Kesaksian Kuasa Doa
Kesaksian Kuasa Doa
Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya. Sebelum
beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk tumpang tangan sekali lagi. Bapa di sorga, aku
percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau
akan mengadakan mujizat buatku. Dalam nama Yesus, Amin.
Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan beberapa lagu
puji-pujian. Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil
tempat untuk menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah
jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan bungkusan dengan
jarinya pada tiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya
dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Ternyata tempenya benar-benar belum jadi!
Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena
doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia
hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa
menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang
masih setengah jadi.
Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai sepi dengan pembeli. Ia melihat
dagangan teman-temannya sesama penjual tempe yang Tempenya sudah hampir habis. Ratarata tinggal sedikit lagi tersisa. Si ibu tertunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup menghadapi
kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang dalam. Yang
ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. Bu?! Maaf ya, saya mau tanya.
Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar
mencarinya.
Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya
itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa Tuhan, saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak
butuh lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam nama
Yesus, Amin.
Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia
duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi raguragu untuk menjawab ya kepada wanita itu. Bagaimana nih? ia pikir. Kalau aku katakan
iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujizat Tuhan?
Ia kembali berdoa dalam hatinya, Ya, Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi.
Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan tolonglah aku kali ini. Tuhan
dengarkanlah doaku ini.. ujarnya berkali-kali. Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun
membuka sedikit daun penutupnya.
Lalu, apa yang dilihatnya. Ternyata ternyata Memang benar tempenya belum jadi! Ia
bersorak senang dalam hatinya. Puji Tuhan! Puji Tuhan, katanya. Singkat cerita wanita
tersebut akhirnya memborong semua dagangan si ibu itu.
Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli tempe yang belum
jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau
tempe yang berasal dari desa itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus
membeli tempe yang belum jadi, supaya agar setibanya di sana, tempenya sudah jadi. Kalau
tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut sudah tidak
bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak lagi.
Sahabatku,
Apa yang bisa kita simpulkan dari kesaksian ini?
Pertama: Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita berdoa
padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan.
Kedua: Tuhan menolong kita dengan cara-Nya yang samasekali di luar perkiraan kita
sebelumnya.
Ketiga: Tiada yang mustahil bagi Tuhan
Keempat: Percayalah bahwa Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan rancangan-Nya.
Semoga kita akan semakin mengerti akan arti dan kuasa doa tersebut.
Tuhan memberkati kita.