Anda di halaman 1dari 23

KTI NIA

LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima Dan Disetujui Untuk Dipertahankan Pada Ujian Akhir Program
Pendidikan Diploma III Kesehatan Program Studi Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan
Menyetujui
Medan,14 April 2013
Pembimbing
(Kamalia Ainun, S.Kep, Ns)
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Sidang Ujian Akhir Program
Pendidikan Diploma III Kesehatan Program Studi Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan
Medan, 14 April 2013
Tim Penguji
1. Suriani, SST
2. Niasty Lasmy Zaen , SST
3. Kamalia Ainun, S.Kep, Ns
Mengesahkan :
STIKes RS. Haji Medan Ka.Prodi D-III Kebidanan
Ketua,
( Hj. Masdalifa Pasaribu, SKM, M.Kes) (Sumiatik, SST)
Tanggal Sidang Akhir : 14 Mei 2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul Gambaran Faktor Faktor
Ibu Melakukan Heacting Perenium Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2013
Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini disusun dan diajukan sebagai salah satu
syarat dalam menempuh ujian Karya Tulis Ilmiah Diploma III Kebidanan
Rumah Sakit Haji Medan. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari tata bahasa maupun teknik penelitiannya untuk
itu peneliti berharap kepada semua pihak guna memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Pada kesempatan ini tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya:
1. Yayasan Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.
3. Ketua Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Rumah Sakit Haji
Medan.
4. Kamalia Ainun,S.kep.ns selaku Pembimbing, yang telah banyak
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan masukan, arahan dan
idenya dengan penuh kesabaran dan ketulusan selama penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Suriani, SST Penguji I,Niasty Lasmy Zaen,SST Penguji II,Kamalia
Ainun,S.kep,ns Penguji III, yang memberikan arahan dan bimbingan yang
sangat berguna selama proses ujian Karya Tulis Ilmiah berlangsung.
6. Teristimewa peneliti ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ayahanda tercinta M.abas Sahid dan ibunda tersayang Nuraini dan
seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan baik yang bersifat
moril maupun material sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Akademi Kebidanan STIKes Rumah Sakit
haji Medan serta teman karibku: kamar 28
(nining,sinden,nurul,yuli,riska,nia,dan mentari) serta adik-adikku yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


8.
Akhir kata, peneliti ucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, semoga
mendapat balasan dan pahala dari Allah SWT serta mendapat lindungan-Nya
Amin Ya Robbal alamin.
Medan, April 2013
Peneliti
(Novitasari said)

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR LAMPIRAN iv
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 6
2.1. Ibu 6
2.1.1. Defenisi 6
2.4 heacting 10
2.4.1 Definisi 10
2.5 faktor factor penyebab terjadinya heacting perenium 11
2.6 distosia bahu 13

2.7 makrosomia 13
2.8 kelahiran bokong 16
BAB 3 METODE PENELITIAN 21
3.1 Desain Penelitian 21
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian 21
3.2.1 Lokasi Penelitian 21
3.2.2 Waktu Penelitian 21
3.3 Populasi Dan Sampel 22
3.3.1 Populasi 22
3.3.2 Sampel 22
3.4 Definisi Operasional 22
2.5 Etika Penelitian 23
3.6 Teknik Pengumpulan Data 24
3.7 Pengolahan Data 24
3.8 Penyajian Data 27
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Definisi Operasional 23
Tabel 2 : Data Demografi Berdasarkan Sikap Gambaran factor factor ibu
melakukan
Heacting perenium dirumah sakit haji medan
Tahun 2013 28
Tabel 3 : Data Demografi Berdasarkan Tindakan Gambaran factor factor ibu
melakukan
Heacting perenium dirumah sakit haji medan
Tahun 2013 28
Tabel 4 : Data Demografi Berdasarkan Prilaku Gambaran factor factor ibu
melakukan

Heacting perenium dirumah sakit haji medan


Tahun 2013 29

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Dari Pendidikan
Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian Dari Rumah Sakit Haji Medan
Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian Dari Rumah Sakit Haji Medan
Lampiran 4 : Jadwal Penelitian
Lampiran 5 : Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 : lembar ceklis
Lampiran 7 : Lembar Jawaban
Lampiran 8 : Master Tabel
Lampiran 9 : Lembar Konsul
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hecting adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang
sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
Hecting perineum adalah suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
Heacting adalah = penjahitan pada luka=tindakan untuk menyatukan tepi2
luka.
Heacting adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang
sampai sembuh dan cukup menahan beban fisiologis.
Menurut data WHO (2002) menyebutkan bahwa 20% ibu bersalin terpaksa

harus dilakukan heacting pada perenium karena adanya robekan.


Sedangkan di Indonesia (2009) terdapat beberapa ibu yang mengalami
kematian akibat tidak dilakukannya heacting pada perenium
Di Sumatera Utara sebesar 11% ibu harus dirawat akibat robekan pada saat
persalinan.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti dirumah sakit haji medan,
sebanyak 2% dari 10% ibu dirawat dirumah sakit haji akibat robekan jalan
lahir pada saat persalinan.
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat
(Aziz, 2004). Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi
oleh vulva dan anus (Danis, 2000). Post Partum adalah selang waktu antara
kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada
waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi
vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai
dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya
infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran
anak atau aborsi.
. Seide (Silk/Sutra)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan disebelah luar, maka
benang harus dibuka kembali. Berguna untuk menjahit kulit, mengikat
pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering digunakan adalah nomor 2 nol 3
nol, 1 nol dan nomor 1.
Plain Catgut
Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 710 hari
dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat sumber
pendarahan kecil, menjahit subcutis dan dapat pula digunakan untuk

bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan penyimpulan 3
kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila penyimpulan dilakukan
hanya 2 kali akan terbuka kembali.
Chromic CatguT
Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih lama yaitu sampai 20
hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar
dibandingkan dengan plain catgut. Berguna untuk penjahitan luka yang
dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari dan bila mobilitas harus segera
dilakukan.
Catgut kromik adalah benang catgut yang telah dikombinasi dengan garamgaraman krom. Fungsi garam-garaman krom adalah menunda proses
proteolisis yang menyebabkan catgut dapat direabsorpsi,sehingga
memperpanjang waktu agar benang dapat dipertahankan dalam jaringan
bersama-sama selama proses penyembuhan.
Jenis dan ukuran benang untuk penajhitan luka perineum:
Catgut kromik 4-0
. Perbaikan dining anterior rektum pada laserasi derajat empat
Perbaikan laserasi klitoris
Perbaikan ditempat lain apabila memerlukan benang yang sangat halus
Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang
robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar
muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg,
A., 1996)Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina
yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum
diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi
perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi

epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral.


Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak pembuluh
darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki (Jones
Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering
dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
Episiotomi medial
Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
Tuberositas ischii
Arteri pudenda interna
Arteri rektalis inferior
Heacting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan
menghubungkan kembali jaringan tubuh yang terputus atau terpotong
(mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat proses
penyembuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yaitu,gambaran factor-faktor ibu melakukan heacting perenium
dirumah sakit haji medan tahun 2013
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran factor factor ibu melakukan heting perineum
di rumah sakit haji medan tahun 2012.
1.3.2 Tujuan khusus
Untuk mengetahui gambaran factor factor ibu melakukan heacting perenium
dirumah sakit haji medan.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Tempat penelitian
Penelitian ini menjadi kritik dan saran yang membangun bagi Rumah Sakit

Haji Medan terhadap gambaran faktor-faktor ibu melakukan hacting


perenium.
1.4.2 Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta ppengalaman agar peneliti
menerapkan factor ibu melakukan hacting perenium dan penelitian ini
sebagai aplikasi ilmu metodelogi penelitian yang telah di pelajari selama
perkuliahan.
1.4.3 Peneliti selanjutnya
Penelitian ini sebagai bahan acuhan terhadap peneliti selanjutnya yang
berhubungan dengan gambaran dan factor ibu melakukan hacting perenium.
1.4.4 Responden
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu dalam melakukan hacting
perenium dan untuk menambah keterampilan bagi ibu sendiri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ibu
2.1.1 definisi
Ibu adalah seorang individu yang sehat dan cerdas, yang telah melewati
peristiwa paling penuh kenangan. Ibu adalah orang yang menjadi subjek dari
suasana emosional,karena kelahiran merupakan hal yang berat. Ibu adalah
orang yang ingin melihat,menyentuh dan merawat anak nya ( Jones,2009).
Ibu adalah penerus generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita
yang sehat jasmani dan rohani serta social sangat di perlukan. Ibu adalah
pendidikan pertama dan utama dalam keluarga ( Purwandari,2008).
2.2 heating
2.2.1 Defenisi
Hecting adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan benang
sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
Hecting perineum adalah suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara
spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya
terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat. Robekan terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro,
2005, hlm 665).
Pengertian ruptur sesuai dengan kamus kedokteran adalah robeknya atau
koyaknya jaringan (Dorland,1998). Perineum merupakan ruang berbentuk
jajaran genjang yang terletak di bawah dasar panggul. Batas superior yaitu
dasar panggul yang terdiri dari musculus levator ani dan musculus coccygeus.
Batas lateral tulang dan ligamentum yang membentuk pintu bawah panggul,
yaitu depan ke belakang angulus pubicus, ramus ischiopubicus, tuber
ischiadicum, ligamentum sacrotuberosum, dan oscoccyges. Batas inferior
yaitu kulit dan vagina (Oxorn, 2003). Ruptur perineum adalah robekan yang
terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998).
Episiotomi adalah perobekan yang dibuat di perineum antara lubang vagina
dan anus untuk mempermudah keluarnya bayi. Perobekan ini dilakukan
dengan gunting bius lokal ketika kepala bayi tampak. Jika dilakukan terlalu
dini sebelum kelangkang menipis, otot-otot, kulit dan pembuluh-pembuluh
darah akan rusak dan perdarahan bisa lebih banyak.
Episiotomi adalah inisiasi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal, otot-otot
dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan
jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran (Mansjoer, et all, 2001).
Episiotomi yaitu tindakan bedah ringan berupa irisan di daerah perineum
antara lubang kemaluan dan lubang anus (Indiarti, 2009).
2.2.2 faktor factor penyebab terjadinya heacting perenium
Distosia adalah penyulit persalinan, sedangkan distosia bahu adalah penyulit
persalinan bahu. Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria
diagnosa yang digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah
bila dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan
maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi. Dengan
menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa dari 0.9% kejadian distosia

bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2% yang memenuhi kriteria
diagnosadiatas.untuk menentukan distosia bahu di gunakan criteria objektif
yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai
normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh
tubuh adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik.
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah
atau pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.
distosia bahu yang berulang terjadi pada 17% pasien.
Distosia bahu adalah komplikasi gawat yang memerlukan penanganan yang
cepat tepat dan terencana secara jelas.
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau
bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sakrum.
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior)
berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
2.2.3 Bayi Besar
Makrosomia adalah merupakan gambaran yang khas untuk bayi ibu Diabetes
Mellitus.
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat
hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah.
Makrosomia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bayi baru
lahir dengan berat yang berlebihan. Definisinya adalah berat kelahiran 40004500 g atau lebih besar dari 90% menurut usia kehamilan setelah mengoreksi
jenis kelamin dan etnis.

2.2.4 kelahiran bokong


Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri (2). Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua
tungkai fleksi ; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas,
tungkai bawah ekstensi Footling (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas
ekstensi, presentasi kaki.
Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang
pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32
minggu 7% dan, 1-3% pada kehamilan aterm.
Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi
letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri,
sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul
atau simfisis (Manuab,1998).
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih
dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan
bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak
sungsang tidak mempunyai mekanisme Maulage karena susunan tulang
dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunyai waktu 8
menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan
tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi
yang besar (Manuaba,1998).
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang
terjadi pada 25% dari persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28
minggu, terjadi pada 7% persalinan yang terjadi pada minggu ke 32 dan
terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm. Faktorfaktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya adalah multiparitas, kehamilan kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan kadang-kadang letak
sungsang disebabkan oleh kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih

besar dibandingkan dengan letak kepala. Manipulasi secara manual dalam


jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu.6 Pada janin, mortalitas
tiga kali lebih besar dibandingkan dengan presentasi verteks, hal ini
disebabkan karena setelah sebagian janin lahir maka uterus akan berkontraksi
yang berakibat pada gangguan sirkulasi uteroplasenta, janin akan bernafas,
dan terjadilah aspirasi air ketuban, mekonium, lendir dan darah.2
Untuk menegakkan diagnosis letak sungsang diperlukan beberapa hal, yaitu
anamnesis yang komunikatif dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti dan
seksama, dan penunjang diagnosis dalam hal ini yaitu pemeriksaan
ultrasonografi yang sangat membantu diagnosis dan pelaksanaan terapi serta
intervensi lebih dini bisa dilakukan. Dalam kehamilan, mengingat bahayabahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan. Untuk
itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang, terutama
pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi
presentasi kepala.
Sedangkan dalam persalinan, untuk menolong persalinan letak sungsang
diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan
persalinan presentasi kepala. Selama terjadi kemajuan persalinan dan tidak
ada tanda-tanda bahaya yang mengancam kehidupan janin, maka penolong
tidak perlu melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempercepat kelahiran
janin.
Letak sungsang ini akan memerlukan teknik persalinan yang berbeda dengan
persalinan letak kepala baik dalam persalinan pervaginam maupun sectio
cesarea. Persalinan pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis yakni spontan,
manual aid dan total ekstraksi dimana semuanya memiliki resiko terutama
pada fetal seperti asfiksi dan lainnya sedangkan indikasi untuk melakukan
section cesarea pada letak sungsang sama dengan indikasi umum section
cesarea secara umum.
Khusus pada persalinan pervaginam, terdapat beberapa teknik atau perasat
yang digunakan pada situasi berbeda pada letak sungsang, namun semuanya
memiliki tujuan yang sama yaitu melahirkan bayi dengan selamat.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan sungsang
yang dapat mempengaruhi prognosis ibu dan bayi yang dilahirkan yang

sedapat mungkin dihindari dengan cara menguasai teknik persalinan


sungsang dengan baik guna mencapai well born baby dan well health
mother.
Berikut akan diulas satu persatu mulai dari definisi menurut dunia
kedokteran.
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang
membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana
bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan
lainnya
2.2.5 Kerangka konsep
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat kerangkan konsep mengenai
gambran factor factor ibu melakukan heacting perenium Di Rumah Sakit Haji
Medan Tahun 2012,yaitu sebagai berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain penelitian
Adapun desain yang digunakan peneliti yaitu desain deskriptif yaitu desain
yang menggambarkan penelitian yang terjadi dalam karya tulis ilmiah ini
desain deskriptif bertujuan untuk menggambarkan factor factor ibu melaukan
heacting perenium dirumah sakit haji medan.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan diruang fitrah rumah sakit haji medan,dengan
pertimbangan memiliki jumlah populasi dan sampel yang cukup untuk di
jadikan responden,belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya,lokasi
tersebut dekat dengan tempat tinggal penelitian sehingga peneliti dengan
mudah bersosialisasi dengan lingkungan tersebut,adanya referensi yang
mendukung,waktu da biaya yang didapat terjangkau oleh peneliti.
Adapun lokasi penelitian yaitu di Rumah Sakit Haji Medan.
3.2.2 Waktu penelitian

Adapun waktu yang digunakan peneliti pada tanggal 12-16 April diruang fitrah
rumah sakit haji medan tahun 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Adapun populasi peneliti yaitu seluruh ibu yang berumah tangga di Di Rumah
Sakit Haji Medan .
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara yang tertentu
Pengambilan sampel jika kurang dari 30 maka anggota populasi tersebut
diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel.sampel yang digunakan dalam
peneliti ini adalah seluruh ibu persalin yang ada diruang fitrah dirumah sakit
haji medan yang disebut dengan accidental sampling yaitu menggunakan
responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian, yaitu berjumlah 25 orang ibu bersalin
3.4 Defenisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendefinisikan variable secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati ,memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena.
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas maka definisi operasional
yang tujuannya dapat mempermudah dalam mendefinisikan dan
pengskoringkan secara terperinci dapat dijabarkan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
No Variable penelitian Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala
1.
2.
3.
4. Variabel independent
Bayi besar

Distosia bahu
Kelahiran bokong
Variable dependent
heacting
Bayi yang lahir diatas 4500gram
Tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
Dilahirkan
posisi dimana bayi di dalam rahim berada dengan kepala di atas
untuk mendekatkan tepi luka.
Lembar ceklis
Lembar ceklis
Ya
tidak
Ya
tidak
Ordinal
Ordinal
3.5Etika penelitian
dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukkan
permohonan kepada ketua puskesmas untuk melakukan study pendahuluan.
a. Lembar persetujuan
Lembar persetujuan di berikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak
yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia dijadikan
responden, maka mereka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
tersebut.

b. Tanpa nama
Untuk menjaga kerahasiaan responden,peneliti tidak mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, tapi cukup dengan memberikan
nomor kode pada masing-masing lembar tersebut
c. Kerahasiaan
Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya
sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil penelitian.
d. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar ceklis disusun
dan dimotifikasi oleh peneliti dengan mengaju dengan kerangka konsep dan
tinjauan pustaka meliputi gambaran factor ibu melakukan heacting perenium
3.7 pengolahan data
Data yang dikumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan lembar ceklis
yang akan diolah dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan
kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki da dilakukan pendataan ulang
dengan responden
2. Coding
Data yang telah diedit dirubah dalam bentuk angka,(kode)nama responden
dirubah menjadi nomor responden.
3. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data di masukan dalam distribusi
frekwensi
4. Scoring
Memberikan skor terhadap jawaban-jawaban responden pada lembar ceklis
untuk penilaian gambaran factor factor ibu melakukan heacting perenium.
3.8 penyajian data
Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekwensi .

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR IBU MELAKUKAN HEACTING PERENIUM


DIRUMAH SAKIT HAJI MEDAN
TAHUN 2013
NOVITA SARI SAID
10.152
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
2013
GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR IBU MELAKUKAN HEACTING PERENIUM
DIRUMAH SAKIT HAJI MEDAN
TAHUN 2013
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan D-III Kesehatan Program Studi Kebidanan
STIKes Rumah Sakit Haji Medan
NOVITA SARI SAID
10.152
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
2013
CHECKLIST HECTING
No Butir yang dinilai Nilai
012
A. SIKAP
1. Menyambut pasien dengan ramah dan sopan
0 Tidak dikerjakan
1 memberikan salam saja

2 memberikan salam dengan sopan dan ramah


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
0. Tidak dilakukan
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur kurang lengkap
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur secara lengkap
3. Merespon terhadap reaksi pasien
0 Tidak merespon
1 Merespon terhadap reaksi pasien tapi tidak ditanggapi dengan tepat
2 Memberikan respon dengan tepat kepada pasien
4. Percaya diri
0 Terlihat gugup, tidak melakukan kontak mata dan suara kurang jelas
1 Tergesa gesa dan terlihat ragu- ragu
2 Terlihat tenang dan melakukan dengan percaya diri
5. Teruji memberikan rasa empati pada klien
0 Tidak dilakukan
1 Memberi kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan tetapi
tidak merespon dengan baik
2 Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan dan
segera memberikan tanggapan dengan baik.
Total skor :10
B. CONTENT
6. Menutup pintu atau memasang sampiran
0 Tidak dilakukan
1 Dilakukan dengan tidak benar
2 Dilakukan dengan benar
7. Mendekatkan alat-alat pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang
akan dilakukan
0 Tidak dilakukan
1 Dilakukan dengan tidak benar
2 Dilakukan dengan benar
8. Memakai sarung tangan

0 Tidak dilakukan
1 Dilakukan dengan tidak benar
2 Dilakukan dengan benar
9. Mengkaji luka, kedalaman, luasnya dan keadaan luka
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak benar
2 dilakukan dengan benar
10 Membersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan garam faal.
Gunakan kassa terpisah untuk setiap usapan, membersihkan luka dari area
yang
kurang terkontaminasi ke area lebih bersih.
0 Tidak dilakukan
1 Dilakukan dengan tidak benar
2 Dilakukan dengan benar
11. Menyiapkan injeksi lidokain 1 %
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak benar
2 dilakukan dengan benar
12. Melakukan desinfeksi pada ujung luka / daerah yang akan disuntik dengan
menggunakan alkohol 70%
secara sirkuler dengan diameter kerang lebih 5 cm
Menyuntikan lidokain secara sub cutan di sekitar tepi luka.
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak benar
2 dilakukan dengan benar
13. Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah
masukan lidokain secara perlahan-lahan sambil menarik jarum dan
memasukan obat sepanjang tepi luka. Lakukan pada tepi luka yang lainnya
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
14. Tunggu 2 menit agar lidokain bereaksi. Sambil menungu reaksi obat,
siapkan nalpoeder, jarum dan benang.

0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
15. Menguji reaksi obat dengan menggunakan pinset
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
16. Menjahit luka kurang lebih 1 cm diatas ujung luka dan ikat, gunting
benang sisakan kira-kira 1 cm. jahit satu persatu dengan jarak jahitan satu
dengan yang lainnya kurang lebih 1 cm
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
17. Meneruskan sampai semua luka terjahit.
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
18. Memberikan antiseptik pada luka
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
19. Menutup luka dengan kassa steril dan rekatkan dengan plester
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
20. Merapikan pasien
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
21. Membereskan alat
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap

2 dilakukan dengan benar


22. Membuka sarung tangan dan merendam dalam larutan chlorin 0,5%
bersama alat-alat lainnya selama 10 menit
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
23 Mencuci tangan
0 tidak dilakukan
1 dilakukan dengan tidak lengkap
2 dilakukan dengan benar
Total skor : 32
C. TEKNIK
24. Teruji melakukan prosedur secara sistematis
0. Tidak dilakukan
1. Melakukan prosedur tetapi tidak secara urut.
2. Melakukan prosedur secara urut/runtun.
25. Teruji menerapkan tekhnik pencegahan infeksi
0. Tidak dilakukan
1. Menerapkan tekhnik pencegahan infeksi kurang tepat
2. Menerapkan tekhnik pencegahan infeksi dengan tepat
26. Teruji melaksanakan komunikasi selama pemeriksaan
0. Tidak dilakukan
1. Melaksanakan komunikasi tetapi dengan menggunakan bahasa yang tidak
mudah dimengerti oleh pasien
2. Melaksanakan komunikasi dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh
pasien
27. Menjaga privasi klien
1. Tidak dilakukan
1. Menjaga privasi dengan ucapan atau memperagakan menutup pintu/
sampiran saja
2. Menjaga privasi dengan ucapan dan memperagakan menutup pintu /
sampiran

28. Teruji mendokumentasikan hasil tindakan dengan baik. Catat tindakan


yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien
0. Tidak dilakukan
1. Mendokumentasikan hasil tindakan tanpa identitas pelaksana
2. Mendokumentasikan seluruh hasil tindakan dengan tanggal, jam,nama dan
tanda tangan pelaksana
TOTAL SCORE : 10
TOTAL SCORE SELURUHNYA : 5

Anda mungkin juga menyukai