberculosis treatment
trial. American Journal Respiratory Criteria Care Medicine 2002; 165: A293.Clinical
and Health System Research Branch Centers for Disease Control and Prevention,
USA; 2006.
13. Daryatno T. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan penderita tuberculosis
paru strategi DOTS di Puskesmas dan BP4 di Surakarta dan wilayah sekitarnya
[tesis]. Semarang. Universitas Diponegoro; 2003.
14. Price SA, Wilson LM. Tuberkulosis paru. Dalam: Hartanto H, Wulansari P, Susi N,
Mahanani DA, editors. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC; 2005. Halaman: 852-861.
15. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikobakterium. Dalam: Hartanto H, Rachman C,
Dimanti A, Diani A, editors. Mikrobiologi kedokteran Jawetz, Melnick, &Adelberg.
Edisi 23. Jakarta: EGC; 2007. Halaman: 325-333.
16. Wismarini DM, dkk. SKK Imunisasi. Djupuri R, Irwanda M, Ratih IG, editors. Krida
Pengendalian Penyakit.
17. Sitepu MY. Karakteristik penderita TB paru relapse yang berobat di Balai Pengobatan
Paru-Paru (BP4) Kota Medan Tahun 2000-2007 [skripsi]. Medan. Universitas
Sumatera Utara; 2009.
18. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman penatalaksanaan TB (konsensus TB).
Jakarta; 2013.
19. Shen G, Xue Z, Gao Q. Recurrent tuberculosis and exogenous reinfection, Shanghai,
China. Fudan University, Shanghai: Peoples Republic of China; 2011.
20. Widjadja R. TBC (Tuberkulosis) gejala dan pengobatannya. Dalam: Tim VMK,
editor. Penyakit kronis: tindakan, pencegahan, pengobatan secara medis maupun
tradisional. Jakarta: Bee Medika Indonesia; 2009. Halaman: 186-200.
21. Icksan AG, Luhur R. Tuberkulosis paru. Dalam :Pradana A, editor. Radiologi toraks
tuberculosis paru. Jakarta: Sagung Seto; 2008. Halaman: 2-10.
22. Huldani. Status gizi mempengaruhi konsumsi oksigen maksimal (VO2maks) siswa
pondok pesantren Darul Hijrah. Kalimantan Selatan; 2012.
23. Somroo JA, Qazi HA. Factors associated with relapsed tuberculosis in males and
females: a comparative study. Tanaffos Journal 8(3): 22-27: National Research
Institute of Tuberculosis and Lung Disease, Iran; 2009.

24. Widoyono. Tuberkulosis paru. Dalam: Safitri A, Astikawati R, editors. Penyakit


tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya. Jakarta:
Erlangga Medical Series (EMS); 2008. Halaman: 13-21.
25. Batista JL, de Albuquerque MFPM, Ximenes RAA, Rodrigues LC. Smoking increases
the risk of relapse after successful tuberculosis treatment. International Journal of
Epidemiology 37: 841-851. Oxford University; 2008.
26. Thomas A, Gopi PG, Santha T, Chandrasekaran V, Subramani R, Selvakumar N,
et.al.. Predictors of relapse among pulmonary tuberculosis patients treated in a DOTS
programme in South India. International Journal Tuberculosis Lung District 9(5): 55656: Tuberculosis Research Centre, Chennai, India; 2005.
27. Tirtana BT, Musrichan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan
pada pasien tuberculosis paru dengan resistensi obat tuberculosis di wilayah Jawa
Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro; 2011.
28. Mandal BK, Wilkins EG, Dunbar EM, Maryon-white RT. Tuberkulosis. Dalam: Safitri
A, editor. Lecture notes: penyakit infeksi. Edisi 6. Jakarta: Erlangga Medical Series
(EMS); 2008. Halaman: 220-228.
29. Werdhani RA. Patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
30. Jusuf A. Pedoman penerapan DOTS di rumah sakit. Departemen Kesehatan RI:
jakarta; 2007. Halaman: 8.
31. Hopewell PC. Diagnosis pengobatan kesehatan masyarakat: standar internasional
untuk pelayanan tuberkulosis. Jusuf A, alih bahasa. Bakti Husada; 2006. Halaman: 24.
32. Mustikawati DA, Surya A. Terobosan menuju akses universal strategi nasional
pengendalian TB di Indonesia 2010-2014. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta; 2011. Halaman: 29.
33. Rifqatusaadah
34. Hurlock EB. Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Edisi 5. Jakarta: Erlangga; 2010. Halaman: 14-15.
35. Wade C, Tavris C. Psikologi jilid 2. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2008. Halaman: 16-17.
36. Crofton (skripsi kak yaumil)
37. Aditama TY. Tuberkulosis diagnosis, terapi, dan masalahnya. Jakarta: Yayasan
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia; 2005.
38. Pare LA, Amiruddin R, Leida I. Hubungan antara pekerjaan, PMO, pelayanan
kesehatan, dukungan keluarga, dan diskriminasi dengan perilaku berobat pasien TB
paru. Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2013.
39. Buku silikosis

40. Siswanto, Mustafa A, Aeni N. Hubungan tingkat konsumsi energi dan protein, status
gizi, sanitasi lingkungan dengan terjadinya penyakit TB paru di Puskesmas Pulo
Merak Kota Cilegon. Malang. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2007.
41. Dooley KE, Lahlou O, Ghali I, Knudsen J, Elmessaoudi MD, Cherkaoui I, et.al.. Risk
factors for tuberculosis treatment failure, default, or relapse and outcomes of
retreatment in Morocco. Johns Hopkins University School of Medicine. Bio Medical
Center Public Health. Baltimore, USA; 2011.
42. Wulandari DR, Sugiri YJ. Diabetes melitus dan permasalahannya pada infeksi
tuberkulosis. Jurnal Respirasi Indonesia 2013;33:126-34. Departemen Pulmonologi
dan Ilmu Kedokteran Respirasi. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang;
2013.
43. Zulkarnain. Analisis drug resistance dan multi-drug resistance tuberculosis pada
previously treated cases dengan strategi DOTS di Kabupaten Deli Serdang tahun 2004
[tesis]. Medan. Sumatera Utara; 2005.
44. Zuliana I. Pengaruh karakteristik individu, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
peran pengawas menelan obat terhadap tingkat kepatuhan penderita TB paru dalam
pengobatan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan [skripsi]. Medan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2009.
45. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Keseharan Republik Indonesia. Pharmaceutical care
untuk penyakit tuberkulosis. Jakarta; 2005.
46. Pasek MS, Suryani N, Murdani PK. Hubungan persepsi dan tingkat pengetahuan
penderita tuberkulosis dengan kepatuhan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas
Buleleng I. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol.1 No. 1. Surakarta. Universitas
Sebelas Maret; 2013. Halaman: 14-23.
47. Dalimunthe NN, Keliat EN, Abidin A. Penatalaksanaan tuberkulosis dengan resistensi
obat anti tuberkulosis. Divisi Pulmonologi Alergi Imunologi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2012.
48.

Anda mungkin juga menyukai