Anda di halaman 1dari 5

DISPERSI

Dispersi mengukur variasi data yang diteliti dari angka rata-ratanya. Perbedaan antara nilai data
yang diteliti dengan nilai rata-ratanya disebut dengan deviasi (deviation).
Ada berbagai cara untuk mengukur deviasi, antara lain :
1) Deviasi Rata-rata (Average Deviation)
Deviasi rata-rata adalah penjumlahan dari deviasi masing-masing data yang diteliti
dengan nilai rata-ratanya dibagi dengan jumlah data.
( xi x )
Deviasi rata-rata = --------------n
Kelemahan deviasi rata-rata adalah jika nilai deviasi yang bertanda negatif sama besar
dengan nilai deviasi yang bertanda positif, maka deviasi rata-rata yang merupakan penjumlahan
dari deviasi masing-masing data yang diteliti akan sama dengan nol.
2) Deviasi Absolut Rata-rata (Mean Absolute Deviation)
Deviasi ini menghitung deviasi rata-rata dengan mengabaikan tanda positif atau negatif
pada nilai deviasi setiap data yang diteliti dan hanya menggunakan nilai absolut untuk masingmasing deviasi.
xi x
Deviasi absolut rata-rata = --------------n
3) Deviasi Kuadrat Rata-rata (Mean Squared Deviation)
Cara lain yang digunakan untuk menghilangkan tanda positif atau negatif pada masingmasing deviasi, selain dengan deviasi absolut rata-rata, adalah dengan mengkuadratkan masingmasing deviasi.

( x i x )2
Deviasi rata-rata = -------------n
4) Varian (variance)
Nilai rata-rata dari deviasi yang dikuadratkan tersebut bermanfaat untuk mengukur
variabilitas sampel. Penghitungan nilai rata-rata tersebut dalam kaitannya dengan proses
inferensi akan cenderung menghasilkan estimasi yang lebih rendah terhadap parameter
populasinya, karena menggunakan jumlah data (n) sebagai pembagi dari jumlah deviasi yang
dikuadratkan. Perhitungan rata-rata ini selanjutnya disebut dengan varian sampel (s2).
( x i x )2
Varian = s2 = ---------------(n-1)
5) Deviasi Standar (Standard Deviation)
Varian mengukur dispersi dengan nilai yang dikuadratkan. Penggunaan kudrat sebagai ukuran
mempunyai kelemahan, yaitu :

Semakin besar nilai deviasi masing-masing data yang diteliti dari rata-ratanya, maka nilai
variannya juga semakin besar.

Jika data yang diteliti berupa satuan uang (Rupiah), maka variannya dalam bentuk rupiah
yang dikuadratkan.

Untuk mengembalikan ukuran dispersi menjadi ukuran (semula) yang sama dengan ukuran data
yang diteliti, dihitung nilai akar dari varian yang selanjutnya disebut dengan deviasi standar (s).

Standar Deviasi =

Uji Kualitas Data


Kesimpulan penelitian yang berupa jawaban atau pemecahan masalah penelitian dibuat
berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi : pemilihan, pengumpulan dan analisis
data. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data yaitu validitas dan reliabilitas. Artinya suatu
penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang
valid, sedangkan kualitas data penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data.
Reliabilitas (Reliability)
Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui dasar konsep tersebut yaitu konsistensi.
Pengukuran reliabilitas menggunakan indeks numeric yang disebut dengan koefisien.
Konsep reliabilitas dapat diukur dengan tiga pendekatan, yaitu : (1) koefisien stabilitas,
(2) koefisien akuivalensi dan (3) reliabilitas konsistensi interval.
Koefisien Stabilitas (Coefficient of Stability)
Suatu penelitian yang menggunakan data primer, berkaitan dengan empat hal : (1) subyek
yang diteliti, (2) construct yang diukur, (3) instrumen pengukur dan (4) saat pengukuran.
Penelitian kemungkinan bermaksud untuk menggunakan instrumen pengukur construct yang
sama terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua kali pada saat yang berbeda. Perbedaan
waktu antara pengukuran yang satu dengan pengukuran yang lain dapat berupa bilangan hari,
minggu, bulan atau bahkan tahun. Penelitian dalam hal ini bermaksud untuk menguji stabilitas
jawaban responden dari suatu waktu ke waktu berikutnya dengan cara menghitung koefisien
korelasi dan skor jawaban responden yang diukur dengan insturmen yang sama pada saat
berbeda. Proses pengujian stabilitas yang dikenal juga dengan test-retest reability pada dasarnya
untuk mengetahui reabilitas data berdasarkan stabilitas atau konsistensi jawaban responden.
Salah satu metode statistik yang umumnya digunakan untuk mengukur koefisien stabilitas atau
teknik test-retest adalah Pearson correlation.
Koefisien Ekuivalensi (Coefficient of Equivalence)
Pengukuran reliabilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukur
yang berbeda untuk mengukur suatu construct terhadap subyek penelitan tertentu pada saat yang

sama. Pendekatan yang juga disebut dengan alternative form reliability ini lebih menekankan
pada perbedaan bentuk instrumen, sedang subyek penelitian, construct dan saat pengukurannya
adalah sama. Penelitian melalui pendekatan ini menguji korelasi skor jawaban responden untuk
mengetahui koefisien ekuivalensi antara skor jawaban dengan menggunakan instrumen
pengukuran yang berbeda.
Reliabilitas Konsistensi Internal (Internal Consistency Reliability)
Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrumen merupakan
alternatif lain yang dapat dilakukan oleh peneliti untuk menguji reliabilitas, disamping
pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi. Konsep reliabilitas menurut pendekatan ini
adalah konsistensi diantara butir-butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen.
Tingkat keterkaitan antara butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrumen untuk
mengukur construct tertentu menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrumen yang
bersangkutan. Untuk mengukur konsistensi internal, peneliti hanya memerlukan sekali pengujian
dengan menggunakan teknik statistik tertentu terhadap skor jawaban responden yang dihasilkan
dari penggunaan instrumen yang bersangkutan. Ada tiga macam teknik yang dapat digunakan
untuk mengukur konsistensi internal, yaitu : (1) Split-half reliability coefficient, (2) KuderRichardson #20, dan (3) Cronbachs alpa.
Validitas (Validity)
Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat. Oleh karena itu,
jika kata sinonim dari reliabilitas yang paling tepat adalah konsistensi, maka esensi dari
validitas adalah akurasi. Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Dengan kata lain instrumen dapat
mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Suatu data penelitian
yang valid, bagaimanapun harus variable karena akurasi memerlukan konsistensi.
Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur validitas : (1) content
validity, (2) criterion-related validity dan (3) construct validity.
Content (face) Validity merupakan salah satu konsep pengukuran validitas dimana suatu
instrumen dinilai memiliki content validity jika mengandung butir-butir pertanyaan yang
memadai dan representatif untuk mengukur construct sesuai dengan yang diinginkan

peneliti. Suatu instrumen dinilai memiliki face validity jika menurut penilaian subjektif
diantara para profesional bahwa instrumen tersebut menunjukan secara logis dan
merefleksikan secara akurat sesuatu yang seharusnya diukur. Jika apa yang terkandung
dalam suatu instrumen menunjukan secara jelas apa yang ingin diukur, maka instrumen
tersebut memiliki content (face) validity yang tinggi.
Criterion-related Validity adalah konsep pengukuran validitas yang menguji tingkat
akurasi dari instrumen yang baru dikembangkan. Uji criterion-related validity dilakukan
dengan cara menghitung koefisien korelasi antara skor yang diperoleh dari penggunaan
instrumen baru dengan skor dari penggunaan instrumen lain yang telah ada sebelumnya
yang memiliki criteria relevan. Instrumen baru yang memiliki validitas yang tinggi jika
koefisien korelasinya tinggi. Ada dua jenis criterion-related validity, yaitu : (1) concurrent
validity, jika pengujian korelasi dilakukan terhadap skor instrumen baru dengan
instrumen yang mempunyai kriteria relevan, dimana penggunaan keduanya dilakukan
pada saat bersamaan, dan (2) predictive validity, jika korelasi skor kedua instrumen
merupakan hasil pengukuran pada saat yang berbeda, dimana pengukuran instrumen yang
baru dilakukan sebelum pengukuran instrumen lain yang memiliki kriteria relevan.
Construct Validity. Suatu instrumen dirancang untuk mengukur construct tertentu.
Construct validity merupakan konsep pengukuran validitas dengan cara menguji apakah
suatu instrumen mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan. Ada dua cara
pengujian construct validity, yaitu : (1) convergent validity, dimana validitas suatu
instrumen ditentukan berdasarkan konvergensinya dengan instrumen lain yang sejenis
dalam mengukur construct dan (2) discriminant validity, dimana validitas suatu
instrumen ditentukan berdasarkan rendahnya korelasi dengan instrumen lain yang
digunakan untuk mengukur construct lain.

Anda mungkin juga menyukai