Anda di halaman 1dari 38

NAMA : SICILIA R. N. K.

EHA
NIM : 11.2013.188

1. DEFINISI SYOK DAN MACAM-MACAM SYOK


Definisi Syok
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang
ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yanga dekuat organorgan vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti,
perdarahan yang massif, trauma atau luka bakar berat (syok hipovolemik), infark miokard luas
atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok septic),
tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun (syok
anafilaktik).
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan
ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme
homeostasis.
Macam Macam Syok
a. Syok Hipovolemik
Hipovolemik berarti berkurangnya volume intravaskuler. Sehingga syok hipovolemik berarti
syok yang di sebabkan oleh berkurangnya volume intravaskuler. Di Indonesia shock pada anak
paling sering disebabkan oleh gastroenteritis dan dehidrasi, dan shock perdarahan paling jarang,
begitupun shock karena kehilangan plasma pada luka bakar dan shock karena translokasi cairan.
b. Shock kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat
pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai
pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang memadai untuk mempertahankan
perfusi jaringan. Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda

syok dan dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama
jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub
atau sekat jantung.Masalah yang ada adalah kurangnya kemampuan jantung untuk berkontraksi.
Tujuan utama pengobatan adalah meningkatkan curah jantung.
Etiologi shock kardiogenik
Infark miokard akut dengan kerusakan otot jantung
Kerusakan katup jantung: stenosis mitral, insufisiensi mitral, stenosis katup aorta,

insufisiensi katup aorta


Gangguan irama jantung: atrial fibrilasi, ventrikular fibrilasi, ventrikular takhikardi
Gangguan sistem konduksi hantaran listrik jantung: atrioventrikular blok, sinoaurikular
blok.

c. Shock septic
Sepsis merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman-kuman atau bahan-bahan yang
berasal dari atau dibuat oleh kuman-kuman. Organism yang paling sering menyebabkan shock
septic dalah kuman gram negative. Tetapi shock juga bias disebabkn oleh kuman gram positif
bahkan jamur, rickettsia dan bermacam-macam virus dapat menimbulkan shock yang sifatnya
tidak banyak berbeda.
Respon penderita terhadap pencetus yaitu masuknya kuman kedalam tubuh ditentukan oleh
keadaan penderita sebelumnya.
Etiologi
Syok sepsik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70% (Pseudomonas auriginosa,
Klebsiella, Enterobakter, E. choli, Proteus). Infeksi bakteri gram positif 20-40% (Stafilokokus
aureus, Stretokokus, Pneumokokus), infeksi jamur dan virus 2-3% (Dengue Hemorrhagic Fever,
Herpes viruses), protozoa (Malaria falciparum). Sedangkan pada kultur yang sering ditemukan
adalah Pseudomonas, disusul oleh Stapilokokus dan Pneumokokus. Syok sepsik yang terjadi
karena infeksi gram negatif adalah 40% dari kasus, sedangkan gram positif adalah 5-15% dari
kasus (Japardi, 2002). Syok septik sering terjadi pada:
1. Bayi baru lahir,
2. Usia diatas 50 tahun,
3. Penderita gangguan sistem kekebalan.
d. Syok Anafilaksis

Adalah suatu reaksi anafilaksis berat yang disertai dengan insufisiensi sirkulasi. Anafilaksis
merupakan kondisi alergi di mana curah jantung dan tekanan arteri seringkali menurun dengan
hebat.
Etiologi
1. Makanan : kacang, telur, susu, ikan laut, buah.
2. Allergen immunotherapy
3. Gigitan atau sengatan serangga
4. Obat-obat : penicillin, sulpha, immunoglobin (IVIG), serum, NSAID
5. Latex
6. Vaksin
7. Exercise induce
8. Anafilaksis idiopatik : anafilaksis yang terjadi berulang tapa diketahui penyebabnya
meskipun sudah dilakukan evaluasi/observasi dan challenge test, diduga karena kelainan
pada sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamine.
e. Syok Neurogenik
Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Syok neurogenik terjadi
karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.Syok neurogenik juga
dikenal sebagai syok spinal. Bentuk dari syok distributif, hasil dari perubahan resistensi
pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala,
cedera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Penyebabnya antara lain :
1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur
tulang.
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal.
4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.

2. PENANGANAN KEKURANGAN CAIRAN/DEHIDRASI


Pemberian cairan merupakan pengobatan utama pada penderita dengan kekurangan cairan tubuh,
karena dengan pemberian cairan dapat mecegah dan menghindari keadaan syok hipovolemik dan
asidosis bahkan kematian. Diperlukan perhitungan dan pemikiran secara cermat agar cairan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perlu dipikirkan :

Tingkat dehidrasi.
Macam cairan yang perlukan.
Cara-cara pemberian.
Monitoring dalam pemberian cairan.

1. Tingkat Dehidrasi
Dapat ditentukan dengan mengukur Berat Jenis plasma dan mengamati gejala klinis yang terjadi.
Cara pertama lebih akurat tetapi memerlukan peralatan khusus, sehingga para klinisi banyak
menggunakan cara kedua yang tidak perlu peralatan khusus dan dapat dikerjakan dengan mudah
di lapangan. Secara klinis gejala-gejala dehidrasi yang tampak tergantung pada keadaan hidrasi
cairan extraselluler.
Tanda-tanda defisit cairan extraselluler adalah sebagai berikut :

RINGAN
S.S.P.

Kardiovaskuler

Takhikardi

SEDANG
Mengantuk
Apatis
Respon lambat
Anorexia
Aktivitas menurun
Takhikardi
Hipotensi
ortostatik
Nadi lemah
Vena kolap

Jaringan

Urine
Defisit

BERAT
Reflex

tendon

turun
Anestesi akral
Distal
Stupor, coma.
Sianosis
Hipotensi
Akral dingin
Nadi perifer tak
teraba
Detak

jantung

jauh.
Mukosa
lidah Lidah kecil, lunak, Atonia
Mata cowong
kering
keriput.
Turgor turun
Turgor turun
Turgor turun
Pekat
Pekat,
jumlah Oliguria
3 5% BB

kurang
6 8% BB

10% bb

Dengan dasar pemeriksaan di atas maka estimasi jumlah cairan yang hilang dapat dihitung
berdasarkan prosentase berat badan. Sedangkan cara pengukuran tingkat dehidrasi seseorang
berdasarkan Berat Jenis Plasma adalah sebagai berikut :
Berat Jenis Plasma 1.025
_______________________ x
Berat Badan x
0,001

4 cc

Pemeriksaan lain yang dapat membantu adalah pemeriksaan Berat Jenis Urine, Hematokrit dan
pemeriksaan elektrolit darah. Dalam keadaan dehidrasi Berat Jenis urine dan Hematokrit akan
mengalami kenaikan.
Selain dilakukan pengukuran-pengukuran di atas, diperlukan pula anamnese terhadap penderita
atau keluarga penderita untuk mengetahui beberapa lama penderita telah sakit, berapa banyak
muntah-muntah, berak-berak dan pendarahan yang terjadi.
2. Macam Cairan Rehidrasi
Berdasarkan cara pemberiannya, macam cairan rehidrasi dapat dibagi menjadi :
a. Cairan Rehidrasi Oral
Cairan rehidrasi ini secara umum dikenal dengan nama oralit atau larutan garam gula. Cairan ini
dapat diberikan dengan cara diminum atau melalui pipa nasogastrik, selama penderita masih
sadar dan mampu untuk melakukan cara ini. Kesadaran di sini diperlukan untuk menghindari
terjadinya aspirasi. Selain itu diperlukan pula bebasnya tractus digetivus tanpa adanya sumbatan.
Cairan ini mudah didapat dan diberikan, tidak perlu steril. Cairan ini diberikan dalam keadaan
hangat dengan jumlah 1,5 kali jumlah defisit cairan penderita.
b. Cairan Rehidrasi Infus
Cairan ini diberikan secara intravena untuk menanggulangi secara cepat defisit cairan tubuh.
Sekarang sudah banyak macam cairan yang dihasilkan, akan tetapi hanya beberapa macam
cairan saja yang dapat digunakan untuk menanggulangi keadaan darurat.
Macam cairan yang banyak digunakan antara lain :
a. Cairan non koloid / cairan kristaloid
b. Cairan koloid seperti Plasma Expander
c. Darah
Sedangkan cairan Dextrose sedikit atau bahkan jarang digunakan untuk rehidrasi secara cepat
pada keadaan darurat, sebab cairan yang ada dalam larutan D5% atau D 10% akan cepat keluar
dari ruang intravasculer setelah kandungan Dextrosenya hilang dimetabolisir oleh tubuh.
Sehingga volume intravasculer tidak dapat dipertahankan stabil dalam waktu yang agak lama.
Dan juga cairan Dextrose ini tidak mengandung elektrolit sehingga tidak dapat mensubstitusi
kekurangan elektrolit yang menyertai dehidrasi tersebut.
Cairan Non Koloidal / Kristaloid seperti Ringer Laktat, Ringer Asetat (Asering)dan NaCl
komposisinya mirip dengan cairan extraseluler, sehingga cairan ini yang paling baik untuk
menanggulangi dehidrasi secara cepat terutama dehidrasi oleh karena pendarahan, gastroenteritis
/ kholera dan sebagainya. Apabila diberikan dalam waktu singkat sebagian cairan kristaloid

tersebut akan keluar dari ruang intravaskuler. Sebagian yang tinggal dalam ruang intravaskuler
cukup untuk memperbaiki haemodinamik dalam waktu relatif lama.
Meskipun pemberian cairan elektrolit secara infus diikuti perembesan cairan dari ruang
intravasculer ke ruang interstitiel, namun pada akhirnya perembesan akan berhenti setelah
tercapai keseimbangan dengan kejenuhan interstitiel fluid.
Cairan koloid mengandung molekul-molekul yang besar yang berfungsi seperti albumin dalam
plasma. Sebagian besar volume koloid yang diberikan akan tinggal dalam waktu yang cukup
lama dalam ruang intravasculer dan sebagian kecil mengadakan expansi keluar dari ruang
intravasculer mengisi ruang interstitiel. Pemakaian cairan koloid seperti plasma expander harus
hati-hati, sebab dapat menyebabkan gangguan proses pembekuan pada dosis lebih dari 10 15
ml/kg Berat Badan.
Sedangkan pemberian transfusi darah akan mengkoreksi volume plasma saja, sedangkan volume
interstitiel masih tetap kekurangan cairan.
3. Cara-cara Pemberian Cairan
Penambahan cairan dari luar akan didistribusikan merata ke seluruh bagian tubuh baik
ekstraseluler maupun intraseluler tergantung macam cairan yang diberikan. Pemberian
cairan ini harus tepat benar atau mendekati dalam keseimbangan, sehingga dalam tubuh
tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan cairan. Kelebihan cairan pada tingkat sekuler
juga dapat membahayakan dengan gejala-gejala keracunan air atau pembengkakan pada

bagian-bagian tubuh tertentu.


Berdasarkan derajat dehidrasi dapat ditentukan besarnya cairan tubuh yang hilang.
Misalnya pada penderita dengan berat badan 50 kg dan defisit cairan 8%, maka jumlah
cairan yang hilang = 8% X 50L = 4L. sehingga jumlah cairan yang diberikan dapat

seluruh defisit atau hanya 2/3 bagian saja berdasarkan keadaan penderita.
Kecepatan infus tergantung keadaan klinis penderita, termasuk tingkat dehidrasi dan
keadaan jantung penderita. Misalnya pada penderita dehidrasi dengan gangguan fungsi
jantung, tetesan infus tidak boleh terlalu cepat dan juga diperlukan pengawasan dengan

menggunakan pengukuran tekanan vena sentral.


Pada keadaan dehidrasi ringan atau sedang, sejumlah cairan defisit dapat diberikan secara
dibagi rata dalam waktu 24 jam pertama sambil diawasi perubahan gejala klinis yang

terjadi, perubahan haematokrit, plasma elektrolit dan perubahan tekanan vena sentral.
Akan tetapi pada penderita dengan dehidrasi berat dan shock, diperlukan rehidrasi cepat
untuk mengembalikan dengan cepat volume intravasculer. Rehidrasi cepat pada tahap

pertama diberikan cairan 20-40 ml/KgBB dalam waktu 1 2 jam. Kemudian setengah
sisa defisit diberikan dalam waktu 6 jam, dan setengah sisa defisit diberikan dalam waktu

16 17 jam pada tahap berikutnya.


Selain sejumlah cairan defisit yang diberikan, diperlukan pula cairan tambahan
kebutuhan dasar tubuh (maintenance/rumatan) untuk mengatasi cairan yang hilang
selama dilakukan terapi, yaitu 2 cc/KgBB/jam. Dan juga elektrolit-elektrolit yang
dibutuhkan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.(Kebutuhan K 1 Meq/Kg
BB/HR, Na 2 Meq/Kg BB/HR) Sedangkan pemberian cairan pada penderita dengan
perdarahan, harus ditentukan lebih dahulu perkiraan jumlah darah keluar. Perkiraan ini
dapat ditentukan berdasarkan Trauma Status dari Giesecke.

TANDA-TANDA
Keadaan Umum
Akral
Kesadaran

TS I
N
Hangat
N

T S II
Pucat
Dingin
Disorientasi,

T S III
Pucat sekali
Sangat dingin
Menurun sampai

Nadi

Cepat

gelisah
coma.
Sangat cepat : 100 Lebih

Tekanan darah

Sesak napas
Urine
Gas darah

N
N

CVP

Blood Loss
%EBV

Sampai 10%

dari

120

200 kali / men


kali / menit
Menurun : 90 Systole
kurang
100 mmHg
Ringan
Oliguria
Pa O2 menurun
Pa CO2 menurun
Rendah
Sampai 30 %

dari

60

mmHg

sampai tak terukur


++
Anuria
Pa O2 menurun
Pa CO2 menurun
Sangat rendah
Lebih 50%

Estimated Blood Volume (perkiraan Jumlah darah) = 65 70 ml/KgBB


Prinsip-prinsip pemberian cairan pada perdarahan :
Perdarahan kurang dari 10% EBV tidak diperlukan cairan secara parenteral.
Perdarahan antara 10% - 15% volume darah diganti dengan cairan kristaloid (Ringer
Laktat, Ringer Asetat /Asering, dan NaCl) dengan volume 2,5 4 kali jumlah darah yang

hilang.
Perdarahan antara 15% - 20% volume darah diganti dengan cairan koloid sejumlah darah
yang hilang.

Perdarahan lebih dari 20% volume darah diganti dengan darah sesuai dengan darah yang

hilang.
Setiap pemberian cairan pengganti perdarahan, pertama kali yang diberikan adalah
Kristaloid lebih dahulu baru kemudian sisa perdarahan diganti dengan koloid dan darah

sesuai procentase darah yang hilang.


Misal penderita dengan perdarahan sebanyak 25% dari perkiraan jumlah darah, maka
penggantinya adalah sebagai berikut :
Perdarahan yang 15% dari perkiraan jumlah darah diganti dengan cairan kristaloid

sebanyak 2,5 4 kali dari jumlah perdarahan


Perdarahan yang 5% dari perkiraan jumlah darah diganti dengan cairan koloid sebanyak

jumlah perdarahan yang terjadi.


Perdarahan yang 5% dari perkiraan jumlah darah diganti dengan sejumlah perdarahan

yang terjadi.
Cara pemberian berurutan dimulai dengan kristaloid dan terakhir darah, apabila diperlukan dapat
diberikan bersamaan dengan jalur infus lebih dari satu.
4. Monitoring dalam Pemberian Cairan
Untuk menjaga agar supaya pemberian cairan ini tidak mengalami kelebihan atau masih
kekurangan cairan diperlukan monitoring yang ketat, meliputi :
a. Perubahan gejala klinis yang mencerminkan fungsi susunan saraf pusat, misalnya :

Kesadaran

Aktivitas

Reflek tendon
b. Perubahan sistem kardiovasculer, meliputi :
Nadi
Tekanan darah : Systole, diastole dan Mean Arterial Pressure (MAP = Diastole + 1/3
(systole diastole)). MAP di sini dihubungkan dengan dilakukannya Tilt Test yaitu dengan
melihat perbedaan MAP pada posisi terlentang dengan posisi antitrendelenberg. Apabila
perbedaan ini lebih dari 10 mmHg menunjukkan masih adanya defisit sekitar 1000 ml.
Hilangnya kolaps vena perifer.
c. Perubahan turgor, mucosa lidah dan sebagainya.
d. Perubahan produksi urine dan berat jenis urine.
e. Perubahan hasil pengukuran tekanan vena sentral.
f. Perubahan-perubahan haematokrit, elektrolit dan lain sebagainya.

3. JELASKAN TENTANG PERDARAHAN (ATLS DAN PENATALAKSANAANNYA)

Pendarahan atau hemoragi (bahasa Inggris: hemorrhage, exsanguination; bahasa Latin:


exsanguintus, tanpa darah) adalah ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya semula.
Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah
keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau terjadi
hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat kulit
terluka, dan mimisan.
Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi setelah
tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian.
ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah, sebagai
berikut:
Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
Penatalaksanaan
Primary Survey (ABCDE)
A. Airway Dengan Kontrol Servical (Cervical Spine Control)

Menilai kelancaran jalan nafas,meliputi pemeriksaan adanya obstruksi benda asing,fraktur

tulang wajah,fraktur maksila,mandibula,fraktur laring atau trakea.


GCS sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif.
Kecurigaan fraktur servical,harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).

B. Breathing dan Ventilasi

Airway yg baik tidak menjamin ventilasi yg baik. Ventilasi yg baik meliputi fungsi yg baik

dari paru,dinding dada dan diafragma.


Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension pneumo-thorax,flail
chest dgn kontusio paru dan open pneumothorax.

C. Circulation dengan kontrol perdarahan


Volume darah dan Cardiac Output
Ada 3 penemuan klinis yg dalam hitungan detik dapat memberikan informasi mengenai
keadaan hemodinamik, yaitu : tingkat kesadaran, warna kulit, nadi
Perdarahan

Pendarahan eksternal harus dikenali dan dikelola pada primary survey


D. Disability (Neurologic Evalution)
Penilaian Tingkat kesadaran,ukuran dan reaksi pupil,tanda-tanda lateralisasi dan tingkat
level cedera spinal.
Penilaian GCS.
E. Exposure / Kontrol Lingkungan (Environment control)

Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi pasien.
Kemudian di selimuti agar tidak hipotermia.
Diberikan cairan kristaloid intra-vena yg sudah di hangatkan.

Resusitasi
A. Airway
Airway harus dijaga dengan baik, jaw thrust atau chin lift dapat dipakai.
Bila perlu airway definitive.
B. Breathing / Ventilasi / Oksigenasi

Pemberian oksigen bila tanpa intubasi sebaiknya oksigen diberikan dengan facemask.

C. Circulation (Dengan kontrol perdarahan)

Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravascular.


2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar.

Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia


4. JELASKAN MENGENAI KESEIMBANGAN ASAM BASA
Keseimbangan Asam Basa

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen dalam tubuh
Kadar normal ion hidrogen (H) arteri adalah: 4x10-8 atau pH = 7,4 (7,35 7,45)
Asidosis = asidemia kadar pH darah <7,35 Alkalemia = alkalosis kadar pH darah

>7,45
Kadar pH darah <6,8 atau >7,8 tidak dapat diatasi oleh tubuh

Sistem Buffer Tubuh


Sistem buffer ECF asam karbonat-bikarbonat (NaHCO3 dan H2CO3)
Sistem buffer ICF fosfat monosodium-disodium (Na2HPO4 dan NaH2PO4)

Sistem buffer ICF eritrosit oksihemoglobin-hemoglobin (HbO2- dan HHb)


Sistem buffer ICF dan ECF protein (Pr- dan HPr)
Pertahanan pH darah normal tercapai melalui kerja gabungan dari buffer darah, paru dan
ginjal
Persamaan Handerson Hasselbach:
20 [HCO3-]
pH = 6,1 + log ------------------1PaCO2
[HCO3-] faktor metabolik, dikendalikan ginjal
PaCO2 faktor respiratorik, dikendalikan paru
pH 6,1 efek buffer dari asam karbonat-bikarbonat
Selama perbandingan [HCO3-] : PaCO2 = 20 : 1 pH darah selalu = 6,1 + 1,3 = 7,4

Gangguan Asam Basa darah


Asidosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2
Alkalosis metabolik [HCO3-] dikompensasi dengan PaCO2
Asidosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]
Alkalosis respiratorik PaCO2 dikompensasi dengan [HCO3-]
Asidosis Metabolik
Ciri: [HCO3-] <22mEq/L dan pH <7,35 kompensasi dengan hiperventilasi PaCO2,

kompensasi akhir ginjal ekskresi H+, sebagai NH4+ atau H3PO4


Penyebab: Penambahan asam terfiksasi: ketoasidosis diabetik, asidosis laktat (henti
jantung atau syok), overdosis aspirin Gagal ginjal mengekskresi beban asam Hilangnya

HCO3- basa diare


Gejala Asidosis Metabolik Tidak jelas dan asimptomatis Kardiovaskuler: disritmia,
penurunan kontraksi jantung, vasodilatasi perifer dan serebral Neurologis: letargi, stupor,
koma Pernafasan: hiperventilasi (Kussmal) Perubahan fungsi tulang: osteodistrofi ginjal

(dewasa) dan retardasi pada anak


Penatalaksanaan Asidosis Metabolik Tujuan: meningkatkan pH darah hingga ke kadar
aman (7,20 hingga 7,25) dan mengobati penyakit dasar NaHCO3 dapat digunakan bila

pH <7,2 atau [HCO3-] <15mEq/L


Risiko NaHCO3 yang berlebihan: penekanan pusat nafas, alkalosis respiratorik, hipoksia
jaringan, alkalosis metabolik, hipokalsemia, kejang, tetani Alkalosis Metabolik Ciri:
[HCO3-] >26mEq/L dan pH >;7,45 kompensasi dengan hipoventilasi PaCO2,
kompensasi akhir oleh ginjal ekskresi [HCO3-] yang berlebihan

Penyebab:
Hilangnya H+ (muntah, diuretik, perpindahan H+dari ECF ke ICF pada hipokalemia)
Retensi [HCO3-] (asidosis metabolik pasca hiperkapnia)
Gejala Alkalosis Metabolik
Gejala dan tanda tidak spesifik
Kejang dan kelemahan otot akibat hipokalemia dan dehidrasi
Disritmia jantung, kelainan EKG hipokalemi
Parestesia, kejang otot hipokalsemia
Penatalaksanaan Alkalosis Metabolik
Tujuan: menghilangkan penyakit dasar
Pemberian KCl secara IV dalam salin 0,9% (diberikan jika Cl- urine <10mEq/L)
menghilangkan rangsangan aldosteron ekskresi NaHCO3 Jika Cl- urine >20mEq/L
disebabkan aldosteron yang berlebihan tidak dapat diobati dengan salin IV, tapi
dengan diuretik
Asidosis Respiratorik
Ciri: PaCO2 >45mmHg dan pH <7,35 kompensasi ginjal retensi dan peningkatan

[HCO3-]
Penyebab: hipoventilasi (retensi CO2), inhibisi pusat nafas (overdosis sedatif, henti
jantung), penyakit dinding dada dan otot nafas (fraktur costae, miastemia gravis),

gangguan pertukaran gas (COPD), obstruksi jalan nafas atas


Gejala Asidosis Respiratorik Tidak spesifik Hipoksemia (dominan) asidosis
respiratorik akut akibat obstruksi nafas Somnolen progresif, koma asidosis respiratorik

kronis Vasodilatasi serebral meningkatkan ICV papiledema dan pusing


Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik Pemulihan ventilasi yang efektif sesegera
mungkin pemberian O2 dan mengobati penyebab penyakit dasar PaO2 harus
ditingkatkan >60mmHg dan pH >7,2

Alkalosis Respiratorik
Ciri: penurunan PaCO2 <35mmHg dan peningkatan pH serum >7,45 kompensasi
ginjal meningkatkan ekskresi HCO3-

Penyebab: hiperventilasi (tersering psikogenik karena stress dan kecemasan), hipoksemia


(pneumonia, gagal jantung kongestif, hipermetabolik (demam), stroke, stadium dini
keracunan aspirin, septikemia

Gejala Alkalosis Respiratorik


Hiperventilasi (kadar gas, frekuensi nafas)
Menguap, mendesak, merasa sulit bernafas
Kecemasan: mulut kering, palpitasi, keletihan, telapak tangan dan kaki dingin dan

berkeringat
Parastesia, otot berkedut, tetani
Vasokontriksi serebal hipoksia cerebral kepala dingin dan sulit konsentrasi

Penatalaksanaan Alkalosis Respiratorik


Menghilangkan penyebab dasar
Kecemasan dapat dihilangkan dengan pernafasan kantong kertas yang dipegang erat

disekitar hidung dan mulut dapat memulihkan serangan akut


Hiperventilasi mekanik diatasi dengan menurangi ventilasi dalam satu menit,
menambah ruang hampa udara atau menghirup 3% CO2 dalam waktu singkat

5. JELASKAN MENGENAI BERBAGAI MACAM JENIS LUKA, GAMBAR!


Menurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :
- Clean wound/luka bersih
Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi
dengan tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue
-

( tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak, tulang)


Clean contaminated wound
Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak

steril atau operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.
Contaminated wound
Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran

terinfeksi (large bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)


Infected wound
Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya

vaskularisasi pada jaringan luka.


Menurut penyebabnya, tipe luka (vulnus) di bagi menjadi :

Vulnus laceratum (Laserasi)

Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka
-

tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
Vulnus excoriasi (Luka lecet)

Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan
kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

Vulnus punctum (Luka tusuk)

Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,
merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika
yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
-

Vulnus contussum (luka kontusio)

Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari
kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan
berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ
dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius
-

Vulnus insivum (Luka sayat)

Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka
terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
-

Vulnus schlopetorum

Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman,


bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.
-

Vulnus morsum (luka gigitan)

Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka
-

tergantung dari bentuk gigi.


Vulnus perforatum

Luka jenis ini merupakan luka


tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang
meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
-

Vulnus amputatum

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko
-

infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.


Vulnus combustion (luka bakar)

Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan
atau anesthesia.

6. JELASKAN TENTANG MACAM-MACAM JAHITAN!


Macam-macam Jahitan Luka

a. Jahitan Simpul Tunggal


Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.
Teknik :
-

Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan
sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara

tegak lurus pada atau searah garis luka.


Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm.
Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

b. Jahitan matras Horizontal


Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
c. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit
tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena di dekatkannya tepitepi luka oleh jahitan ini.
d. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah
subkutannya.
e. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasiel
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

f. Jahitan Jelujur Feston


Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada
jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
g. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
h. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang dalam
kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
i. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular Jahitan jelujur yang
dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan kosmetik yang baik.

Jahitan Luka
Keterangan gambar. A. Jahitan simpul tunggal, B, Matras vertikal, C. Matras horizontal,
D. Subkutikuler kontinyu, E. Matras horizontal half burried, F. Continous over and over
Angkat Jahitan
Adalah proses pengambilan benang pada luka. Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
- Muka atau leher hari ke 5
- Pereut hari ke7-10
- Telapak tangan 10
- Jari tangan hari ke 10
- Tungkai atas hari ke 10
- Tungkai bawah 10-14
- Dada hari ke 7
- Punggung hari ke 10-14
7. JELASKAN MENGENAI SET MINOR!
Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen dengan
fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen dengan
fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan), instrumen dengan

fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito), serta instrumen dengan
fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle).

Gambar 1: Instrumen Dasar Bedah Minor


Kesemua intrumen tersebut akan dijelaskan secara detail sebagai berikut:
A. Instrumen Dengan Fungsi Memotong
1. Pisau Scalpel + Pegangan
Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat ini
bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu, alat
ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit. Setiap
pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai bagian
pemotong dan yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat menempelnya
pegangan scalpel. Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan needle-holder
dan hubungkan lubang pada area tersebut pada lidah pegangan sampai terkunci
(terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang ujung pisau dengan needle-holder dan
lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat sampah. Pegangan scalpel yang

sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan bersama pisau scalpel
dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang sering digunakan adalah yang
berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal.
Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu
pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan
sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan
pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan
pengontrolan yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.
2. Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur. Mencukur
membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari
lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat
tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada
kedua lubang gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen
pada waktu memotong sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu,
penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya
berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan
(bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.
a.
Gunting Jaringan (bedah)
Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul dan
berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk
bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam.
Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada logam datar dengan cermat.
Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya
dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau
pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.
b.
Gunting Benang (dressing scissors)
Gunting benang didesain untuk menggunting benang. Gunting ini berbentuk lurus dan
berujung tajam. Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan.
Gunting ini juga digunakan saat mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan
tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting.

Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat
resiko memotong struktur lainnya.
c.
Gunting Perban
Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul. Gunting
ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam
memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting
ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung
tumpulnya didesain untuk mencegah kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain
untuk membentuk dan memotong perban sesaat sebelum menutup luka, gunting ini juga
aman digunakan untuk memotong perban saat perban telah ditempatkan di atas luka.
(wikipedia)
d.
Gunting Iris
Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah
minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup
kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan. (dictionary online)
B. Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam
3. Pinset Anatomi
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan oleh ibu
jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul saat
jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan kemampuan
menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil dengan cepat dan
mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan yang beragam.
Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa eksplorasi jaringan dan
membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
4. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang). Pinset
bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena dapat
merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan dengan
genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi yakni
untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.(wikipedia)
5.

Klem Jaringan

Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling berhubungan
pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang panjang dan adapula
yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini bermanfaat untuk
memegang jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan dominan, sedangkan
tangan yang lain melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara pemegangannya: klem
dipegang dalam keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan posisi di tengah tangan.
Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang memaksa lengan dalam
posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi tegang. Dalam penggunaannya,
hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut mungkin, usahakan genggam jaringan
sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi memiliki gigi kecil pada ujungnya
yang digunakan untuk memegang jaringan dengan kuat dan dengan pengontrolan yang
akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat menggunakan alat ini dapat merusak jaringan.
Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki resiko merusak jaringan jika jepitan
dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan yang kuat dalam menggenggam
jaringan.
C. Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan
6. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan pembuluh darah
kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa menimbulkan kerusakan
yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-holder memiliki bentuk
yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2), dimana klem arteri, struktur
jepitannya berupa galur paralel pada permukaannya dan ukuran panjang pola jepitannya
sampai handle agak lebih panjang dibanding needle-holder. Alat ini juga tersedia dalam
dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok (mosquito). Namun, bentuk bengkok
(mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah minor.
Cara penggunaan: klem arteri memiliki ratchet pada handlenya. Ratchet inilah yang
menyebabkan posisi klem arteri dalam keadaan terututup (terkunci). Ratchet umumnya
memiliki tiga derajat, dimana pada saat penutupan jangan langsung menggunakan derajat
akhir karena akan mengikat secara otomatis dan sulit untuk dilepaskan. Pelepasan klem
dilakukan dengan cara pertama harus ditekan ke dalam handlenya, kemudian dipisahkan
handlenya sambil membuka keduanya. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis karena

hal ini akan menyebabkan jari telunjuk mendukung instrumen bekerja sehingga dapat
memposisikan jepitan dengan tepat.
Jepitan klem arteri berbentuk halus dengan galur lintang paralel yang membentuk chanel
lingkaran saat instrumen ditutup. Jepitan ini berukuran relatif panjang terhadap handled
yang memungkinkan genggaman jaringan lebih halus tanpa pengrusakan. Jepitan dengan
ujung bengkok (mosquito) berfungsi untuk membantu pengikatan pembuluh darah.
Jangan menggunakan klem ini untuk menjahit, oleh karena struktur jepitannya tidak
mendukung dalam memegang needle.
D. Instrumen Dengan Fungsi Menjahit
7. Needle Holder
Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan. Secara
keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan ujung
jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting adalah
perbedaan pada struktur jepitannya (gambar 2). Struktur jepitan needle holder berbentuk
criss-cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari
jepitannya, untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan
menggenggam jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan
jaringan secara serius.
Cara penggunaan: cara menutup dan melepas sama dengan metode ratchet yang telah
dipaparkan pada penggunaan klem arteri di atas. Needle digenggam pada jarak 2/3 dari
ujung berlubang needle, dan berada pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan
memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan dilakukan. Selain itu, pemegangan
needle pada area dekat dengan engsel needle holder akan menyebabkan needle menekuk.
Kemudian, belokkan needle sedikit ke arah depan pada jepitan instrumen karena akan
disesuaikan dengan arah alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan akan terasa
lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga akan menyebabkan needle
menekuk.
Tehnik menjahit: jaga jari manis dan ibu jari menetap pada lubang handle saat menjahit
dilakukan yang membatasi pergerakan tangan dan lengan. Pegang needle holder dengan
telapak tangan akan memberikan pengontrolan yang baik. Secara konstan, jangan
mengeluarkan jari dari lubang handled karena dapat merusak ritme menjahit.

Pertimbangkan pergunakan ibu jari pada lubang handled yang menetap, namun
manipulasi lubang lainnya dengan jari manis dan kelingking.

Gambar 2. Perbedaan Struktur Jepitan Antara Klem Jaringan, Klem arteri dan Needle
Holder
8. Benang Bedah
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan
tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan
sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan
(black silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang nonabsorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang
absorbable.
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak digunakan.
Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan menghasilkan
luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah banyak

benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit kepala
yang berbatas merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini lebih
memuaskan.
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang). Benang
ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini cukup halus
dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini lebih sulit
diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat jahitan
dilakukan atau mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen
polypropylene) dapat meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove
dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen polyamide).
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami. Jenis
benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi.
Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki
kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari.
Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon (polyclycalic acid)
yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih panjang dari catgut
dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah untuk jahitan
subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan untuk jahitan
dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem metrik dan
sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang dalam persepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki diameter 0.2 mm.
Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang menggunakannya. Ketebalan
benang disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0, 4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling
besar nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0 merupakan nomor dengan diameter
paling halus yang tebalnya seperti rambut, digunakan pada wajah dan anak-anak. 3/0
adalah ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan pada sebagian besar bedah minor.
Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0 merupakan nilai pertengahan yang
juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan needlenya
secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian luar, pertama

yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket jahitan ini
dijamin dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat membuka
paket, simpan ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat dari kertas
perak yang dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan dipisahkan
dari kertas tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat needle
tersebut dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk tindakan
penjahitan.
Rekomendasi bahan jahitan yang dapat digunakan adalah monofilamen prolene atau
Ethilon 1,5 metrik (4/0) untuk jahitan interuptus pada semua bagian. Monofilamen
prolene atau ethilon 2 metrik (3/0) untuk jahitan subkutikuler non-absorbable. Juga
dapat digunakan untuk jahitan interuptus pada kulit yang keras misalnya pada
bahu. Vicryl 2 metrik (3/0) digunakan pada jahitan subkutikuler yang absorbable dan
jahitan dalam hemostasis. Vicryl 1,5 metrik (4/0) digunakan untuk jahitan subkutikuler
jaringan halus atau jahitan dalam. Prolene atau Ethilon 0,7 (6/0) untuk jahitan halus
pada muka dan pada anak-anak.
9. Needle bedah
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi
benang. Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan
(trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga
dapat menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun
bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang
tempat insersi benang. Sebagian besar needle berbentuk kurva dengan ukuran , 5/8,
dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan
jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang
digunakan pada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan
untuk memudahkan penggunaannya dengan needle holder

8. JELASKAN BERBAGAI MACAM ANASTESI!

Fungsi utama dari anestesi adalah menghilangkan nyeri pada saat pembedahan dan memfasilitasi
operator untuk menjalankan operasi. berbagai macam pembedahan dapat dilakukan dengan
teknik anestesi yang berbeda pula. Pada dasarnya anestesi dapat dibagi menjadi 3 macam
teknik, yaitu :
1. Anestesi Lokal.
Anestesi lokal diberikan dengan menyuntikan obat anestesi lokal disekitar area operasi.
Biasanya anestesi ini digunakan untuk operasi-operasi kecil
2. Anestesi Regional
anestesi regional ini dikerjakan dengan memberikan obat anestesi pada bagian tertentu
dari tubuh sehingga regio dari tubuh tersebut tidak merasa sakit. anestesi regional ini
dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik. Teknik anestesi regional sendiri terdiri
dari :
a. Anestesi spinal
Anestesi spinal ini dilakukan dengan memasukan obat anestesi kedalam rongga spinal
untuk memblokade saraf nyeri. Anestesi spinal ini dapat dilakukan pada pasien-pasien
yang akan menjalani operasi pada perut bagian bawah atau pada tungkai bawah.
keuntungan dari anestesi ini obat dan alat yang digunakan lebih sedikit dan lebih murah.
b. Anestesi Epidural
Seperti anestesi spinal anestesi epidural dilakukan dengan memasukan obat kedalam
rongga epidural. kelebihan dari anestesi epidural ini juga dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri pasca operasi. tetapi anestesi ini memiliki proses pemasangan yang lebih
sulit dari anestesi spinal.

c. Blok Saraf perifer


Anestesi ini digunakan dengan menyuntikan obat anestesi di sekitar serabut saraf daerah
yang akan dioperasi keuntungan teknik ini adalah dapat menghilangkan sensasi nyeri
pada satu daerah saja misalnya hanya pada tangan kiri atau kanan saja pada kaki kiri atau

kaki kanan saja. Teknik pembiusan ini lebih sulit dan memerlukan keahlian dan peralatan
yang lebih lengkap yang tidak tersedia disemua tempat.
3. Anestesi Umum
Anestesi Umum atau Bius total. ini merupakan teknik pembiusan dengan memasukan
obat-obatan yang membuat pasien tidur dan tidak merasa nyeri. Anestesi umum ini dapat
dilakukan pada semua jenis operasi baik operasi kecil maupun operasi besar. Selain itu
pasien juga tidak sadar sehingga tidak merasa cemas dan takut pada saat menjalani
operasi

9. JELASKAN MENGENAI BERBAGAI MACAM TUMOR KULIT DAN JARINGAN


DIBAWAHNYA DISERTAI GAMBAR!
Tumor Kulit dan Jaringan di Bawahnya:
Keratosis Seboroik

Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua berupa tumor
kecil atau makula hitam yang menonjol diatas permukaan kulit. Keratosis seboroik adalah
tumor jinak yang berasal dari proliferasi epidermal, sering dijumpai pada orang tua dan
biasanya asimtomatik. Keratosis seboroik mempunyai sinonim nevus seboroik, kutil
senilis, veruka seboroik senilis, papiloma sel basal.
Veruka Vulgaris

Bentuk ini paling sering ditemui pada anak-anak tetapi dapat juga pada orang dewasa dan
orang tua. Tempat predileksi utamanya adalah ekstremitas bagian ekstensor.
Acrochordon (skin tag)

Acrochordon memiliki sinonim skin tag, fibroepitelial polips, fibroma pendularis,


fibroepitelial papilloma. Merupakan tumor epitel kulit yang berupa penonjolan pada
permukaan kulit yang bersifat lunak dan berwarna seperti daging atau hiperpigmentasi,
melekat pada permukaan kulit dengan sebuah tangkai dan biasa juga tidak bertangkai.
Dermatofibroma

Dermatofibroma merupakan suatu nodul yang berasal dari mesodermal dan dermal.
Keloid

Pembentukan jaringan parut berlebihan yang tidak sesuai dengan beratnya trauma.
Kecenderungan timbul keloid lebih besar pada kulit berwarna gelap.
Kista Ateroma

Benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari
kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar
tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal. Sumbatan pada muara kelenjar
sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat.
Kista Dermoid

Sinonim dari penyakit ini kista dermoid brankhiogenik. Kista dermoid merupakan kista
yang berasal dari ektodermal, dindingnya dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis dan
berisi apendiks kulit serta biasanya terdapat pada garis fusi embrional.
Kista Epidermoid
Berasal dari sel epidermis yang masuk ke jaringan subkutis akibat trauma tajam. Sel-sel
tersebut berkembang kista dengan dinding putih tebal, bebas dari dasar berisi massa

seperti bubur, yaitu hasil keratinisasi, sebagian mengandung elemen rambut (pilar atau
trichilemmal cyst).
Keratoakantoma

Tumor kulit jinak yang berupa benjolan bulat dan keras, biasanya berwarna seperti
daging dengan bagian tengah seperti kawah yang mengandung bahan lengket. Diduga
sinar matahari memegang peran yang penting dalam terjadinya keratoakantoma.

Nevus Pigmentosus

Tumor yang berwarna hitam atau hitam kecokelatan, karena sel melanosit mengandung
pigmen melanin.
Xanthelasma

Bentuk yang paling sering ditemukan diantara xantoma, terdapat pada kelopak mata, khas
dengan papula/plak yang lunak memanjang berwarna kuning-oranye, biasanya pada
kantus bagian dalam.

Lipoma

Tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh lambat, berbentuk
lobul masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa jaringan fibrosa.

10. JELASKAN MENGENAI BERBAGAI MACAM CAIRAN YANG SERING


DIGUNAKAN DAN CARA MENGHITUNG TETESAN!
Jenis Cairan Infus:
1. Cairan hipotonik
2. Cairan Isotonik
3. Cairan hipertonik
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1. Kristaloid:
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2. Koloid:
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan
dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

Cara Menghitung Kebutuhan Cairan


1. Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area) = mL/ m2/ 24 jam
Paling tepat untuk BB > 10 kg
Normal: 1500 ml/ m2/ 24 jam (kebutuhan maintenance/ kebutuhan rumatan)
2. Kebutuhan kalori
100 150 cc/ 100 KAL
3. Berat badan
Rumus umum:
100 ml/ kg 10 kg pertama
50 ml/ kg 10 kg kedua

20 ml/ kg berat > 20 kg


Misalnya anak dengan BB 25 kg, memerlukan:
100 ml/ kg x 10 kg = 1000 cc 10 kg (I)
50 ml/ kg x 10 kg = 500 cc 10 kg (II)
20 ml/ kg x 5 kg = 100 cc 5 kg (sisa)
Total =
25 kg
= 1600 cc/ 24 jam

Anda mungkin juga menyukai