Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

PERCOBAAN I
ISOLASI PIPERIN DARI Piperis nigri ATAU Piperis albi FRUCTUS

Nama Anggota:
Novita Cahya Puspitasari

(G1F012078)

Afiah Robithoh

(G1F012080)

Rizky Akbar

(G1F012082)

Putri Sukma Andriana

(G1F012084)

Sariah Aini Rahmawati

(G1F012086)

Putri Margareta

(G1F012088)

Asisten : Nadia Farchunnisa


Glorya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2014
PERCOBAAN I

ISOLASI PIPERIN DARI Piperis nigri ATAU Piperis albi FRUCTUS


I.

TUJUAN PERCOBAAN
Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari Piperis nigri
atau Piperis albi Fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan
metode kromatografi lapis tipis.

II.

PENDAHULUAN
Piperin (rumus molekul CHNO ), ialah suatu komponen dari
lada hitam (Piper nigrum) telah digunakan dalam pengobatan tradisional
dan juga digunakan sebagai insektisida (Septiatin, 2008). Rasa pedas dari
buah lada hitam, 90 95 % disebabkan oleh adanya komponen trans
piperin, yang di dalam buah kering kadarnya 2 5 % dan terdiri atas
senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih
ada walaupun diencerkan sampai 1 : 200.000. Rasa pedas juga disebabkan
oleh adanya kavisin yangmerupakan isomer basa piperin. Kandungan lain
yang menghasilkan bau harum adalah minyak atsiri dengan kadar 1-2,5 %,
yang mengandung piperional, eugenol, safrol, metal eugenol, dan
miristisin. Lada hitam juga mengandung berbagai senyawa monoterpena
dan seskuiterpena. Komponen lainnya adalah piperitin, piperanin, dan
piperilin yang berbeda dengan piperidin dalam hal panjang rantai samping
dan derajat kejenuhannya, misalnya kejenuhan cincin pirolidinnya
(Anonim, 1980).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara
cepat dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang
dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat
dianggap

sebagai

kolom

kromatografi

terbuka

dan

pemisahan

didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya. Silika gel


GF254 P. mengandung lebih kurang 13% CaSO4. H2O dan lebih kurang
1,5% indikator flourosein yang mempunyai intensitas maksimum pada 254
nm. Fase diam (lapisan penjerap) ialah silika gel, alumunium oksida,
kielsegur, selulosa dan turunannya, poliamida dll. Dapat dipastikan silika

gel paling banyak digunakan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam
efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya sehingga
silika gel G merck menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun
1958, telah diterima sebagai bahan standar. Fase gerak ialah medium
angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam
fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Yang
digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan,bila diperlukan,
sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimun tiga komponen. Angka
banding campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa
sehingga volume total 100, misalnya, benzene-kloroform-asam asetat 96%
(50:40:10)
(Stahl,1985)
III. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan untuk isolasi Piperin yaitu serbuk buah Piper
nigrian (lada hitam) atau Piper album (lada putih), etanol 96% (teknis), KOHetanolik 10%.
Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat alat penyari (Soxhlet dengan
volume ekstraktor 100 ml), heating mantle, glass wool, kertas saring, batang
pengaduk, cawan porselin, corong, penangas air, oven, almari pendingin (kulkas),
mikroskop, eksikator yang dilengkapi kapur tohor.
IV.

SKEMA KERJA
- Ditimbang 30 gram
SERBUK LADA
- Dibungkus menggunakan kertas saring dan dijahit rapat
sekeliling kertas saring dan sisihkan benang 20 cm
- Dirangkai alatnya dengan memasang labu alas bulat pada
heating mantle
- Dipasang alat penyari sokhlet di atas labu alas bulat
- Dimasukkan ke dalam alat penyari Soxhlet serbuk lada
yang telah dibungkus kertas saring
- Ditambahkan etanol 96% sebanyak 200 ml (2 kali
sirkulasi) dan ditambah batu didih

- Dipasang pendingin bolanya dengan memperhatikan dan


mengatur aliran air yang masuk dan keluar pada alat
Soxhlet
- Dinyalakan heating mantlenya
- Dilakukan penyarian selama 2 jam dengan kecepatan 6-8
sirkulasi/jam
- Didinginkan, dipisahkan sari dari bagian yang tidak
terlarut dengan penyaringan melalui kertas saring (SARI
I)
- Disisihkan sari jernih yang diperoleh sebanyak 3 ml
dalam flakon dan ditutup
- Diuapkan di atas penangas air sisanya sampai keringatau
konsistensi kental
- Ditambah 10 ml KOH-etanolik 10% sambil diaduk-aduk
hingga terbentuk endapan
- Dipisahkan sari dari bagian nyang tak larut melalui glass
wool (SARI II)
- Didiamkan sari jernih yang diperoleh dalam almari
pendingin selama 12 jam atau sampai terbentuk kristal
-

optimal
Kristal yang terbentuk dipisahkan (pada hari ke-2)
Dicuci dengan etanol 96% (dingin)
Dikeringkan dalam oven suhu 40C selama 30-45 menit
Disimpan dalam eksikator yang dilengkapi kapur tohor
Diamati hasil yang diperoleh secara organoleptik (warna,
bau, rasa) dan mikroskopik (bentuk kristal)

V.

PEMBAHASAN
HASIL
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi tidak terkecuali
senyawa berasal dari hewan). Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut
keasaman sumber asal molekulnya (prekursor) didasari dengan metabolisme
pothway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu.
Umumnya alkaloid mengandung 1 atom H meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N.
Atom ini dapat berupa amin primer, sekunder, maupun tertier yang semuanya

bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid telah diisolasi berupa padatan kristal
tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti
nikotin dan konin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi
beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh
berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa
bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid
quartener sangat larut dalam air. Kebebasan alkaloid menyebabkan senyawa
tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar
dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida.
Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang

lama.

Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartrat, sitrat) atau anorganik


(asam hidroklorida) sering mencegah dekomposisi (Harborne, 1987).
Flavanoid ditemukan dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di
dalam buah apel, bawang-bawang dan teh. Flavanoid mempunyai sifat yang
khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna
kuning, dapat larutdalam air dan pelarut organic, mudah terurai pada
temperature tinggi. Flavanoid sering terdapat sebagai glikosida. Flavanoid
mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada tumbuhan flavanoid,
terdapat dalam bagian vegetative maupun dalam bunga. Peranan flavanoid
yang demikian itu dapat menghalangi terjadinya tahapan inisasi penyempitan
pembuluh darah. Pada akhirnya dapat mengurangi resiko serangan jantung
koroner dan stroke. Flavanoid tertentu merupakan komponen aktif
tumbuhan yang digunakan untik mengobati gangguan fungsi hati, digunakan
untuk melindungi membran sel hati dan menghambat sintesis prostaglandin,
penghambatan reaksi hidroksilasi pada mikrosom. Dalam makanan flavanoid
dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah (Dinat,
A., 2010).

Monografi Bahan :
1. Tumbuhan lada (Piper Ningrum L)
Termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali memenjat
dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan beberapa nama
antara lain piper, lada, merica dan sakang. Dari perlakuan terhadap buah lada
dapat diperoleh lada hitam dam lada putih. Lada hitam diperoleh dari buah
lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga kulitnya keriput
dan berwarna hitam. Lada putih berasal dari buah yang masak dan kulitnya
sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya putih (Sari, 2011).
Berdasarkan system klasifikasi dari Cronquist dalam pasuki (1994)
klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :
Divisi
: Magndrophyta
Kelas
: Magnolipisida
Anak kelas
: Magnolidae
Bangsa
: piperales
Suku
: Piperaceae
Marga
: Piper
Spesies
: Piper Ningrum L. (Sari, 2011)

2. Etanol 96% ( C2H5OH )


Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bersifat
mobile/dapat bergerak/mengalir, mudah terbakar, bau penenang, rasa
membakar, padat pada suhu kurang dari -30C
Kelarutan : Campur dengan air dan pelarut organik umunya
Titik didih : 78,5C
Titik leleh : -141,5C
BM : 46,07
Kegunaan : Sebagai pelarut untuk alkohol terdenaturasi
Bahaya : Menyebabakan mual, muntah, depresi, mengantuk, menggangu
persepsi, pingsan dan kematian (Depkes RI, 1979).

3. Kalium Hidroksida KOH-etanolik 10%


Pemerian : Kristal putih, higroskopik, deliquescent, menyerap
Kelarutan : larut dalam 0,9 bagian air: 2,3 bagian gliserin. Saat dilarutkan
dalam air dan alkohol dan larutan asam akan menghasilkan panas
Titik lebur : 360C
BM : 56,10
Kegunaan : Membentuk garam kalium dari ester yang larut dalam air
Bahaya : Korosif, mengiritasi kulit, mata, dan membran mukosa, dapat
merusak saluran cerna, berbahaya bagi pernafasan (Depkes RI, 1979).

Langkah pertama dalam percobaan kali ini adalah sebanyak 50 gr serbuk


lada ditimbang, dibungkus menggunakan kertas saring dan dijahit rapat sekeliling
kertas saring, hingga serbuk tidak ada yang tumpah dan sisakan benang 20 cm.
di jahitnya sekeliling kertas saring bertujuan agar serbuk lada tidak tumpah dan
memudahkan ketika dimasukkan dan dikeluarkan pada soxhlet. Kemudian alat
dirangkai dengan memasang labu alas bulat pada heating mantle dan alat penyari
soxhlet dipasang di atas labu alas bulat. Kemudian serbuk lada yang telah
dibungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat penyari sokhlet yang kemudian
ditambahkan etanol 96% paling sedikit sebanyak dua kali sirkulasi yaitu sekitar
200 ml. Fungsi dari penambahan etanol 96% ini adalah untuk melarutkan ekstrak
dari serbuk merica tersebut. Etanol bersifat polar karena larut dalam air, maka
ekstrak yang terlarut dalam etanol tersebut juga bersifat polar. Jangan lupa untuk
menambahkan batu didih. Fungsi penambahan batu didih yaitu untuk meratakan
panas sehingga panas menjadi homogen untuk seluruh bagian larutan dan untuk
menghindari titik lewat didih. Pendingin bola dipasang dengan memperhatikan
dan mengatur aliran air yang masuk dan keluar pada alat soxhlet, kemudian

heating mantle dinyalakan. Penyarian dilakukan selama 2 jam dengan kecepatan


6-8 sirkulasi/jam. Penyarian selama 2 jam ini bertujuan agar sari yang dihasilkan
murni dengan volume yang didapatkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Setelah
dingin, sari dipisahkan dari bagian yang tidak terlarut dengan penyaringan melalui
kertas saring. Sisihkan sari jernih yang didapat sebanyak 3 ml dalam flakon
tertutup. Sisanya diuapkan di atas penangas air sampai kering atau konsistensi
kental. Kemudian ditambahkan 10 ml KOH etanolik 10% sambil di aduk aduk
sehingga timbul endapan. KOH etanolik

berperan sebagai membantu

pengendapan dan untuk menghidrolisis piperin yang akan menghasilkan kalium


piperinat dan piperidin. Oleh karena itu pemberian KOH etanolik pada isolasi
tidak boleh berlebihan. Setelah mengendap, sari dipisahkan dari bagian yang tidak
larut melalui glasss wool. Sari jernih yang didapat didiamkan dalam almari es
sampai 12 jam (semalam) atau sampai pembentukan kristal optimal. Kristal yang
timbul atau terbentuk dipisahkan, dicuci dengan etanol 96% (dingin) dan
dikeringkan dalam almari (oven) pengering pada suhu 400 C selama 30-45 menit
kemudian disimpan dalam eksikator yang dilengkapi kapur tohor (Anonim. 1977).
Hasil dari isolasi piperin dari Piperis nigri diperoleh rendemen sebesar
0,1584 % pemeriksaan lainnya yaitu berupa kristal yang kemudian dilakukan
pengamatan secara makroskopik dan mikroskopik. Pengamatan makroskopik
dilakukan secara organoleptik yaitu dari warna, bau, dan rasa pada kristal yang
didapat yaitu :
Warna : Coklat keputihan
Bau

: Khas aromatik

Rasa

: Pedas dan sedikit asin

Kemudian

dilanjutkan

dengan

pengamatan

mikroskopik

menggunakan alat mikroskop dan hasil yang terbentuk adalah

dengan

Berdasarkan literature, piperin berupa kristal berbentuk jarum berwarna


kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene,
kloroform dengan titik lebur 125-126oC (Septiatin,2008).
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari suatu padatan atau
cairan. Proses ekstraksi diawali dengan terjadinya penggumpalan ekstrak dalam
pelarut sehingga pada bidang antar muka bahan dan pelarut terjadi pengendapan
massa bahan (Bernasconi, 1995). Prinsip ekstraksi dengan pelarut berdasarkan
pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Komponen
yang larut dapat berupa cair maupun padat (Suyitno, 1989).
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
(Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic
Chemistry).
Ada dua macam cara ekstraksi yaitu
Cara dingin

1.

Maserasi
merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu
kamar. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Anonim, 2014).
Prinsip :
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar,
terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Keuntungan : peralatannya sederhana
Kerugian
: waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup
lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks
dan lilin

2.

(Anonim, 2014).
Perkolasi
Estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) umumnya dilakukan pada suhu kamar. Perkolasi
merupakan proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Tujuan
perkolasi upaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip :
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya

larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran.
Proses perkolasi :
- Pengembangan bahan
- Tahap maserasi antara
- Tahap perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak)
Keuntungan :
- Tidak terjadi kejenuhan
- Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel)
Kerugian :
- Cairan penyari lebih banyak
- Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka
(Anonim, 2014).
Ekstraksi cara panas :
1. Refluks
Refluks ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan
yang tahan terhadap pemanasan
Prinsip :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan : digunakan untuk mengekstraksi sampel2 yang memiliki tekstur
kasar
Kerugian : butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi
operator .
(Anonim, 2014).
2. Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

Prinsip kerja soxhletasi


Pada ekstraktor Soxhlet, pelarut dipanaskan dalam labu didih sehingga
menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui pipa
kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong
berisi padatan. Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan di dalam
selongsong sampai tinggi pelarut dalam pipa sifon sama dengan tinggi pelarut
di selongsong. Kemudian pelarut seluruhnya akan menggejorok masuk kembali
ke dalam labu didih dan begitu seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek
sifon (Whittaker, 1915).
Keuntungan Sokhletasi :
Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
Digunakan pelarut yang lebih sedikit
Pemanasannya dapat diatur
Kerugian Sokhletasi :
Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di
sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan

reaksi peruraian oleh panas.


Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui
kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk

melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk

menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi


(Anonim, 2014).
3. Digesti
Maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari suhu kamar. Secara umum dilakukan pada suhu 4050 C
Keuntungan dari pemanasan :
- Kekentalan pelarut brkurang,
-

sehingga

dapat

mengakibatkan

berkurangnya lapisan2 batas


Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat
Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding
terbalik dengan kekentalan
(Anonim, 2014).

4. Destilasi Uap

Ekstraksi senyawa dengan kandungan yang mudah menguap


(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial. Digunakan pada campuran
senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 C atau lebih.
Dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C
dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih
(Anonim, 2014).
5. Infus
Ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (benjana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C)
selama waktu tertentu (15-20 menit) (Anonim, 2014).
6. Dekok
Infus pada waktu yang lebih lama dan (>30 C) dan temperatur
sampai titik didih air . Ekstraksi senyawa dengan kandungan yang mudah
menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial. Digunakan pada campuran
senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 C atau lebih.
dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 C
dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih
Prinsip :
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap
air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak
menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap
yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu
akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan
masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak
atsiri.
(Anonim, 2014)
Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah
1.

jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi (waktu

ekstraksi),
2. perbandingan antara sampel terhadap cairan pengekstraksi
3. ukuran bahan, dan

4. suhu ekstraksi.
(Susanto, 1999).
Perbandingan jumlah pelarut dengan bahan juga berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih
banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi
akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal tersebut menyebabkan
beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50C menghasilkan
ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40C dan 60C (Voight, 1996).

VI.

KESIMPULAN
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan
serba rata pada lempeng kaca.
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari suatu padatan atau
cairan.
Hasil dari isolasi piperin dari Piperis nigri diperoleh rendemen sebesar
0,1584 %
Hasil piperin kristal Warna Coklat keputihan, bau khas aromatik, rasa
pedas dan sedikit asin. Hasil tersebut tidak sesuai literatur yang
menyebutkan piperin berupa kristal berbentuk jarum berwarna kuning,

tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene,
kloroform dengan titik lebur 125-126oC.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid 1. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. 1980. Materia Medika Indonesia IV. Jakarta : Depkes RI
Anonim.1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta : Depkes RI
Anonim.
2014.
Metode
http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi.pdf.

Ekstraksi.
Diakses

Mei 2014
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia Bagian. Jakarta : Pradnya Paramita
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM : Yogyakarta.
Dinata, Arda. 2010. Laporan Praktikum Fitokimia. Padang : Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi
Harborne, J.B.1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis
Sari,

Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB


Gusti
Purnma.
2011. Isolasi

Piperin

Dari

Lada

Hitam.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=reaksireaksi+piperin&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CBwQFjAA&url=h
ttp%3A%2F%2Falchemist08.files.wordpress.com
%2F2012%2F05%2Fpercobaan-5lada.docx&ei=R9qkUJ37OcyeiQe0z4Eo&usg=AFQjCNETsmQDLC5siTDggcN-9mvnNlucg. Diakses 9 Mei 2014
Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias,
dan Tanaman Liar. Bandung : CV.YRAMA WIDYA
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung :
Penerbit ITB
Susanto, W. H. 1999. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Teknologi Hasil
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Suyitno. 1989. Petunjuk Laboratorium Pangan Proyek Pengembangan. Dalam
Wurie Nugrahan. 2004. Ekstraksi Antosianin dari Buah Kiara Payung
dengan Menggunakan Pelarut yang Diasamkan. Skripsi. Jurusan Ilmu
dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya. Malang
Voight, R. 1996. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendani, N.S.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry.
Easton : Eschenbach Printing Company

TUGAS KELOMPOK
1.

Hitung rendemen hasil percobaan!

Rendemen hasil percobaan


Banyak sirkulasi
Sari
Bobot flakon sari 1
Bobot flakon+isi

= 28 kali
= 3 ml
= 6,9 gram
= 7,4 gram (tunggu 24 jam)

Bobot flakon sari


2
Bobot flakon+sari 2
Bobot kertas saring
Jumlah sari 2+ kertas saring (diuapkan)
Massa endapan
% Rendemen =

=6,5 gram
= 7,4 (tunggu 24 jam)
= 0,4 gram
= 0,4792 gram
= 0,0782

100%

x100

= 0,1584 %
2.

Lakukan pengamatan hasil yang diperoleh secara organoleptik (warna, bau,


rasa) dan mikroskopik (bentuk kristal) !

Warna : Coklat keputihan


Bau

: Khas aromatik

Rasa

: Pedas dan sedikit asin

Anda mungkin juga menyukai