PROSES PETROKIMIA
Gas karbon dioksida merupakan salah satu gas yang dapat menimbulkan dampak
negatif dalam suatu proses industri. Tidak hanya menyebabkan efek gas rumah kaca, gas
karbon dioksida juga dapat menurunkan nilai kalor, menyebabkan pembekuan dalam proses
pendinginan, menimbulkan korosi dan dapat meracuni katalis. Oleh karena itu, gas karbon
dioksida perlu dihilangkan atau direduksi hingga konsentrasi sekecil mungkin. Salah satu
proses yang paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut adalah proses absorpsi. Proses
absorpsi paling banyak digunakan, karena dinilai sebagai proses yang paling ekonomis
dibandingkan proses-proses lainnya. Selain itu, absorpsi dapat digunakan untuk sistem
dengan konsentrasi CO2 yang rendah, mudah untuk ditangani dan dapat diaplikasikan pada
banyak pabrik. Dalam proses absorpsi diperlukan pelarut untuk mengikat gas karbon dioksida
tersebut. Di antara sekian banyak pelarut yang digunakan, pelarut MEA (Monoethanolamine)
dan DEA (Diethanolamine).
1.1 MEA (Monoethanolamine)
Monoethanolamine adalah cairan yang bening, kental dan tidak berwarna. MEA
termasuk ke dalam kelompok senyawa organik yang disebut ethanolamines. Ethanolamine
memiliki sifat amine dan alkohol. MEA digunakan sebagai senyawa intermediate dalam
proses manufaktur kosmetik, surface-active agent, emulsifier, farmasi dan plastik. Selain
itu, MEA digunakan untuk absorpsi dan penghilangan H2S dan CO2 dari kilang minyak
dan aliran gas alam. MEA telah digunakan selama lebih dari 60 tahun dalam proses
industri. Larutan MEA merupakan pelarut penting dalam proses penghilangan CO 2, karena
larutan MEA beraksi dengan cepat dengan karbon dioksida akibat adanya sifat amine
primer di dalamnya. MEA larut dalam air dan terdegradasi secara alami dengan cepat.
Namun, pelepasan MEA dalam jumlah yang besar ke dalam fasilitas pengolahan limbah
air dapat menghasilkan penurunan kualitas pengolahan limbah dan meracuni zat aktif yang
digunakan dalam pengolahan limbah tersebut. MEA memiliki stabilitas suhu yang baik,
tetapi dapat bereaksi secara eksotermal dengan banyak bahan lain, misalnya zat
pengoksidasi kuat, asam dan basa kuat, aldehid, keton, akrilat, anhidrat organik, halida
organik, format, logam besi dan seng. MEA juga dapat membentuk kompleks kristal yang
tidak stabil, yaitu tris (ethanolamino)-iron, ketika terjadi kontak dengan besi atau baja.
Secara umum, MEA digunakan pada konsentrasi 15-22 %wt. dalam air. Acid gas loading
(kemampuan mengikat gas) berada pada range 0,25-0,33 mol acid gas per mol amine. Jika
dibandingkan dengan amine lain, MEA bersifat lebih korosif.
1.2 DEA (Diethanolamine)
PARAMETER
MEA
DEA
Tipe
Formula
Molecular Weight
Warna
Bau
Kelarutan dalam
Primer
HOC2H4NH2
61,08 gram/mol
Bening
Ammonia
Larut
Sekunder
[CH2CH2OH]2NH
105,15 gram/mol
Bening
Ammonia
Laryt
air
Boiling point pada
170,5 C
217 C
1 atm
Auto ignition
410C
365C
temperature
Flash point
Vapor pressure
93C
64 Pa
138C
1 Pa
pada 20C
Density
Lean loading
1,018 gram/cc
0,1 0,15 mol
1,090 gram/cc
0,05 - 0,07 mol
Rich loading
acid/mol amine
0,3 - 0,35 mol
acid/mol amine
0,35 - 0,4 mol
acid/mol amine
acid/mol amine
No.
1
2
Sifat/Karakteristik
MEA
DEA
Senyawa paling ekonomis
Harganya tidak terlalu mahal
Memiliki sifat yang reaktif dengan
Merupakan senyawa yang moderat
CO2 karena bersifat paling basa,
3
namun korosif
Memiliki tekanan uap yang paling
rendah
Gambar 1. Cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia per 1 Januari 2013
(sumber : BPH MIGAS, 2014)
sulfur. Oleh karena itu, gas alam tersebut dilewatkan dalam suatu reaktor yang
disebut desulfurizer. Berikut adalah gambaran proses pembuatan ammonia di
pabrik pupuk Sriwijaya :
Feed
treating
unit
mercury dan