PERCOBAAN I
ISOLASI PIPERIN DARI Piperis nigri ATAU Piperis albi FRUCTUS
Nama Anggota:
Novita Cahya Puspitasari
(G1F012078)
Afiah Robithoh
(G1F012080)
Rizky Akbar
(G1F012082)
(G1F012084)
(G1F012086)
Putri Margareta
(G1F012088)
TUJUAN PERCOBAAN
Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari Piperis nigri
atau Piperis albi Fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan
metode kromatografi lapis tipis.
II.
PENDAHULUAN
Piperin (rumus molekul CHNO ), ialah suatu komponen dari
lada hitam (Piper nigrum) telah digunakan dalam pengobatan tradisional
dan juga digunakan sebagai insektisida (Septiatin, 2008). Rasa pedas dari
buah lada hitam, 90 95 % disebabkan oleh adanya komponen trans
piperin, yang di dalam buah kering kadarnya 2 5 % dan terdiri atas
senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih
ada walaupun diencerkan sampai 1 : 200.000. Rasa pedas juga disebabkan
oleh adanya kavisin yangmerupakan isomer basa piperin. Kandungan lain
yang menghasilkan bau harum adalah minyak atsiri dengan kadar 1-2,5 %,
yang mengandung piperional, eugenol, safrol, metal eugenol, dan
miristisin. Lada hitam juga mengandung berbagai senyawa monoterpena
dan seskuiterpena. Komponen lainnya adalah piperitin, piperanin, dan
piperilin yang berbeda dengan piperidin dalam hal panjang rantai samping
dan derajat kejenuhannya, misalnya kejenuhan cincin pirolidinnya
(Anonim, 1980).
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara
cepat dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang
dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat
dianggap
sebagai
kolom
kromatografi
terbuka
dan
pemisahan
gel paling banyak digunakan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam
efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya sehingga
silika gel G merck menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun
1958, telah diterima sebagai bahan standar. Fase gerak ialah medium
angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam
fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Yang
digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan,bila diperlukan,
sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran
sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimun tiga komponen. Angka
banding campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa
sehingga volume total 100, misalnya, benzene-kloroform-asam asetat 96%
(50:40:10)
(Stahl,1985)
III. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan untuk isolasi Piperin yaitu serbuk buah Piper
nigrian (lada hitam) atau Piper album (lada putih), etanol 96% (teknis), KOHetanolik 10%.
Peralatan yang digunakan yaitu seperangkat alat penyari (Soxhlet dengan
volume ekstraktor 100 ml), heating mantle, glass wool, kertas saring, batang
pengaduk, cawan porselin, corong, penangas air, oven, almari pendingin (kulkas),
mikroskop, eksikator yang dilengkapi kapur tohor.
IV.
SKEMA KERJA
- Ditimbang 30 gram
SERBUK LADA
- Dibungkus menggunakan kertas saring dan dijahit rapat
sekeliling kertas saring dan sisihkan benang 20 cm
- Dirangkai alatnya dengan memasang labu alas bulat pada
heating mantle
- Dipasang alat penyari sokhlet di atas labu alas bulat
- Dimasukkan ke dalam alat penyari Soxhlet serbuk lada
yang telah dibungkus kertas saring
- Ditambahkan etanol 96% sebanyak 200 ml (2 kali
sirkulasi) dan ditambah batu didih
optimal
Kristal yang terbentuk dipisahkan (pada hari ke-2)
Dicuci dengan etanol 96% (dingin)
Dikeringkan dalam oven suhu 40C selama 30-45 menit
Disimpan dalam eksikator yang dilengkapi kapur tohor
Diamati hasil yang diperoleh secara organoleptik (warna,
bau, rasa) dan mikroskopik (bentuk kristal)
V.
PEMBAHASAN
HASIL
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi tidak terkecuali
senyawa berasal dari hewan). Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut
keasaman sumber asal molekulnya (prekursor) didasari dengan metabolisme
pothway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu.
Umumnya alkaloid mengandung 1 atom H meskipun ada beberapa yang
memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N.
Atom ini dapat berupa amin primer, sekunder, maupun tertier yang semuanya
bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus
fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid telah diisolasi berupa padatan kristal
tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran
dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti
nikotin dan konin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi
beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh
berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa
bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid
quartener sangat larut dalam air. Kebebasan alkaloid menyebabkan senyawa
tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar
dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida.
Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai
persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang
lama.
Monografi Bahan :
1. Tumbuhan lada (Piper Ningrum L)
Termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali memenjat
dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan beberapa nama
antara lain piper, lada, merica dan sakang. Dari perlakuan terhadap buah lada
dapat diperoleh lada hitam dam lada putih. Lada hitam diperoleh dari buah
lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga kulitnya keriput
dan berwarna hitam. Lada putih berasal dari buah yang masak dan kulitnya
sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya putih (Sari, 2011).
Berdasarkan system klasifikasi dari Cronquist dalam pasuki (1994)
klasifikasi tanaman lada adalah sebagai berikut :
Divisi
: Magndrophyta
Kelas
: Magnolipisida
Anak kelas
: Magnolidae
Bangsa
: piperales
Suku
: Piperaceae
Marga
: Piper
Spesies
: Piper Ningrum L. (Sari, 2011)
: Khas aromatik
Rasa
Kemudian
dilanjutkan
dengan
pengamatan
mikroskopik
dengan
1.
Maserasi
merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu
kamar. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Anonim, 2014).
Prinsip :
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar,
terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi
rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Keuntungan : peralatannya sederhana
Kerugian
: waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup
lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks
dan lilin
2.
(Anonim, 2014).
Perkolasi
Estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) umumnya dilakukan pada suhu kamar. Perkolasi
merupakan proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Tujuan
perkolasi upaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan
untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan.
Prinsip :
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran.
Proses perkolasi :
- Pengembangan bahan
- Tahap maserasi antara
- Tahap perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak)
Keuntungan :
- Tidak terjadi kejenuhan
- Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari
sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel)
Kerugian :
- Cairan penyari lebih banyak
- Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka
(Anonim, 2014).
Ekstraksi cara panas :
1. Refluks
Refluks ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan
yang tahan terhadap pemanasan
Prinsip :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan : digunakan untuk mengekstraksi sampel2 yang memiliki tekstur
kasar
Kerugian : butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi
operator .
(Anonim, 2014).
2. Soxhlet
Ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
melarutkannya.
Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk
sehingga
dapat
mengakibatkan
4. Destilasi Uap
ekstraksi),
2. perbandingan antara sampel terhadap cairan pengekstraksi
3. ukuran bahan, dan
4. suhu ekstraksi.
(Susanto, 1999).
Perbandingan jumlah pelarut dengan bahan juga berpengaruh terhadap
efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih
banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi
akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal tersebut menyebabkan
beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50C menghasilkan
ekstrak yang optimum dibandingkan suhu 40C dan 60C (Voight, 1996).
VI.
KESIMPULAN
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat
dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan
serba rata pada lempeng kaca.
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari suatu padatan atau
cairan.
Hasil dari isolasi piperin dari Piperis nigri diperoleh rendemen sebesar
0,1584 %
Hasil piperin kristal Warna Coklat keputihan, bau khas aromatik, rasa
pedas dan sedikit asin. Hasil tersebut tidak sesuai literatur yang
menyebutkan piperin berupa kristal berbentuk jarum berwarna kuning,
tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene,
kloroform dengan titik lebur 125-126oC.
Ekstraksi.
Diakses
Mei 2014
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia Bagian. Jakarta : Pradnya Paramita
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM : Yogyakarta.
Dinata, Arda. 2010. Laporan Praktikum Fitokimia. Padang : Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi
Harborne, J.B.1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis
Sari,
Piperin
Dari
Lada
Hitam.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=reaksireaksi+piperin&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CBwQFjAA&url=h
ttp%3A%2F%2Falchemist08.files.wordpress.com
%2F2012%2F05%2Fpercobaan-5lada.docx&ei=R9qkUJ37OcyeiQe0z4Eo&usg=AFQjCNETsmQDLC5siTDggcN-9mvnNlucg. Diakses 9 Mei 2014
Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias,
dan Tanaman Liar. Bandung : CV.YRAMA WIDYA
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung :
Penerbit ITB
Susanto, W. H. 1999. Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Teknologi Hasil
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Suyitno. 1989. Petunjuk Laboratorium Pangan Proyek Pengembangan. Dalam
Wurie Nugrahan. 2004. Ekstraksi Antosianin dari Buah Kiara Payung
dengan Menggunakan Pelarut yang Diasamkan. Skripsi. Jurusan Ilmu
dan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya. Malang
Voight, R. 1996. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah Soendani, N.S.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry.
Easton : Eschenbach Printing Company
TUGAS KELOMPOK
1.
= 28 kali
= 3 ml
= 6,9 gram
= 7,4 gram (tunggu 24 jam)
=6,5 gram
= 7,4 (tunggu 24 jam)
= 0,4 gram
= 0,4792 gram
= 0,0782
100%
x100
= 0,1584 %
2.
: Khas aromatik
Rasa