Anda di halaman 1dari 32

BERITA TENTANG HAM

PBB anggap serangan di kampung


pengungsi Yaman langgar hukum
Kamis, 2 April 2015 13:20 WIB | 3.824 Views
Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Serangan udara yang menewaskan
sekitar 40 orang di kampung pengungsi di Yaman utara melanggar hukum
antarbangsa dan yang bertanggung jawab harus dituntut, kata Perserikatan BangsaBangsa (PBB) pada Selasa.
Kampung pengungsi Mazraq di dekat Haradh diserang pada Senin, kata pekerja
kemanusiaan. Sekitar 200 orang terluka, puluhan dari mereka terluka parah, kata
Badan Perantauan Antarbangsa.
"Kami belum mengetahui siapa bertanggung jawab atas serangan itu," Kata juru
bicara PBB, Farhan Haq, "Pasukan mana pun menyerang mereka berarti melanggar
hukum, harus ada pertanggungjawaban untuk itu dan pada akhirnya, semua
serangan seperti itu harus berhenti."
Arab Saudi memimpin persekutuan negara Arab dalam serangan udara enam hari
terhadap Syiah Huthi, yang muncul sebagai kekuatan paling mumpuni di negara
termiskin di semenanjung Arab itu ketika mereka merebut ibukota Yaman pada
tahun lalu.
Juru bicara tentara Saudi pada Senin menyatakan kerajaan itu mencari kejelasan
atas kejadian tersebut.
Mazraq, di propinsi Hajja dekat perbatasan dengan Saudi, adalah kelompok
kampung penampung ribuan pengungsi Yaman dalam lebih dari satu dasawarsa
perang Huthi dengan negara Yaman, serta pendatang asal Afrika Timur.
"Siapa pun bertanggung jawab, itu pelanggaran hukum kemanusiaan dan hak asasi
manusia dunia. Kampung itu, serta rumah sakit, yang juga telah terkena, dilindungi
dan tidak boleh diserang," kata Haq.
Haq menyatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa menarik sisa 13 petugas asing dari
Yaman, meninggalkan beberapa ratus petugas setempat melanjutkan pekerjaan
badan dunia itu. Terdapat sekitar 100 petugas badan dunia tersebut di Yaman.
Dalam menanggapi seruan Yaman akan campur tangan Arab di darat, Haq
mengatakan, "Kami khawatir tentang peningkatan lebih lanjut kemelut itu."
Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNICEF, pada Selasa menyatakan
sedikit-dikitnya 62 anak-anak tewas dan 30 luka selama pertempuran sepekan
balakangan di Yaman.
Gerakan Arab Saudi dan Muslim Sunni negara lain itu untuk menghentikan
kelompok gerilya Huthi dan pendukung mantan Presiden Ali Abdullah Saleh dalam
usaha menguasai negara tersebut sekaligus mengembalikannya ke Presiden AbdRabbu Mansour Hadi.

Editor: Desy Saputra


COPYRIGHT ANTARA 2015
http://www.antaranews.com/berita/488703/pbb-anggap-serangan-di-kampungpengungsi-yaman-langgar-hukum

Israel Melanggar HAM


Kamis, 24 Juli 2014, 12:00 WIB
WASHINGTON -- Pejabat tinggi Hak Asasi Manusia PBB mengecam keras langkah militer
Israel di Jalur Gaza. Tindakan Israel di Jalur Gaza sangat dimungkinkan masuk dalam kejahatan
perang. "Ada kemungkinan kuat bahwa hukum internasional telah dilanggar dengan cara yang
dapat masuk dalam kejahatan perang," kata Kepala HAM PBB Navi Pillay, dalam sidang darurat
Dewan HAM PBB, Rabu (23/7).
Navi Pillay mengatakan, pembunuhan warga sipil di Jalur Gaza, khususnya anak-anak, memicu
keprihatinan atas tindakan Israel. Seharusnya, Zionis bisa melindungi warga sipil dan bersikap
proporsional. Pillay juga mengkritisi Hamas karena telah melancarkan roketnya ke Israel.
Hanya saja, menurut Pillay, penembakkan roket itu seharusnya tidak menjadi justifikasi untuk
melakukan tindakan kejahatan perang. Tak lama setelah pernyataan Pillay, pesawat tempur Israel
mengebom rumah sakit di pusat Jalur Gaza. Israel dalam pernyataannya mengakui, telah
menyerang rumah saklit Al-Wafa.
Mereka menuding rumah sakit tersebut telah dijadikan tempat peluncuran roket pejuang
Palestina. Israel memberi peringatan kepada warga sipil untuk keluar dari rumah sakit itu.
Belum lama ini, Israel juga meluncurkan serangan ke arah rumah sakit di Jalur Gaza. Serangan
itu memaksa doktor dan pasien, 14 di antaranya dalam kondisi koma, untuk mengungsi.
Serangan Israel pada Rabu menewaskan setidaknya 24 orang. Di antara para korban, yakni
Hasan Abu Hein (70 tahun), Osama Abu Hein (34 tahun), dan seorang jurnalis Abdul Rahman
Abu Hein. Para korban tewas ketika Israel membombardir permukiman di Shujaiyya. Israel juga
melancarkan serangan ke masjid berusia 700 tahun Al-Shamaa di Zaytoun menjelang siang. Dua
orang dilaporkan tewas dan 30 lainnya terluka.
Hingga hari ke-16 serangan Israel, jumlah total korban tewas telah mencapai 658 orang.
Sementara, di sisi Israel, 31 orang tewas. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf
al-Qidra mengatakan, setidaknya 161 anak-anak dan 35 warga jompo Palestina tewas akibat
serangan Israel.
Israel juga menghancurkan 475 rumah dan 2.644 lainnya mengalami kerusakan. Sebanyak 46
sekolah, 56 masjid, dan tujuh rumah sakit juga rusak dengan tingkat beragam.
Menteri Kehakiman Israel Tzipi Livni mengatakan, Dewan HAM PBB merupakan badan antiIsrael. "Israel bertindak berdasarkan hukum internasional. Israel memerangi terorisme. Sangat

disayangkan, warga sipil meninggal. Kita telah meminta mereka untuk evakuasi, tapi Hamas
meminta mereka tinggal. Inilah yang terjadi," ujarnya kepada radio Israel.
Di Indonesia, Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI) Universitas Indonesia
(UI) Abdul Mutaali menegaskan, serangan biadab Israel ke Palestina merupakan tindakan
pelanggaran HAM serius.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry telah tiba di Israel kemarin untuk membantu menegosiasi
gencatan senjata. Ia tiba di Bandara Ben Gurion di dekat Tel Aviv meskipun terdapat larangan
penerbangan AS selama 24 jam yang dijatuhkan otoritas penerbangan Amerika.
Saat tiba di Tel Aviv, Kerry mengaku, ada kemajuan untuk mencapai gencatan senjata. "Kami
tentunya telah membuat sejumlah langkah maju. Tapi, masih ada yang harus dituntaskan,"
ujarnya. Di Tel Aviv, Kerry juga akan berbicara dengan Dewan Keamanan PBB Ban Ki-moon.
Sebelumnya, Kerry meminta agar Hamas mau menerima proposal gencatan senjata. Sementara,
Hamas meminta Mesir dan Israel menggakhiri blokade Gaza. Hamas juga mendesak Israel
membebaskan ratusan tahanan Palestina.
Rami Hamdallah, perdana menteri dari pemerintahan bersatu yang didukung Hamas dan Fatah,
mengatakan, saat ini waktunya untuk mengakhiri penderitaan tiada akhir warga Palestina. "Kami
meminta keadilan bagi orang-orang kami yang tiap harinya telah menjadi subjek pendudukan
selama 47 tahun," katanya. "Inilah saatnya untuk menghentikan agresi ini dan inilah saatnya
menghentikan kepungan ini."
Israel memblokade Jalur Gaza pada 2006 setelah Hamas menculik tentara Israel Gilad Shalit.
Blokade diperketat Israel dan Mesir pada 2007 setelah Hamas menggulingkan Fatah di Jalur
Gaza. Pada 2008 Israel melancarkan serangannya ke wilayah Gaza. Sejumlah pesawat menunda
penerbangan ke Israel setelah roket dari Gaza menghantam dekat bandara Tel Aviv. Israel pun
telah meminta AS untuk mengkaji pelarangan penerbangan.
n c57c64/ap/reuters red: dessy suciati saputri ed: teguh firmansyah
http://www.republika.co.id/berita/koran/internasional-koran/14/07/24/n979wm10-israelmelanggar-ham

Berita Terkini Hari Ini: PBB Tegaskan Israel Melanggar HAM Warga Palestina

Berita terkini hari ini PBB mengungkapkan adanya pelanggaran HAM oleh Israel terhadap
warga Palestina. Pembangunan pemukiman warga Israel dinilai telah membuat rakyat Palestina
terasing di tanah air mereka sendiri. Selain itu terdapat penghancuran rumah dan pembatasan
akses air secara paksa oleh Israel.

Penangangan isu pelanggaran HAM oleh Israel ini dikerjakan secara serius. Senin (21/10) pakar
PBB telah melakukan interogasi kepada sejumlah pejabat Israel tentang masalah-masalah yang
disebutkan di muka. Israel sendiri bertindak taktis dengan hanya melaporkan pelaksanaan hakhak warga di negara mereka.

Di samping itu, Israel juga mengklaim mereka tidak bertanggung jawab atas dipenuhinya hakhak warga Palestina di wilayah yang diduduki mereka. Hal ini membuat frustrasi para pakar PBB
yang tergabung dalam Komite Hak Asasi Manusia.

Ketua komite tersebut, Nigel Rodley menyebut Israel hanya ingin mengambil keuntungan sendiri
dalam pendudukan wilayah di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Padahal, pembangunan pemukiman

Yahudi yang dilakukan Israel dengan mengesampingkan hak warga Palestina, dinilai PBB
sebagai masalah sesungguhnya.

Saya menegaskan bahwa pembangunan pemukiman (Yahudi) adalah akar masalah yang
dihadapi sekarang ini, termasuk dugaan pelanggaran hak hidup dan hak bergerak (oleh Israel
terhadap warga Palestina), ungkap Rodley seperti dikutip Antara.

Bukan hanya Nigel Rodley yang berpikir demikian. Cornelis Flinterman, salah satu panelis PBB
juga menilai Israel telah mengabaikan rekomendasi PBB. Hal ini bisa dibuktikan dari
pemukiman Yahudi yang terus melesat hingga dua kali lipa dari tahun 2010.
Sepertinya rekomendasi kami pada 2010 lalu (agar Israel berhenti membangun pemukiman)
tidak diindahkan. Seringkali warga Palestina diintimidasi oleh penduduk baru pemukiman Israel.
Mereka bisa dikatakan terasing di tanah airnya sendiri, tegas Flinterman.

http://sidomi.com/332616/pbb-tegaskan-israel-melanggar-ham-warga-palestina/
Salah blokir situs dakwah, Kemkominfo bisa dituduh melanggar HAM

Reporter : Fauzan Jamaludin | Senin, 30 Maret 2015 19:23

Merdeka.com - Terkait 22 situs dakwah radikal yang akan diblokir Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemenkominfo) mendapatkan sorotan dari pakar IT Onno W. Purbo dalam
akun Facebook miliknya.
Menurutnya, Kemenkominfo harus berhati-hati soal pemblokiran tersebut. Sebab, jika
Kemkominfo salah dalam memblokir akses informasi tersebut, bisa saja Kemkominfo dituduh
melanggar Hak Azasi Manusia (HAM).

"Akses ke informasi merupakan HAM yang dilindungi dalam Deklarasi Human Right
berdasarkan http://www.un.org/en/documents/udhr/ artikel 19," ungkapnya dalam akun Facebook
nya Onno W. Purbo, (30/03).
Dirinya pun menyatakan tidak berkomentar banyak soal ini. "Belakangan ini, beberapa situs
Dakwah Islam tampaknya diblokir @kemkominfo ! ... no comment ah," lanjutnya.
Di sisi lain, pemblokiran website tersebut, dibenarkan oleh Kepala Humas Kemkominfo, Ismail
Cawidu.
"Ya, ini usul BNPT untuk minta ditindaklanjuti," ujarnya saat dihubungi Merdeka.com, (30/3).
Dirinya menjelaskan bahwa pemblokiran ini disinyalir mengandung konten negatif.
"Ya akan diblokir ISP. Alasannya, karena menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) website-website tersebut mengandung faham kekerasan dan radikalisme," jelasnya.
http://www.merdeka.com/teknologi/salah-blokir-situs-dakwah-kemkominfobisa-dituduh-melanggar-ham.html

MPI: BNPT dan Kemenkominfo Melanggar HAM

Rabu, 01 April 2015, 09:49 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Pengurus Pusat Mahasiswa Pecinta


Islam (BPP MPI), Mushthafa Akhyar mengatakan, pemblokiran beberapa situs
media Islam yang dinilai menyebarluasakan ajaran kekerasan dalam
beragama melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Karena itu, MPI mendesak
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) menyelidiki tindakan BNPT
dan Kemenkominfo.
"Kami Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) mendesak Komnasham untuk
mengusut pelanggaran HAM yang dilakukan BNPT dan Kemenkominfo
dengan memblokir situs media Islam online," katanya lewat keterangan
tertulisnya, Selasa
(31/3), malam.
Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi & Informatika memblokir situssitus media online Islam. Pemblokiran tersebut didasari oleh Surat dari BNPT
No.149/K.BNPT/3/2014 kepada Kemenkominfo untuk memblokir situs media
Islam online yang disinyalir mengajarkan paham radikal.
Awalnya, terdapat 19 situs yang akan diblokir, dari jumlah itu kemudian
ditambah 3 situs lagi sehingga keseluruhannya berjumlah 22 situs.

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/04/01/nm3x6h-mpibnpt-dan-kemenkominfo-melanggar-ham

Komnas HAM: Seharusnya Jangan Langsung Blokir 22 Situs, Beri Peringatan Dulu

Fajar Pratama - detikNews


Jakarta - Menindaklanjuti permintaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT),
Kemkominfo memblokir 22 situs yang dianggap bernuansa radikal. Pemblokiran ini dikritik
karena seharusnya diambil setelah ada peringatan awal terlebih dahulu.
"Komnas HAM menyampaikan keprihatinan, jika benar, ada tindakan pemblokiran oleh organ
negara terhadap situs-situs yang mereka sebut sebagai diduga radikal," ujar komisioner Komnas
HAM Maneger Nasution dalam pernyataanya, Selasa (31/3/2015).
Menurut Maneger, seharusnya pemerintah bijak dalam menangani situs-situs itu. Pemblokiran
situs-situs itu oleh Kominfo, kata Maneger, merupakan bentuk pelanggaran kebebasan
berekspresi.
"Ini bentuk pembredelan yang melanggar HAM. Apalagi ini dilakukan terhadap situs-situs yang
selama ini dikenal penyampai aspirasi masyarakat banyak," kata Maneger.
Seharusnya, kata Maneger, sekiranya ada yang diduga keliru, seharusnya diberikan
pemberitahuan atau peringatan atau bahkan disomasi, dan dengan kriteria yang jelas apa yang
dimaksud dengan berpikir radikal yang dilarang oleh BNPT.
"Sekarang saatnya bangsa ini mengedepankan dialog, bukan main kekuasaan, merasa benar
sendiri dan membunuh pemikiran yang berbeda. Tugas pemerintah adalah mendidik masyarakat,
bukan menebar permusuhan kepada kelompok yang berbeda pemikiran," ujarnya.
"Sebagai komisioner Komnas HAM, saya mengimbau pemerintah sebaiknya mengundang
pengelola situs-situs yang diblokir itu, diajak dialog, bukan membunuh hak-hak dasar warga
negara untuk berpikir dan berekspresi, seperti yang dijamin oleh konstitusi negara UUD 1945
dan UU No.39 Tahun 1999 tentang HAM," sambung Maneger.
Selain itu, Komnas HAM juga mengingatkan bahwa tindakan pembredelan itu diduga, di
samping melanggar konstitusi dan UU HAM, juga melanggar UU Nomir 40 tahun 1999 tentang
Pers dan UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Kepala BNPT Komisaris Jenderal Saud Usman Nasution saat dikonfirmasi membenarkan
pihaknya tidak memanggil 22 pemilik/pemimpin situs sebelum memblokir. Dia berdalih, alamat
pemilik 22 situs tersebut tak diketahui. "Kami tidak tahu di mana posisinya (pemilik situs)," kata
Saud saat berbincang dengan detikcom, Selasa (23/3/2015).
http://news.detik.com/read/2015/03/31/121815/2874603/10/komnas-ham-seharusnya-janganlangsung-blokir-22-situs-beri-peringatan-dulu

Tuduh 12 WNI Terlibat ISIS, Polisi Dinilai


Langgar HAM
Polisi bergerak berdasarkan orang yang memiliki catatan sebelumnya.
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Zahrul Darmawan (Depok) Jum'at, 27 Maret 2015 |
16:55 WIB
VIVA.co.id - Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Alchaidar, menilai
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)
karena telah menuduh 12 warga negara Indonesia (WNI) sebagai Negara Islam Irak
dan Syam (ISIS) tanpa bukti.
"Bukti yang ada belum cukup dan jika dikaitkan dengan ISIS ini artinya melanggar
HAM, karena Polisi bergerak hanya berdasarkan orang-orang yang memiliki catatan
sebelumnya," kata Alchaidar, Jumat 27 Maret 2015.
Menurut Alchaidar, sudah seharusnya pemerintah memberikan ganti rugi atas
pemulang WNI itu dari Turki.
"Karena mereka kesana kan keluar uang, jual rumah segala, sudah sewajarnya ada
ganti rugi," ujarnya.
Alchaidar mengatakan, pemulang WNI dari Turki itu bukan lah karena sudah terbukti
terlibat dalam gerakan ISIS. "Mereka ke sana dihadang dengan konspirasi yang
ada," tegasnya.
Sebenarnya, kata Alchaidar, jumlah pendukung ISIS di Indonesia mencapai 2 juta.
Namun, meski mendukung, belum tentu mereka telah bergabung dengan ISIS dan
membuat aksi teror di Indonesia.
"Dari jumlah itu, hanya sekitar 500 orang saja yang pergi bergabung ke sana,"
katanya.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/606880-tuduh-12-wni-terlibat-isis--polisidinilai-langgar-ham

Tangkap Pendukung ISIS, Polisi Langgar HAM

Abu Sahma Pane


Jurnalis
Kamis, 26 Maret 2015 - 06:45 wib

JAKARTA Polri dikritik karena telah menangkap terduga pendukung ISIS. Pengamat teroris
Al Chaidar mengatakan, penangkapan tersebut melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Sebab
belum ada Undang-Undang yang menyatakan ISIS adalah teroris.
Perppu ISIS belum ada. Penangkapan itu pelanggaran HAM terbesar. Itu bakal membuat
mereka dendam sama polisi, ujarnya kepada Okezone, Kamis (26/3/2015).
Al Chaidar menambahkan, polisi tidak bisa memperlakukan warga terduga pendukung ISIS
seperti teroris. Sebab pendukung ISIS belum tentu teroris.
Mereka kan belum melakukan aksis teroris. Jangan kriminalisasi warga terduga pendukung ISIS
itu. Tidak boleh, mereka tidak punya pengacara untuk membela diri, tuturnya.
Al Chaidar menyarankan, terduga pendukung ISIS dibebaskan. Namun, mesti dirangkul agar
tidak pergi ke Suriah untuk membantu gerakan ISIS.
Sebagian hendak dukung ISIS kan karena faktor ekonomi. Mereka jual rumah jual motor. Itu
harus dipahami polisi, ucapnya.
Sebelumnya, lima warga terduga pendukung ISIS ditangkap kemarin. Salah satu yang ditangkap
itu adalah Helmi, warga Jalan Soputan 2 RT 1/RW 1 Kelurahan Karangbesuki, Kecamatan
Sukun, Kota Malang. Ia diduga sebagai penyandang dana keberangkatan pendukung ISIS dari
Jawa Timur ke Suriah.
Selain Helmi, Abdul Hakim Munabari juga ditangkap. Ketua RT tempat Abdul tinggal, Feriyah
mengatakan, Abdul dan keluarganya memang tertutup. Ia diketahui sering bepergian ke luar
negeri. Namun warga setempat tidak mengetahui negeri tujuan terduga pengikut ISIS itu.

http://news.okezone.com/read/2015/03/25/337/1124362/tangkap-pendukung-isis-polisi-langgarham

Rabu, 13 Agustus 2014 | 20:00 WIB


Kasus Udin Kedaluwarsa, Negara Melanggar HAM

Udin Bernas. Istimewa


TEMPO.CO, Yogyakarta - Direktur Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam
Indonesia (Pusham UII),Eko Riyadi mengatakan negara terindikasi melakukan dua jenis
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) jika penanganan kasus pembunuhan wartawan Udin
benar-benar berhenti tanpa hasil.
Pertama, dia mengatakan, aparatur negara diduga kuat menggunakan kekuasaan untuk
menghilangkan nyawa wartawan harian Bernas bernama Fuad Muhammad Syafrudin itu. Aparat
hukum (polisi) juga terbukti telah berupaya merekayasa kasus Udin agar menjadi pidana biasa
dengan motif perselingkuhan, bukan pemberitaan yang ditulis oleh Udin.
Pelanggaran kedua, Eko melanjutkan, selama 18 tahun berlalu, polisi membiarkan pelaku dan
otak kejahatan pembunuhan Udin bebas tanpa menerima hukuman. Menurut Eko, apabila kasus

Udin dinyatakan kedaluwarsa dan penyelidikannya dihentikan, berarti negara melakukan


pembiaran terhadap kejahatan HAM. "Ketika negara melakukan pembiaran di kasus Udin sama
juga terlibat pelanggaran HAM," katanya kepada pers di Yogyakarta, Rabu, 13 Agustus 2014.
Udin dipukul orang tak dikenal di halaman kediamannya hingga mengalami koma pada 13
Agustus 1996. Setelah tak sadarkan diri selama tiga hari akibat luka parah di kepala, Udin
meninggal dunia pada 16 Agustus 1996. Belakangan pihak Kepolisian Daerah DIY melontarkan
wacana status kedaluwarsa pada kasus ini karena telah berusia 18 tahun pada 16 Agustus 2014.
Menurut Eko, berdasar kajian lembaganya, ada beragam jenis pelanggaran HAM yang terjadi
pada kasus pembunuhan Udin. Dengan demikian, kasus pembunuhan Udin tak hanya memuat
delik pidana pembunuhan, tapi juga kejahatan kemanusiaan serius. "Kasus ini merupakan
representasi tindakan (pemilik) kekuasaan dalam memberangus kebebasan pers," kata Eko.
Eko mengatakan ada sinyalemen kuat Udin dibunuh karena masalah pemberitaan sehingga layak
disebut pemberangusan kebebasan pers. Dalam kasus ini, Eko menilai kebebasan menyampaikan
pendapat yang dijamin oleh kovenan HAM turut dilanggar. "Sekaligus melanggar (prinsip)
kebebasan warga negara untuk bersuara dan menyampaikan pikiran yang dijamin konstitusi,"
katanya.
Eko menambahkan, akibat turunannya, pemberangusan kebebasan pers pada kasus Udin
sekaligus melanggar hak publik dalam mendapatkan informasi yang benar. Pers merupakan alat
kontrol kekuasaan pemerintah sekaligus sarana bagi publik untuk mendapatkan ruang
menyampaikan kritik kepada negara. "Bagi Indonesia yang multikultur, kebebasan pers penting
pula karena sebagai wadah untuk perdebatan publik yang berlangsung dengan cara legal," kata
Eko.
Karena itu, Eko menyatakan kasus Udin tidak patut mendapatkan status kedaluwarsa. Dia
mendesak Kepolisian Daerah DIY segera merampungkan kasus ini dan menyerahkan pelaku atau
otak kejahatannya ke pengadilan. "Kalau tidak, setiap tahun publik akan menagih janji yang
sama ke polisi," ujarnya.
Dia menambahkan, kemandekan penanganan kasus Udin merupakan cermin belum tuntasnya
reformasi dalam institusi kepolisian. Hingga sekarang, polisi kerap berkinerja buruk ketika
menangani kasus-kasus pelanggaran yang bersifat struktural seperti korupsi dan sejenisnya.
Eko menilai ada tradisi buruk yang belum hilang dari institusi ini. Semangat solidaritas korps
masih belum bisa hilang meskipun reformasi kepolisian telah berjalan sejak institusi ini terpisah
dari struktur TNI pada 2002. "Bisa jadi ada saudara lama (dari polisi) yang ada di lingkaran
kasus Udin," ucapnya.

http://www.tempo.co/read/news/2014/08/13/063599382/Kasus-Udin-Kedaluwarsa-NegaraMelanggar-HAM

Menggugat Larangan Berjilbab


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Budi Prasetyo Thursday, 13 June 2013, 11:01 WIB

Pihak kepolisian kembali menjadi sorotan kaum Muslimin. Bukan karena prestasinya
mengungkap pelanggaran hukum, namun kali ini karena kontroversi pelarangan jilbab bagi polisi
wanita (polwan). Kontoversi ini mencuat setelah ada laporan masuk ke MUI bahwa pihak
kepolisian melarang penggunaan jilbab.
Kontroversi memanas ketika jawaban resmi Polri melalui Kabagpenum Polri Kombes Pol Agus
Rianto, larangan jilbab semata-mata karena masalah anggaran. Banyak pihak mengecam
kebijakan Polri ini, tidak saja kaum Muslim, tetapi juga Komnas HAM.
Polri sebagai representasi negara seharusnya menjujung tinggi nilai-nilai HAM. Tidak hanya itu,
negara harus konsisten dengan UUD 1945 yang secara jelas mengatur tentang kebebasan
seseorang untuk memeluk dan menjalankan agamanya.
Sebagai institusi penegak hukum, selayaknya Polri berdiri paling depan dalam penegakan hukum
tersebut. Larangan berjilbab dalam konteks ini ada pengingkaran institusi ini terhadap penegakan
UUD 1945 yang merupakan dasar berdirinya negara. Dalam masalah jilbab ini, Polri hendaknya
harus segara mencabut larangan jilbab ini dan menghargai setiap bentuk kebebasan beragama
yang dijamin oleh undang-undang.
Wajib dilindungi
Dalam konteks HAM, sejatinya jilbab telah masuk pada forum internum (kebebasan internal).
Setiap manusia berhak untuk bebas berpikir (thought), bersikap sesuai hati nurani (conscience),
dan menganut suatu agama (religion) atau keyakinan (belief) pilihannya sendiri. Sudah menjadi
keputusan universal bahwa hak-hak tersebut mutlak, yakni tidak dapat dikurangi atau dibatasi
oleh siapa pun, kapan pun, dan dimana pun (non-derogable).
Jilbab menjadi bagian dari forum internum, sebab penggunaannya merupakan hasil dari sebuah
pengembangan pemikiran dan penafsiran terhadap keyakinan yang dianut, yakni Islam. Dalam
konteks HAM, hal itu harus dilindungi, sebagai sebuah bentuk penafsiran dan pemikiran.

Setiap orang juga bebas menjalankan agama atau keyakinannya dengan ibadah dan pengamalan
(forum eksternum). Dari konteks ini, pembatasan menggunakan jilbab hanya boleh dilakukan
berdasarkan hukum. Yakni, melindungi keamanan, kesehatan, atau hak-hak dan kebebasan yang
mendasar.
Dari berita yang beredar di banyak media, pembuatan larangan jilbab di Prancis bukan karena
alasan yang dibenarkan. Karena, memang tidak ada alasan pembenaran bagi Prancis untuk
melarang penggunaan jilbab ini.
Tentunya, sebagai institusi negara, Polri harus bisa melakukan perlindungan (protect),
pemenuhan (fulfill), dan menghormati (respect) terhadap HAM. Negara seringkali abai dalam
kewajibannya melindungi, memenuhi, dan menghormati HAM.
Indonesia masih menjadi negara yang pemerintahannya menjadi salah satu pemerintahan yang
masuk dalam daftar pelanggar HAM. Pelanggaran-pelanggaran HAM sering terjadi dan negara
tidak mampu berbuat banyak terhadap kasus-kasus tersebut.
Seringkali pula negara bersikap ambigu dalam penegakan HAM, seperti halnya terhadap
demokrasi. HAM dan demokrasi diperjuangkan ketika menguntungkan rezim. Tetapi, menjadi
musuh saat HAM dan demokrasi tersebut mengancam eksistensi kekuasaan sebuah rezim.
Tentunya, pemerintah sadar larangan penggunaan jilbab merupakan sebuah pelanggaran dan
harus segera diakhiri.
Stigma negatif
Stigmatisasi terhadap Islam yang seringkali digembar-gemborkan pihak tidak bertanggung
jawab, telah membangun sebuah citra negatif terhadap keberadaan simbol-simbol Islam. Islam
dilihat para penyebar kebencian sebagai sebuah ancaman nyata terhadap demokrasi dan HAM.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tuntutan sebagian wilayah menggunakan Islam sebagai
salah satu sumber hukumnya semakin banyak. Banyak daerah seakan berlomba-lomba untuk
membuat perda syariah, perda yang lebih banyak mengatur tetang wilayah moral yang merujuk
pada hukum Islam.
Islam kini diidentikkan dengan pria berjenggot dengan gamis dan celana komprang.
Perempuannya berjilbab besar dengan busana muslim panjang, bahkan bercadar. Lebih
menyeramkan lagi, Islam terstigma dengan terorisme.
Dalam opini yang dibangun selama ini, semua teroris adalah orang Islam. Orang-orang itu
diperkenalkan menggunakan nama-nama Islam. Inilah wajah para Islam yang setiap saat
disuguhkan kepada masyarakat. Dan, secara pelan-pelan stigma masyarakat tentang Islam ini
terbentuk.

Di lain pihak, media selalu membumbui kekerasan yang terjadi dengan label Islam. Baik itu
kekerasan antarormas maupun antaranggota masyarakat. Media lebih senang menampilkan
simbol-simbol Islam yang dikenakan pelaku anarkisme menjadi konsumsi berita. Inilah yang
menyebabkan Islam dipandang negatif.
Termasuk, pelarangan jilbab bagi anggota polwan. Apa pun dalihnya, ketika ada peraturan yang
melarang penggunaan jilbab, maka itu berarti merupakan pelanggaran terhadap HAM. Semua
lembaga, terutama institusi pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, harus
benar-benar menjunjung tinggi UUD 1945 dengan memperhatikan HAM.
Untuk itulah, dibutuhkan sebuah kesepahaman baru untuk meluruskan kecurigaan-kecurigaan
terhadap Islam. Semua pihak harus sama-sama menciptakan perdamaian, menghormati hak asasi
manusia (HAM), dan, bagi umat Islam, hendaknya bisa menunjukkan Islam yang damai dan
rahmatan lil alamin-nya. n

Direktur Eksekutif The Hasyim Asy'ari Institute

Raskin Dihapus, Pemerintah Harus


'Tanggung Jawab' Stabilkan Harga Beras
Senin, 17 November 2014, 14:21 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Pengamat pertanian Universitas Jenderal Soedirman
(Unsoed) Purwokerto, Prof Dr Totok Agung DH, menyebutkan penyaluran raskin (beras bagi
warga miskin) yang dilaksanakan selama ini, sebenarnya tidak semata-mata untuk membantu
warga miskin. Namun lebih penting dari itu, adalah menjaga stabilitas harga beras.
Karena itu, bila pemerintah akan mengganti penyaluran beras dengan uang dalam bentuk emoney bagi warga miskin, pemerintah tetap harus bertanggung jawab dalam menjaga stabilitas
harga beras. ''Pemerintah sudah menetapkan HPP (Harga Patokan Pemerintah). Sebagai
konsekwensinya, pemerintah juga harus bertanggung jawab terhadap harga beras agar tidak
anjlok di bawah HPP, dan juga melejit terlalu tinggi di atas HPP,'' jelas Totok Agung, Senin
(17/11).
Dia mengakui, program raskin mestinya memang hanya bersifat sementara. Sama dengan BLT

(Bantuan Langsung Tunai), program ini seharusnya hanya dilaksanakan pada masa-masa darurat
dimana warga miskin sangat membutuhkan bantuan pemerintah. Namun setelah masa darurat
terlewati, maka program ini harus dihapuskan.
Namun dalam perkembangannya kemudian, program raskin tidak hanya berfungsi sebagai
program bantuan bagi warga miskin. Namun juga sebagai salah satu mekanisme untuk menjaga
stabilitas harga beras.
Dalam hal ini, Bulog yang melaksanakan fungsi sebagai stabilisator harga beras, menyerap hasil
panen raya petani sehingga harga tidak anjlok terlalu jauh di bawah HPP. Sedangkan pada saat
paceklik, harga beras tidak melambung terlalu tinggi karena tetap ada pasokan beras ke
masyarakat melalui program raskin.
''Dengan demikian, petani akan tetap akan mendapat jaminan mengenai stabilitas harga beras.
Pada saat panen raya petani bisa tetap menjual berasnya dengan harga wajar, dan pada saat
paceklik harga beras tidak melambung terlalu tinggi,'' jelasnya.
Untuk itu, bila program raskin akan diganti dengan pembagian uang, Totok berpendapat
pemerintah tetap harus memperhatikan kepentingan petani dan juga masyarakat secara
keseluruhan.
''Komoditi beras tidak bisa begitu saja dilepas pada mekanisme pasar. Jangan sampai harga beras
anjlok karena akan menyengsarakan petani. Namun jangan sampai pula harga beras melejit,
karena akan menyengsarakan masyarakat, terutama masyarakat miskin yang selama ini
mendapat jatah raskin,'' jelasnya.
Untuk itu, Totok menyatakan, keberadaan lembaga yang melaksanakan fungsi stabilitas harga
beras seperti yang selama ini sudah dilaksanakan Bulog tetap harus dipertahankan. ''Lembaga ini
tetap harus melakukan fungsi penyerapan pada saat produksi beras petani berlebih, dan
melepaskan beras ke pasar pada saat ketersediaan beras di pasar menurun,'' katanya.
Reporter : Eko Widiyatmo
Redaktur : Ichsan Emrald Alamsyah

Islamophobia di Eropa Barat dan Amerika Utara Tidak Ada Gunanya di Sangkal Lagi

REP | 16 February 2015 | 00:34

Hanya berselang tiga hari dari peristiwa penembakan di Chapel Hill, satu unit gedung Quba
Islamic di Houston, Texas, Amerika Serikat, Ahad (15/2/2015) habis terbakar dilalap api.
Disinyalir kebakaran disengaja oleh oknum tidak bertanggung jawab. Hal ini diungkapkan
sendiri seorang putra Imam di lembaga Islam, Ahsan Zahid yang mengatakan pejabat dari
Departemen pemadam kebakaran menemukan indikasi pembakaran sengaja.
Amerika sudah terjangkiti sikap intoleran sebagian kalangan masyarakat. Hal yang sama sudah
dialami oleh minoritas Imigran dan Muslim di Eropa. Sebuah survei yang disponsori oleh
Komisi Eropa pada Oktober 2010 dan hasilnya dirilis 26 November memperlihatkan sebagian
besar umat Muslim yang tinggal di negara-negara Uni Eropa (UE) mengalami diskriminasi.
Survei dilakukan oleh Eurobarometer melalui telepon kepada 4.000 Muslim dewasa.
Sebelumnya pada tahun 2005, sebuah studi oleh Pusat Pemantau Eropa, sebuah lembaga yang
dibentuk UE, menemukan kalangan Muslim sering menjadi korban dari stereotip negatif
termasuk dalam pemberitaan di media massa.
Bahkan Sekjen PBB Ban Ki Moon meminta Eropa untuk memperlihatkan lebih rasa toleransi
bagi imigran terutama Muslim dalam pidato resminya menjelang pertemuan Parlemen Eropa di
Strasbourg, Prancis. Tanpa ragu, Ban menuding semangat anti imigran di Eropa diarahkan ke
agama Islam. Ban melihat, para imigran menderita luar biasa akibat pengangguran, diskriminasi,
kesenjangan kesempatan di sekolah dan tempat bekerja.
Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Eropa sendiri melalui Komisionernya, Nils Muiznieks
mengatakan komunitas Muslim Eropa menjadi objek kekerasan dan prasangka dari
pemberlakuan UU diskriminatif. Kondisi membuat komunitas Muslim sulit berintergrasi ke
dalam masyarakat Eropa. Muiznieks menambahkan anggota parlemen harus berhenti menarget
kelompok agama dalam paket pembahasan UU atau kebijakan. Muiznieks, yang merupakan
aktivis HAM asal Latvia, mengkritik kebijakan negara Eropa seperti Prancis dan Belgia yang
lebih dulu memberlakukan UU diskriminatif. Beberapa negara Eropa lain meniru langkah
Prancis dan Belgia.
Salah satu penyebab berkembangnya Islamophobia di Eropa berkaitan dengan pesatnya
pertumbuhan Islam. Termasuk penduduk asli Eropa. Beberapa serangan terhadap Muslim
maupun fasilitas keagamaan terjadi di berbagai negara seprti Jerman, Inggris, Perancis, Belanda,
Norwegia, Denmark, dan Austria. Serangan diidasari oleh kebencian atau Islamophobia.
http://luar-negeri.kompasiana.com/2015/02/16/islamophobia-di-eropa-barat-dan-amerika-utaratidak-ada-gunanya-di-sangkal-lagi-706954.html

Italia Luncurkan Undang Undang AntiIslam?


Selasa, 17 Maret 2015, 01:18 WIB
Reporter : c22
Redaktur : Taufik Rachman
REPUBLIKA.CO.ID,ROMA -- Pemerintah Italia membuat peraturan baru perihal pendirian
tempat ibadah bagi orang Muslim. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pencegahan kenaikan
jumlah Muslim di Italia, yang ditargetkan lebih dari satu juta Muslim.
Menurut berita yang dilansir dari Onislam, Senin (16/3), pemerintah Italia mengajukan sebuah
hukum baru mengenai pendirian bangunan tempat ibadah. Hukum tersebut diperkenalkan oleh
pemerintah Italia di Lombardy pada Januari lalu.
Hukum baru ini dikenal dengan undang-undang anti-masjid. Pada undang-undang ini ditetapkan
peraturan baru yang menyebutkan pembatasan pembangunan tempat ibadah.
Peraturan itu menyebutkan dengan lebih spesifikasi, siapa pun yang ingin mendirikan tempat
ibadah bagi agama yang tidak diakui negara Italia secara resmi, maka negara akan melakukan
pembatasan secara khusu.
Pembatasan itu dilakukan mulai dari ukuran fasilitas parkir hingga luas keseluruhan bangunan.
Islam merupakan satu-satunya agama besar yang tidak diakui oleh Italia.
Aturan baru itu mendiskriminasikan lebih dari satu juta Muslim Italia.
Undang-undang itu juga mengijinkan pejabat kota Lombardy untuk membuat referendum lokal,
yang menyangkut pembangunan tempat ibadah baru di kota itu.
Kantor berita AFP melaporkan dalam menghadapi aksi protes terhadap sikap diskrimanitif ini
pemerintah sayap kiri Italia telah mengambil langkah.
Perdana Menteri Matteo Renzi memutuskan untuk membawa aturan baru ini ke Mahkamah
Konstitusi untuk diperiksa, Jumat (13/3).
Keputusan Matteo ini menimbulkan respon keras dari Matteo Slavini, seorang juru bicara dari
sayap kanan pemerintah Italia. Slavini merupakan seorang politisi anti-Islam yang juga
memimpin sayap kanan Northern League.
"Renzi dan Menteri Dalam Negeri Angelino Alfano--- mereka imam baru di sini," Tulis Slavini
di halaman Facebook-nya.

Para kritikus mengatakan undang-undang itu melanggar konstitusi Italia.


Undang-undang itu pasti akan dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Beberapa orang percaya Mahkamah Konstitusi Italia akan mencabut undang-undang
diskriminatif ini. Dikarenakan undang-undang ini melanggar konstitusi negara pada beberapa
alasan.
Menurut CIA World Factbook, Katolik Roma merupakan agama utama di Italia. Sekitar 80
persen penduduk Italia menyatakan dirinya sebagai Katolik Roma, atau sebagai pemeluk Kristen
lain.
Italia memiliki jumlah Muslim sebanyak 1,7 juta orang, termasuk 20 ribu mualaf. Jumlah
tersebut dikeluarkan oleh Istat, badan statistik nasional.
Sejak awal tahun 1980-an, Italia memberikan uang dari pajak yang mereka terima untuk agamaagama yang diakui pemerintah. Dana tersebut digunakan untuk pemeliharaan struktur agama,
termasuk Yahudi dan kuil Budha, Gereja Yunani Ortodoks, dan Saksi jemaat Yehuwa. Tetapi
masjid tidak ada dalam daftar agama yang diakui pemerintah Italia.
Masjid Roma selesai dibangun pada tahun 1995. Pembangunan ini sebagai isyarat niat baik
pemerintah untuk membantu mengurangi sejarah panjang permusuhan antara Katolik dan
Muslim. Oleh karena itu, masjid ini merupakan satu-satunya bangunan agama Islam yang telah
menerima pengakuan pemerintah dan dana dari pemerintah.
Sebuah jajak pendapat, Pew Research Center yang dirilis pada bulan Januari sebanyak 63 persen
koresponden Italia mengatakan Muslim merupakan hal yang positif. Yunani berada pada urutan
kedua dengan persentase sebesar 53 persen. Sementara mayoritas penduduk Prancis, Inggrisn
dan Jerman melihat Muslim sebagai hal yang postif.
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/03/17/nlbhjl-italia-luncurkan-undangundang-antiislam

Diskriminatif, UU 'Anti-Masjid' Italia akan


Ditinjau Ulang

Minggu, 15 Maret 2015, 08:25 WIB


Reporter : c 24
Redaktur : Indah Wulandari
REPUBLIKA.CO.ID,ROMA -- Aturan pembatasan pembangunan masjid di Italia menuai protes
karena dianggap mengintervensi terlalu dalam tentang pembangunan rumah ibadah bagi umat
Islam.
Negara dengan jumlah Muslim mencapai satu juta orang tersebut telah menyosialisasikan
peraturan tersebut pada Januari 2015 lalu di kawasan Lombardy yang mencakup ibukota Milan,
wilayah yang paling padat penduduknya.
Peraturan baru itu disebut sebagai undang-undang "anti-masjid". Onislam mengutip bahwa
undang-undang baru tersebut mengatur bahwa siapapun yang akan membangun tempat ibadah
baru harus mengikuti peraturan. Mulai dari ukuran fasilitas parkir sampai dengan penampilan
luar bangunan.
Undang-undang tersebut juga memberikan kewenangan kepada pejabat lokal Lombardy untuk
mengmabil langkah-langkah tertentu terkait pengaturan tempat ibadah baru.
Peraturan tersebut pun menuai protes dari berbagai macam kalangan, karena dianggap
diskriminatif terhadap salah satu golongan. Kantor berita AFP melaporkan Perdana Menteri
Matteo Renzi telah memutuskan untuk meninjau kembali aturan baru tersebut ke Mahkamah
Konstitusi pada Jumat (13/3) lalu.
Beberapa kritikus setempat mengatakan, undang-undang tersebut melanggar kostitusi negara
Italia, Mahkamah Kostitusi setempat memiliki alasan untuk membatalkan undang-undang yang
diskriminatif tersebut.
Menurut CIA World Factbook sekitar 80 persen dari populasi penduduk Italia beragama katolik
Roma. Sedangkan Badan Statistik Nasional Italia Istat melangsir angka populasi Muslim sekitar
1,7 juta termasuk muallaf sebanyak 20 ribu orang.
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/03/15/nl8by2-diskriminatif-uuantimasjid-italia-akan-ditinjau-ulang

Diprotes, DKI Revisi Larangan Sepeda


Motor di Jalan Thamrin

YOLANDA RYAN ARMINDYA , Senin, 06 April 2015 | 04:13 WIB

TEMPO.CO , Jakarta:Pemerintah Provinsi DKI merevisi larangan sepeda motor melintas ruas
Jalan MH Thamrin hingga Jalan Medan Merdeka Barat. Kepala Dinas Perhubungan dan
Transportasi Benjami Bukit beralasan revisi ini karena pemprov banyak mendapat protes soal
aturan pelarangan sepeda motor.
"Berdasarkan hasil rapat pimpinan, kami akan mengakomodasi pengguna sepeda motor melintasi
ruas jalan tersebut di atas pukul 23.00," kata dia saat dihubungi Tempo, Minggu, 5 April 2015.
Menurut dia, alasan lainnya adalah adanya gugatan dari beberapa pihak, salah satunya Indonesia
Traffic Watch (ITW) ke Mahkamah Agung untuk permohonan pengujian materiil (judicial
review) terhadap Peraturan Gubernur DKI No. 195 tahun 2014 tentang Pembatasan Lalu Lintas
Sepeda Motor.
Dia mengatakan, Pemerintah Provinsi Jakarta akhirnya menyetujui bahwa pembatasan motor
hanya berlaku pada jam 06.00-23.00. "Jadi motor bebas lewat hingga pukul 05.00 di Jalan MH
Thamrin dan Medan Merdeka Barat," kata dia.
Atas keputusan ini, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menerbitkan Peraturan
Gubernur Nomor 141 Tahun 2015 sebagai pengganti peraturan yang lama pada 18 Maret 2015.
Benjamin mengatakan, peraturan itu baru diterima pada Jumat, 3 April 2014, sehingga revisi
aturan tersebut baru mulai berlaku sejak Sabtu lalu.
Terkait evaluasi aturan yang diberlakukan sejak 17 Desember 2014 ini, dia mengatakan hingga
saat ini jumlah pengendara motor yang kena tilang berkurang drastis.
Selain itu, lalu lintas dua ruas jalan tersebut jauh lebih tertata rapi dibandingkan saat awal
peraturan ini dijalankan. Saat ini, klaimnya, semua sudah lebih bagus dan lebih tertib, tak ada
masalah.
http://www.tempo.co/read/news/2015/04/06/083655509/Diprotes-DKI-Revisi-Larangan-SepedaMotor-di-Jalan-Thamrin

Begal Bikin Warga Anomi


A Syalaby Ichsan , Jumat, 06 Maret 2015, 16:27 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Begal sudah mengancam rasa aman warga. Tak hanya di Ibu
kota, pencurian dengan tindak kekerasan ini terjadi di daerah-daerah. Warga yang
marah pun bertindak anarki. Di Jalan Masjid Baiturrahman, Pondok Karya, Pondok

Aren, Tangerang Selatan, aksi begal menuai balas yang nahas. Komplotan pelaku
kejahatan membegal pasangan pengendara sepeda motor, Wahyu dan Sri, pada
Selasa (24/2) dini hari WIB.
Sri berhasil melakukan perlawanan dengan menarik samurai yang dipegang
Hendriansyah hingga pelaku terjatuh dari sepeda motor. Mengetahui adanya begal,
massa mengeroyok dan membakar Hendriansyah hingga tewas. Di Pasar Minggu,
Jakarta Selatan, begal beraksi pada Senin (1/3) sekitar pukul 08.30 WIB. Aksi itu
terjadi di sekitar perlintasan kereta api Volvo yang masih ramai. Korban yang
melintasi rel kereta dipepet empat pria yang menaiki dua skuter matik.
Para pelaku sempat menodong korban dengan sebilah golok. Mereka kemudian
merebut tas milik korban. Korban lalu berteriak meminta pertolongan. Pelaku yang
diketahui bernama Cecep Saidin (35 tahun), warga Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta
Timur, itu dihajar hingga kondisinya kritis. Pelaku tewas saat sampai di RS Polri
Kramat Jati.
Kriminolog Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendarto, menilai masyarakat saat ini
sedang dalam kondisi anomi. Sebuah perilaku apatis terhadap sistem. Mereka tak
lagi percaya dengan sistem hukum di Indonesia. Aparat penegak hukum tak lagi
diyakini sebagai pelindung dan pengayom karena mereka dinilai selalu
mengabaikan masyarakat yang membutuhkan pertolongan.
Kondisi inilah yang menyebabkan masyarakat akhirnya memakai hukum jalanan
untuk menghakimi pelaku pembegalan motor, ujar Yogo. Lambannya
pengungkapan kasus pembegalan juga menjadi salah satu faktor. Hukuman
membakar pelaku kejahatan dinilai mampu memberikan efek jera bagi para pelaku
pembegalan lainnya. Yogo menambahkan, masyarakat yang dalam kondisi anomi
itu juga didukung dengan perasaan marah dan perilaku kolektif. Keduanya lahir dari
kondisi psikologis yang sama selaku korban pembegalan.
Dia menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi orang menjadi pelaku
pembegalan. Faktor ekonomi jelas menjadi alasan mendasar terjadinya
pembegalan. Sepeda motor adalah benda yang mudah untuk dijual dan memiliki
putaran penjualan yang cepat. Hampir semua orang saat ini membutuhkan
kendaraan bermotor ini.
Saat ini terjadi pergeseran motif pencurian kendaraan bermotor, dari mencuri
dengan cara konvensional menjadi dengan cara pembegalan. Cara yang kedua ini
memiliki perencanaan yang lebih matang ketimbang pencurian dengan cara
konvensional. Melalui pembegalan, pelaku mempunyai kuasa lebih dari korban,
dengan mengancam bahkan menghabiskan nyawa. Tindakan pembegalan juga
untuk menghapus jejak, cara yang cepat dan terencana, kata dosen Jurusan
Krimonologi UI ini.
Wakapolri Komjen Badrodin Haiti mengatakan, kasus perampasan motor sejak dulu
juga sudah terjadi di Jakarta dan wilayah lainnya. Hanya, kata Badrodin, saat ini
diberitakan secara masif sehingga seolah-olah situasinya darurat dan meresahkan
masyarakat. Padahal, dari data menunjukkan kinerja Polri yang tidak buruk, kata
Badrodin kepada Republika, Ahad (1/3).

Ia memaparkan, pada Januari dan Februari 2015, terdapat 48 kasus perampasan


motor di wilayah Polda Metro Jaya yang ditangani. Sebanyak 29 orang ditangkap
dan tujuh pelaku di antaranya meninggal. Kapolda Metro Jaya Irjen Unggung
Cahyono menilai, para penadah merupakan penyebab utama maraknya aksi
pembegalan motor. Kapolda menyatakan itu ketika menanggapi aksi Polresta Depok
menggerebek tempat penjualan suku cadang dan onderdil yang diduga hasil curian
dan pembegalan di Kampung Sasak Panjang dan Kampung Bulu, perbatasan Kota
Depok dengan Kabupaten Bogor, Sabtu (28/2) malam.
Banyaknya remaja yang bergabung dalam komplotan begal menarik perhatian
pemerintah. Terlebih, gim online yang marak dengan kekerasan dinilai
memengaruhi mentalitas para remaja. Menteri Kebudayan, Pendidikan Dasar, dan
Menengah Anies Baswedan mengakui bahwa ada yang salah dengan sistem
pendidikan yang berlaku selama ini.
Anies menilai, seluruh pihak, baik di sekolah maupun keluarga, harus merespons
secara cepat gejala anak-anak yang melakukan tindak kekerasan, termasuk di
dalamnya pembegalan. Kita harus me-review semua yang menjadi permainan
anak-anak. Di sekolah juga harus dipantau, ada atau tidak gejala anak-anak
melakukan kekerasan, kata Anies seusai melakukan pertemuan dengan Wakil
Presiden Jusuf Kalla, Senin (2/3).
Dengan demikian, pihak sekolah, melalui bimbingan konseling di sekolah, serta
kepala sekolah dituntut mampu mendeteksi dan mencegah aksi kekerasan anak
didiknya. Anies juga berencana mengundang sejumlah pakar, siswa, dan orang tua
guna membahas maraknya pembegalan akhir-akhir ini. Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengatakan, aksi pembegalan ada yang melibatkan remaja berusia sekitar 15
tahun. Wapres mengklaim, aksi begal biasanya dimulai dari perilaku bullying yang
dilakukan siswa senior kepada junior mereka.

http://www.republika.co.id/berita/koran/fokus-publik/15/03/06/nksaa3-begal-bikin-warga-anomi

Abaikan Banjir, Ahok Sebut Warga Langgar


HAM
Angkasa Yudhistira
Jurnalis
Jum'at, 23 Januari 2015 - 13:50 wib
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, (Ahok) kerap kali dinilai
melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) terutama yang berhubungan dengan penertiban

permukiman liar. Namun, kini giliran mantan Bupati Belitung Timur itu yang menuding
warganya melakukan pelanggaran HAM karena abai pada banjir yang menggenangi Ibu Kota.
"Banjir melanggar HAM orang enggak? Menurut saya kalau biarkan banjir itu melanggar HAM.
HAM rakyat dilanggar kalau banjir," kata Ahok di Balai Kota, Jumat (23/1/2015).
Ahok mengatakan, salah satu penyebab banjir yang masih terjadi di Jakarta karena banyak rumah
liar yang berada di bantaran sungai. Ia pun menegaskan, bangunan-bangunan tersebut harus
dibongkar.
Rumah susun, adalah tempat yang disediakan Ahok bagi para warga Jakarta yang rumahnya
terkena imbas pembongkaran nantinya.
"Kalau ingin mengatasi banjir ya tolong jangan tinggal di atas sungai," tandasnya.
http://news.okezone.com/read/2015/01/23/338/1096149/abaikan-banjir-ahok-sebut-wargalanggar-ham

IMPLEMENTASI PEMENUHAN HAM

Mulai Hari ini Polisi Perempuan Boleh


Memakai Jilbab

hesti detikNews Rabu, 25/03/2015 17:28 WIB

Jakarta - Mabes Polri secara resmi mengakomodasi keinginan anggotanya maupun PNS yang
bekerja di lingkungan Polri untuk berhijab. Kini para polwan sudah boleh mengenakan jilbab
tanpa ada halangan lagi mulai hari ini.
Dalam pengumuman yang terdapat dalam laman humas.polri.go.id aturan tersebut tertuang
dalam Keputusan Kapolri Nomor : 245/III/2015 tanggal 25 Maret 2015, tentang perubahan atas
sebagian surat keputusan Kapolri Nopol : SKEP/702/X/2005 tanggal 30 September 2006 tentang
sebutan penggunaan pakaian dinas seragam Polri dan PNS Polri.
Berikut ini isi gubahan surat keputusan yang ditandatangani oleh Wakapolri Komjen Pol
Badrodin Haiti:
Isi gubahannya:
1. a) Pengguna
Polwan Polda Aceh tetap menggunakan jilbab dan bagi polwan muslimah lainnya yang
berkeinginan memakai jilbab dapat menggunakan jilbab sesuai ketentuan yang berlaku.
b.Tutup kepala:
1) jilbab model tunggal polos atau tanpa emblem
2) jilbab warna coklat tua polisi digunakan pada pakaian dinas warna coklat dan PDL II loreng
brimob
3) jilbab warna abu-abu digunakan pada PD musik gabungan
4) jilbab warna hitam polos digunakan pada pakaian dinas selain angka 2 dan 3
5) jilbab pada pakaian olahraga disesuaikan dengan warna celana training, dan
6) bagi staf reskrim, intelkam dan paminal untuk warna jilbab disesuaikan dengan warna celana
c. tutup badan
Polwan berjilbab menggunakan celana panjang

d.Tutup kaki
bagi polwan berjilbab wajib menggunakan:
1)sepatu dinas ankleboots warna hitam dengan kaus kaki warna hitam digunakan pada pakaian
dinas polwan
2)sepatu dinas ankleboots warna putih dengan kaus kaki warna putih digunakan pada PD musik
gabungan
3)sepatu dinas lapangan warna hitam dengan kaus kaki hitam digunakan pada PDP Danup-I,
PDL-II Two Tone, PDL-II Loreng Brimob, PDL-II Hitam Brimob, PD CRT dan PD Misi PBB
4)Sepatu dinas tunggang digunakan pada PDL-II Patwal Roda Dua dan PD Joki
5)Sepatu dinas safety shoes digunakan pada PD Nautika dan PD Teknika
http://news.detik.com/read/2015/03/25/172823/2869556/10/mulai-hari-ini-polisi-perempuanboleh-memakai-jilbab

POLWAN BERJILBAB, KONSTITUSI, DAN HAM


Oleh:
Mei Susanto, S.H., M.H.
Presidium Asosiasi Sarjana Hukum Tata Negara (ASHTN) Indonesia
Belum diperbolehkannya Polisi Wanita (Polwan) menggunakan jilbab menjadi
sorotan publik yang luas. Tak bisa dipungkiri, Kepolisian yang sempat memberikan
angin segar melalui Kapolri Jend. Sutarman dengan memberi izin secara lisan
kepada Polwan untuk dapat berjilbab, namun tiba-tiba saja dibatalkan oleh
Wakapolri Komjen Pol. Oegroseno melalui telegram rahasia kepada Kepolisian di
daerah. Pembatalan tersebut, seolah-olah menunjukkan institusi Kepolisian belum
siap memberikan jaminan kebebasan beragama bagi aparatnya. Ini menjadi
rangkaian catatan negatif kalau tidak boleh dibilang buruk bagi Korps
Bayangkhara dalam memenuhi amanah Konstitusi dan Pemenuhan Hak Asasi
Manusia yang diatur dalam UUD 1945.
Konstitusionalisme dan Hak Asasi Manusia
Konstitusionalisme dan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan dua istilah yang
satu sama lain memiliki keterkaitan yang erat. Konstitusionalisme merupakan
paham yang lahir dari perjuangan terhadap kekuasaan absolut dan otoriter yang

menindas hak-hak manusia. Karenanya, paham ini berisi gagasan mengenai


pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Seperti dikemukakan oleh C.J. Friedrich
"consti tutionalism is an institutionalized system of effective, regularized restraints
upon governmental action". Menurut Sri Sumantri konstitusi berisi 3 hal pokok, (i)
jaminan terhadap Ham dan warga negara, (ii) susunan ketatanegaraan yang
bersifat fundamental, (iii) pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan.
Sebagai negara yang menganut paham konstitusionalisme, Indonesia telah
memasukkan hal-hal pokok tersebut kedalam UUD 1945, termasuk didalam Hak
Asasi Manusia.

Derogable Rights dan Non Derogable Rights


Dalam perkembangan ilmu mengenai hak asasi manusia (HAM), terutama
dengan adanya ICCPR (International Convenant on Civil and Political Rights) dikenal
istilah derogable rights dan non-derogable rights. Ifdhal Kasim menyebutkan nonderogable rights yaitu hak-hak yang bersifat absolut yang tidak boleh dikurangi
pemenuhannya oleh

negara-negara yang

pihak

dalam ICCPR (International

Convenant on Civil and Political Rights). Walaupun dalam keadaan darurat


sekalipun. Hak-hak yang termasuk ke dalam jenis ini adalah : (i) hak atas hidup
(rights to life); (ii) hak bebas dari penyiksaan (rights to be free from torture); (iii)
hak bebas dari perbudakan (rights to be free from slavery); (iv) hak bebas dari
penahanan karena gagal memenuhi perjanjian (utang); (v) hak bebas dari
pemidanaan yang berlaku surut; (vi) hak sebagai subjek hukum; dan (vii) hak atas
kebebasan berpikir, kenyakinan dan agama. Negara-negara Pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap hak-hak dalam jenis ini, seringkali akan mendapat kecaman
sebagai negara yang telah melakukan pelanggaran serius hak asasi manusia (gross
violation of human rights).
Sementara itu, derogable rights adalah hak-hak yang boleh dikurangi atau
dibatasi pemenuhannya oleh Negara-negara Pihak dalam ICPPR. Hak dan kebebasan
yang termasuk dalam jenis ini adalah : (i) hak atas kebebasan berkumpul secara
damai; (ii) hak atas kebebasan berserikat, termasuk membentuk dan menjadi
anggota serikat buruh; dan (iii) hak atas kebebasan menyatakan pendapat atau
berekpresi, termasuk kebebasan mencari, menerima dan memberikan informasi dan
segala macam gagasan tanpa memperhatikan batas (baik melalui lisan atau tilisan).
Non-derogable rights demikian dirumuskan dalam Perubahan UUD 1945 Pasal
28 I ayat (1) yang menyatakan sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Sebelum non-derogable rights
dirumuskan dalam UUD 1945, sudah ditegaskan pula di dalam Tap MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 7 dan UU No. 39 Tahun 199 Pasal 4
dengan bunyi yang sama.
Dengan demikian, maka hak berjilbab bagi seorang muslimah termasuk
Polwan merupakan bagian dari hak beragama, termasuk kedalam kategori nonderogable rights yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Untuk itu,
pelarangan jilbab bagi Polwan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran serius hak
asasi manusia (gross violation of human rights). Tidak mengherankan apabila kita
menemukan Polwan-Polwan di negara-negara Eropa yang muslimah menggunakan
jilbab, karena pelarangan terhadap hal tersebut akan dapat dikatakan sebagai
negara yang melakukan gross violation of human rights kecuali untuk negara
sekuler.

Jalan Keluar
Tidak adanya ruang bagi Polri untuk melarang Polwan berjilbab baik dari
perspektif konstitusi UUD 1945 dan pemenuhan Hak Asasi Manusia, seharusnya
direspon dengan cepat oleh Pimpinan Kepolisian, bukan malah mengeluarkan
kebijakan

yang

saling

bertentangan.

Kapolri

sudah

seyogyanya

segera

mengeluarkan Peraturan Kapolri (Perkap) mengenai Polwan berjilbab ini, tanpa


harus banyak melakukan pertimbangan yang kurang masuk akal, mulai dari
pembuatan pengkajian sampai studi banding ke luar negeri. Padahal Polwan di Aceh
yang sudah berjilbab dapat dijadikan acuan, sehingga tidaklah sulit sebenarnya
untuk membuat Perkap tersebut.

Ketiadaan anggaran yang menjadi alasan penundaan kebijakan Polwan


berjilbab, bukanlah alasan yang rasional. Kapolri memang baru dapat mengajukan
anggaran melalui R-APBNP 2014, namun bukan berarti Polwan yang berjilbab harus
dilarang. Karena pelarangan ini justru semakin membuat pelanggaran yang serius
terhadap hak-hak polwan. Untuk itu, Kapolri cukup mengeluarkan Perkap, yang
didalamnya terdapat peraturan peralihan, dimana selama belum ada anggarannya,
Polwan diperbolehkan menggunakan jilbab dengan syarat sesuai dengan Perkap
yang ada. Toh, banyak Polwan yang berinisiatif menggunakan anggaran pribadi.
Bahkan, bila perlu masyarakat muslim pun pasti siap menyumbang jilbab bagi para
Polwan ini.
Melalui jalan ini, kita tentu berharap agar institusi penegak hukum ini dapat
lebih dulu menjalankan amanat konstitusi UUD 1945 terhadap internal mereka.
Bagaimana mungkin mereka dapat menegakkan hukum dan melindungi hak asasi
manusia bagi warga negara, apabila mereka sendiri telah melanggarnya untuk
internal mereka.

Jumat, 27/03/2015 09:38 WIB

Komnas HAM Apresiasi Polri yang Izinkan


Polwan Berjilbab
Fajar Pratama - detikNews
Jakarta - Polri mengeluarkan kebijakan, membolehkan para Polwan untuk mengenakan jilbab.
Kebijakan Polri ini mendapatkan apresiasi dari Komnas HAM.
"Komnas HAM sungguh mengapresiasi Polri yang telah menunaikan kewajiban negara dalam
pemenuhan hak-hak dasar konstitusional warga negara, khususnya hak-hak kaum
perempuan/Polwan yang ingin mengamalkan agamanya," kata komisioner Komnas HAM
Maneger Nasution, dalam pernyataannya, Jumat (27/3/2015).
Langkah Polri itu sesuai dengan konstitusi dan peraturan yang ada yakni dalam pasal 28 dan 29
UUD 45 serta UU 39/1999 tentang HAM. Dalam perspektif HAM, kata Maneger, pemenuhan

HAM bagi semua warga negara itu adalah utamanya kewajiban negara.
"Sekedar menyegarkan ingatan publik, bawa pihak yang paling banyak diadukan masyarakat
kepada Komnas HAM (2014) sebagai yang diduga pelanggar HAM adalah Polri," kata Maneger.
"Sekali lagi, Komnas HAM sungguh mengapresiasi keputusan Polri dalam memenuhi HAM
warganya (polwan). Ini penting utk memperlihatkan political will negara, khususnya polri.
Semoga ini pertanda cuaca baik pembangunan trust masyarakat kepada Polri dan pada akhirnya
dapat menghadirkan keyakinan publik bahwa negara/polri serius menegakkan HAM di negeri
ini, dimulai dari sendiri, memenuhi HAM warganya/polwan sendiri," sambungnya.
Menurut Maneger, Peraturan Kapolri itu menjadi perlu ditindaklanjuti oleh Presiden Joko
Widodo dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah berkaitan dengan pakaian dinas yang dapat
memberikan kebebasan bagi perempuan untuk melaksanakan tuntunan agama.
"Perkap itu perlu dicontoh. Untuk menyelesaikan banyak hal, ada baiknya Presiden Jokowi
sebagai pemimpin tertinggi Indonesia, dalam sistem presidensial, untuk mengambil tanggung
jawab dengan menerbitkan semacam PP yang berkaitan tentang ketentuan pakaian kerja/dinas
bagi polwan/tni-wanita, ans/pns, sekolah, rumah sakit dan lain-lain yang berkaitan dengan
simbol-simbol dan identitas keagamaan dan kultural. Perkap Polri itu laik diapresiasi dan
dicontoh," kata Maneger.
http://news.detik.com/read/2015/03/27/093852/2871131/10/komnas-ham-apresiasi-polri-yangizinkan-polwan-berjilbab?nd772204btr

Akademisi : Hukuman Mati Bagian dari


Penegakan HAM
Editor: Annisa Nurfitriyani Rubrik Hukum 08 Maret 2015 11:11:00 WIB

WE Online, Surabaya-Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Narotama (Unnar) Surabaya


Rusdianto Sesung berpendapat hukuman mati tidak melanggar HAM, bahkan hukuman mati itu
juga merupakan bagian dari penegakan HAM.
"Para pegiat HAM seringkali melihat hak hidup itu pada pelaku kejahatan, padahal korban
kejahatan juga memiliki hak hidup," kata kandidat doktor pada Universitas Airlangga (Unair), di
Surabaya, Minggu (8/3/2015)

Kandidat doktor ilmu hukum tata negara pada Unair itu mengemukakan hal itu menanggapi prokontra hukuman mati yang dijatuhkan pemerintah Indonesia terhadap sejumlah terpidana
narkoba dari negara lain.
"Pro-kontra hukuman mati itu tidak terlepas dari adanya perbedaan pandangan terhadap
implementasi Universal Declaration of Human Rights (UDHR 1948) di Indonesia," katanya.
Menurut dia, sebagian pegiat HAM menyatakan bahwa sebagai sebuah negara hukum yang telah
meratifikasi UDHR 1948, maka kewajiban Indonesia untuk tunduk terhadap UDHR yang
menjunjung tinggi hak hidup manusia.
"Hak hidup merupakan hak asasi yang dimiliki oleh semua manusia, namun dalam praktiknya,
hak hidup ini seringkali disempitkan maknanya," katanya.
Para pegiat HAM, katanya, hanya menafsirkan bahwa hak hidup adalah hak yang tidak dapat
dikurangi hanya terhadap manusia "jahat" (terpidana) atau yang diduga jahat (tersangka atau
terdakwa).
"Hampir tidak pernah didiskusikan bahwa 'korban kejahatan' juga memiliki hak untuk hidup,
namun oleh para 'penjahat', hak hidup para korban kejahatan yang mengakibatkan hilangnya
nyawa manusia tidak pernah diperbincangkan," katanya.
Buktinya, pro-kontra penghilangan hak hidup itu baru muncul jika negara akan menghukum mati
seorang "penjahat" yang telah menghilangkan hak hidup orang lain.
"Hampir tidak pernah diperdebatkan mengenai korban yang ditimbulkan oleh penjahat
bersangkutan, sehingga penjahat tersebut layak dihilangkan nyawanya," katanya.
Oleh karena itu, UDHR 1948 dengan sistem hukuman mati yang masih diadopsi Indonesia itu
tidak perlu dipertentangkan, karena Indonesia juga mengakui adanya kewajiban asasi, selain hak
asasi.
"Kewajiban asasi manusia memiliki kedudukan yang sama dengan hak asasi manusia. Dimana
ada hak, maka di situ pula ada kewajiban, begitu juga sebaliknya," katanya.
Apalagi, pengakuan kewajiban asasi secara universal juga telah dituangkan dalam Universal
Declaration of Human Responsibilities (UDHR) pada 1 September 1997. Indonesia sendiri
mencantumkan kewajiban asasi itu dalam Pasal 28-J UUD 1945.
"Salah satu makna dari UDHR 1997 adalah adanya pengakuan terhadap kewajiban setiap orang

untuk menghormati hak orang lain, termasuk pengembalian hak para korban kejahatan. Islam
sendiri mengakui kewajiban asasi itu dalam hukum qishash," katanya.
Dalam ketentuan Pasal 28J ayat (1) UUD Tahun 1945 dengan jelas disebutkan bahwa
pelaksanaan hak asasi wajib menghormati hak asasi orang lain. Tujuan penghormatan atau
kewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain tersebut ialah untuk menciptakan tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Dapat dibayangkan bagaimana keadaan ketertiban suatu negara atau bangsa jika dalam
pelaksanaan hak asasi tidak dibatasi dengan adanya kewajiban untuk menghormati hak orang
lain. Oleh karena itu, penghormatan terhadap hak asasi orang lain merupakan bagian dari
penegakan HAM itu sendiri," katanya. (Ant)
Editor: Annisa Nurfitriyani
http://wartaekonomi.co.id/read/2015/03/08/48356/akademisi--hukuman-mati-bagian-daripenegakan-ham.html

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 PB PDF
    1 PB PDF
    Dokumen7 halaman
    1 PB PDF
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Centos PDF
    Centos PDF
    Dokumen17 halaman
    Centos PDF
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Modul Iii
    Modul Iii
    Dokumen8 halaman
    Modul Iii
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • 9.draft Surat Perjanjian Kontrak Kerja PDF
    9.draft Surat Perjanjian Kontrak Kerja PDF
    Dokumen4 halaman
    9.draft Surat Perjanjian Kontrak Kerja PDF
    breakindo
    Belum ada peringkat
  • UDHR
    UDHR
    Dokumen6 halaman
    UDHR
    yogi subastian
    Belum ada peringkat
  • Kegiatan Kepala Bidang HAM Kanwil Kaltim 2017
    Kegiatan Kepala Bidang HAM Kanwil Kaltim 2017
    Dokumen7 halaman
    Kegiatan Kepala Bidang HAM Kanwil Kaltim 2017
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Berita Tentang Ham 2
    Berita Tentang Ham 2
    Dokumen9 halaman
    Berita Tentang Ham 2
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Membuat User Account
    Tutorial Membuat User Account
    Dokumen14 halaman
    Tutorial Membuat User Account
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 12
    Bab 12
    Dokumen15 halaman
    Bab 12
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 10
    Bab 10
    Dokumen15 halaman
    Bab 10
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen18 halaman
    Bab 2
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 11
    Bab 11
    Dokumen15 halaman
    Bab 11
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Pengenalan VB
    Pengenalan VB
    Dokumen18 halaman
    Pengenalan VB
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 8
    Bab 8
    Dokumen12 halaman
    Bab 8
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen18 halaman
    Bab 2
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 9
    Bab 9
    Dokumen18 halaman
    Bab 9
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen13 halaman
    Bab 6
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen16 halaman
    Bab 5
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen18 halaman
    Bab 2
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 7
    Bab 7
    Dokumen14 halaman
    Bab 7
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen18 halaman
    Bab 4
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen18 halaman
    Bab 2
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen15 halaman
    Bab 3
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen15 halaman
    Bab 3
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Pengenalan VB
    Pengenalan VB
    Dokumen18 halaman
    Pengenalan VB
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen16 halaman
    Bab 5
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen18 halaman
    Bab 2
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen18 halaman
    Bab 4
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen18 halaman
    Bab 4
    Ziyan Gie
    Belum ada peringkat