Anda di halaman 1dari 3

Sebuah Kesaksian : Kuasa DOA!

31 Senin Jan 2011


Posted by Rinto Medi in Motivasiku
Tinggalkan sebuah Komentar
Peristiwanya terjadi di sebuah desa di Jawa Tengah. Seorang ibu setengah baya tersebut
sehari-harinya adalah penjual tempe di desanya. Tempe yang djualnya merupakan tempe
yang dibuatnya sendiri. Pada suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia akan pergi ke pasar
untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu, tempe yang terbuat dari kacang kedele itu masih
belum jadi tempe alias masih setengah jadi.
Ibu ini sangat sedih hatinya. Sebab jika tempe tersebut tidak jadi berarti ia tidak akan
mendapatkan uang karena tempe yang belum jadi tentunya tidak laku dijual. Padahal mata
pencaharian si ibu hanyalah dari menjual tempe saja agar ia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu yang memang aktif beribadah di gerejanya teringat
akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib,
bahwa bagi Tuhan tiada yang mustahil. Lalu iapun tumpang tangan di atas tumpukan
beberapa batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut.
Bapa di sorga, aku mohon kepada-Mu agar kedele ini menjadi tempe. Dalam nama Yesus,
Amin.
Demikian doa singkat si Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hatinya. Ia yakin dan
percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan tenang ia menekan-nekan dengan ujung
jarinya bungkusan bakal tempe tersebut. Dengan hati yang deg-degan ia mulai membuka
sedikit bungkusannya untuk melihat mujizat kedele jadi tempe terjadi. Lalu apa yang terjadi?
Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele tersebut masih tetap kedele! Si Ibu tidak
kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia
tumpang tangan di atas batangan kedele tersebut. Bapa di sorga, aku tahu bahwa bagi-Mu
tiada yang mustahil. Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang tempe karena itulah
mata pencaharianku Aku mohon dalam nama Yesus jadilah ini menjadi tempe. Dalam nama
Yesus, Amin.
Dengan iman iapun kembali membuka sedikit bungkusan tersebut. Lalu apa yang terjadi?
Dengan kaget ia melihat bahwa kacang kedele tersebut masih tetap begitu!
Sementara hari semakin siang di mana pasar tentunya akan semakin ramai. Si ibu dengan
tidak merasa kecewa atas doanya yang belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun sebagai
langkah iman ia akan tetap pergi ke pasar membawa keranjang berisi barang dagangannya
itu. Ia berpikir mungkin mujizat Tuhan akan terjadi di tengah perjalanan ia pergi ke pasar.
Lalu iapun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar.

Semua keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya. Sebelum
beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk tumpang tangan sekali lagi. Bapa di sorga, aku
percaya Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau
akan mengadakan mujizat buatku. Dalam nama Yesus, Amin.
Lalu ia pun berangkat. Di sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan beberapa lagu
puji-pujian. Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia mengambil
tempat untuk menggelar barang dagangannya. Ia yakin bahwa tempenya sekarang pasti sudah
jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya dan pelan-pelan menekan-nekan bungkusan dengan
jarinya pada tiap bungkusan yang ada. Perlahan ia membuka sedikit daun pembungkusnya
dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Ternyata tempenya benar-benar belum jadi!
Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam. Ia mulai kecewa pada Tuhan karena
doanya tidak dikabulkan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia
hidup hanya mengandalkan hasil menjual tempe saja. Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa
menggelar dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang
masih setengah jadi.
Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai sepi dengan pembeli. Ia melihat
dagangan teman-temannya sesama penjual tempe yang Tempenya sudah hampir habis. Ratarata tinggal sedikit lagi tersisa. Si ibu tertunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup menghadapi
kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa yang dalam. Yang
ia tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. Bu?! Maaf ya, saya mau tanya.
Apakah ibu menjual tempe yang belum jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar
mencarinya.
Seketika si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia menjawab sapaan wanita di depannya
itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa Tuhan, saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku tidak
butuh lagi. Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam nama Yesus, dalam nama
Yesus, Amin.
Tapi kemudian, ia tidak berani menjawab wanita itu. Ia berpikir jangan-jangan selagi ia
duduk-duduk termenung tadi, tempenya sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam posisi raguragu untuk menjawab ya kepada wanita itu. Bagaimana nih? ia pikir. Kalau aku katakan
iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi. Siapa tahu tadi sudah terjadi mujizat Tuhan?
Ia kembali berdoa dalam hatinya, Ya, Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi.
Sudah ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan tolonglah aku kali ini. Tuhan
dengarkanlah doaku ini.. ujarnya berkali-kali. Lalu, sebelum ia menjawab wanita itu, ia pun
membuka sedikit daun penutupnya.
Lalu, apa yang dilihatnya. Ternyata ternyata Memang benar tempenya belum jadi! Ia
bersorak senang dalam hatinya. Puji Tuhan! Puji Tuhan, katanya. Singkat cerita wanita
tersebut akhirnya memborong semua dagangan si ibu itu.
Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli tempe yang belum
jadi. Ia bertanya kepada si wanita. Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di Yogya mau
tempe yang berasal dari desa itu. Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus

membeli tempe yang belum jadi, supaya agar setibanya di sana, tempenya sudah jadi. Kalau
tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti tempe tersebut sudah tidak
bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak lagi.
Sahabatku,
Apa yang bisa kita simpulkan dari kesaksian ini?
Pertama: Kita sering memaksakan kehendak kita kepada Tuhan pada waktu kita berdoa
padahal sebenarnya Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan.
Kedua: Tuhan menolong kita dengan cara-Nya yang samasekali di luar perkiraan kita
sebelumnya.
Ketiga: Tiada yang mustahil bagi Tuhan
Keempat: Percayalah bahwa Tuhan akan menjawab doa kita sesuai dengan rancangan-Nya.
Semoga kita akan semakin mengerti akan arti dan kuasa doa tersebut.
Tuhan memberkati kita.

Anda mungkin juga menyukai