Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi
Dosen : Iwan Triyuwono, SE., M.Ec., Ph.D., Prof., Ak.

Anggota Kelompok:
Decha Kusumaning Tyas
Galuh Ayu Maharani
Elok Hendiono
Dina Andri Tri R.

(125020307111032)
(125020307111046)
(125020307111050)
(125020307111063)

KELAS CC

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MALANG
2015

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Corporation (korporasi) adalah perusahaan atau badan hukum. Badan Hukum dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Badan Hukum for Profit
b. Badan Hukum not for Profit
1. Tanggung Jawab Legal
Perusahaan mempunyai tanggung jawab legal karena memilik status legal. Dan mempunyai
hak dan kewajiban legal seperti manusia perorangan dewasa yaitu,
a. Menuntut di pengadilan
b. Dituntut di pengadilan
c. Mempunyai milik
d. Mengadakan kontrak dll.
2. Tanggung Jawab Moral
Pemilik Tanggung jawab moral harus mempunyai status moral atau menjadi pelaku moral.
Pelaku moral harus memiliki kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan bebas.
Masih menjadi perdebatan antar ilmuwan apakah perusahaan merupakan pelaku moral atau
tidak.
Peter French berargumen, pertama ada keputusan yang diambil korporasi yang hanya bisa
dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja untuk
korporasi tesebut. Kedua, korporasi melakukan perbuatan seperti itu dengan maksud yang hanya
bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan beberapa orang yang bekerja
dikorporasi tersebut.
Sedangakan Pengarang lain tidak setuju karena menurut mereka keputusan selalu diambil
oleh individu-individu walaupun atas nama korporasi atau perusahaan, terlepas dari orang yang
membentuk korporasi itu
Korporasi adalah sebuah perusahaan dan badan hukum yang bersifat for profit atau not for
profit yang memiliki tanggung jawab legal. Perusahaan bukan Pelaku moral sehingga tidak
memiliki tanggung jawab moral. Karena Perusahaan tidak meiliki kebebasan untuk memilih
keputusan, karena pada dasarnya individu- individu dalam perusahaanlah yang mengambil
keputusan utuk korporasi tersebut. Sehingga menurut kami individu- individu dalam korporasi
itulah yang merupakan pelaku moral dan memiliki tanggung jawab moral.
Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Milton Friedman adalah profesor emeritus dari Universitas Chicago dan pemenang Hadiah
Nobel bagian ekonomi tahun 1976. Beliau mengemukakan bahwa kepemilikan perusahaan publik
terpisah dari manajemen. Manajer adalah agen dari individu-individu yang memiliki korporasi ..
dan tanggung jawab utamanya adalah untuk mereka. Jadi, tanggung jawab sosial boleh saja
dijalankan oleh para manajer secara pribadi, seperti juga oleh semua orang lain, tetapi sebagai
manajer perusahaan mereka mewakili para pemegang saham dan karena itu tanggung jawab mereka
adalah mengutamakan kepentingan mereka, yakni memperoleh keuntungan sebanyak mungkin.
Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab sosial dari bisnis merusak ekonomi
pasar bebas. Begitupun bahwa dalam masyarakat bebas terdapat satu dan hanya satu tanggung
jawab sosial untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber dayanya yang melibatkan diri dalam

kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungannya, selama hal itu sebatas
aturan-aturan main, artinya melibatkan diri dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa
penipuan/kecurangan.
Setuju dengan pandangan Milton Friedman, di mana kepemilikan perusahaan publik
terpisah dari manajemen. Sebuah pekerjaan harus terpisahkan dengan kepentingan pribadi, karena
manajer merupakan orang yang harus bisa membawa kepentingan stakeholder dalam pekerjaannya
tidak hanya menguntungkan pemilik perusahaan saja. Dalam tanggung jawab sosial perusahaan,
pebisnis harus memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
Tanggung Jawab Ekonomis dan Tanggung Jawab Sosial
Kami setuju dengan pernyataan bahwa bisnis memiliki dua tanggung jawab yaitu tanggung
jawab ekonomis dan tanggung jawab sosial yang berlaku untuk sektor swasta. Bagi perusahaan
negara atau BUMN dua tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan. Perusahaan negara yang merugi
bertahun-tahun tetapi kegiatannya dibiarkan berlangsung terus, karena alasan non-ekonomis.
Pertimbangan di belakangnya adalah kepentingan umum. Kalau perusahaan negara defisit terus,
tidak perlu ia bangkrut karena selalu ada kas negara untuk membantu. Pemerintah mengambil
keputusan untuk melengkapi defisit dari kas negara, karena dianggap perlu demi kepentingan
masyarakat luas. Menurut kelompok kami berbeda halnya dengan perusahaan swasta ketika
mengalami kerugian, kelangsungan seluruh usahanya terletak dalam tangannya sendiri. Jika
mengalami defisit untuk periode lama, maka harus ditutup. Kami setuju dengan pernyataan bahwa
tanggung jawab ekonomis perusahaan adalah modal yang ditanamkan harus diperoleh kembali
dalam jangka waktu yang wajar bersama dengan laba yang wajar pula. Kinerja setiap perusahaan
menyumbangkan kepada kinerja ekonomi nasional sebuah Negara.
Kami juga setuju dengan pernyataan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah
tanggung jawab terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Secara positif perusahaan
bisa melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan semata-mata
dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau salah satu kelompok di dalamnya. Secara
negatif perusahaan bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang
sebenarnya menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan merugikan masyarakat atau sebagian
masyarakat. Contoh tanggung jawab sosial dalam arti negatif adalah kasus Susu formula Nestle
dengan melakukan kampanye promosi besar-besaran yang melanggar etika. Selain itu, kasus
tentang tanggung jawab sosial perusahaan adalah kasus Musibah pabrik Union Carbide di Bhopal
dan Pabrik Multi Bintang di Surabaya. Jadi, menurut kelompok kami dalam melakukan tanggung
jawab ekonomis dan tanggung jawab kelompok sosial perusahaan harus memperhatikan pihakpihak yang bersangkutan dengan mentaati etika yang ada dalam masyarakat. Dalam mengambil
keputusan, perusahaan tentu tidak boleh menutup mata terhadap akibat-akibat sosialnya, tetapi jika
sudah diusahakan perbaikan ekonomis dan tidak berhasil mereka tidak wajib menerima kerugian
ekonomis itu demi suatu tujuan diluar bisnis. Oleh karena itu, kami sependapat dengan pernyataan
yang menyatakan bahwa jalan keluar terbaik dari kesulitan semacam itu adalah kerja sama antar
pemerintah, pemerintah setempat atau pemerintah pusat dengan bisnis.

Kinerja Sosial Perusahaan


Filantropi adalah bagaimana tindakan seseorang memberikan banyak dana sebagai amal ke
pihak yang membutuhkan. Ini biasanya dilakukan oleh orang kaya pada orang miskin. Dalam
sejarahnya banyak bisnis yang sukses karena filantropi nya, seperti Andrew Carnegie (1835-1919)
raja besi dan baja di Amerika dari Abad ke 19. Tindakannya membantu banyak lembaga pendidikan
dan mendirikan lebih dari 2800 perpustakaan, pemikirannya bahwa berbuat baik adalah kewajiban

semua orang kaya dan pengusaha mempunyai tanggung jawab sosial dalam arti positif.
Kini upaya meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya amal sering
disebut Kinerja Sosial Perusahaan. Banyak juga yang menyebutnya CSR atau Corporate Society
Responsibility. Sangat setuju jika perusahaan memahami pentingnya kinerja sosial perusahaan baik
menguntungkan masyarakat karena masyarakat merasa dirugikan dengan adanya limbah perusahaan
baik udara kotor, limbah air yang mengotori sungai dan kebisingan yang dibuat oleh mesin-mesin
perusahaan. Sebaliknya dari tindakan sosial perusahaan ini, citra perusahaan dapat meningkat di
kalangan masyarakat sehingga menarik kesetiaan konsumen dan mempertahankan pegawai.
Seperti aksi amal oleh American Express yang memanfaatkan rasa patriot nasabah karena
dengan mengambil kartu kredit berarti mereka ikut serta dalam upaya memulihkan simbol patung
liberty sebagai simbol kebangsaan Amerika. Ini juga ditiru oleh banyak perusahaan saat ini, seperti
dengan membeli produk sama dengan anda membantu 500 untuk kaum duafa.
Dengan adanya contoh sejarah ini sangat baik untuk perusahaan sekarang, apalagi
perusahaan sekarang sudah banyak yang membuat laporan CSR dengan beberapa indikator. Namun
kadangkala CSR pada perusahaan di Indonesia masih terpusat di Jakarta karena menurut penelitian
bersama Public Interest Research and Advocacy Center (PIRAC) dan Dompet Dhuafa, kenyataan
itu terjadi lantaran keputusan pelaksanaan program filantropi dipegang oleh manajemen pusat Atau
ada juga perusahaan yang memberikan uang tutup mulut agar masyarakat sekitarnya tidak resah
dengan adanya limbah yang dihasilkan pabrik.
Kasus : Susu Formula Nestle
Pada tahun 1950-1970 sebanyak 78% ibu-ibu di Amerika Serikat memberi anak mereka
produk susu formula nestle. Padahal susu ASI lebih baik untuk kesehatan bayi. Sehingga 1970-an
penyusutan pasar terjadi. Nestle melakukan pemasaran besar-besaran untuk menaikkan
penjualannya dengan cara yang tidak etis seperti iklan yang mengatakan Ibu modern tahu yang
terbaik untuk bayinya dan Ibu yang menyayangi anaknya tentu memberikan susu formula
Nestle. Tak hanya itu, wanita muda berseragam perawat diarahkan untuk mempromosikan susu
formula ke desa, sample dibagikan pada dokter spesialis anak, kebidanan, dan ibu-ibu baru. Ini
menimbulkan kemarahan banyak orang sehingga tergabung untuk memboikot produk Nestle selama
6,5tahun. Kemudian dilakukan pertemuan WHO dan UNICEF yang kemudian Nestle mau
menerima semua ketentuan dan boikot dihentikan. Malah Nestle produsen susu formula pertama
yang menghilangkan gambar bayi montok di kalengnya.

Anda mungkin juga menyukai