Bab I1
Bab I1
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Psoriasis mungkin adalah salah satu penyakit yang sudah lama
ditemukan pada manusia dan merupakan penyakit yang juga menimbulkan
banyak tanda tanya dalam diagnosisnya. Pada jaman dahalu psoriasis
dimasukkan dalam kategori salah satu variasi dari lepra. Pada abad ke-18,
ahli dermatologi Inggris, Robert Willan dan Thomas Bateman membedakan
psoriasis dengan penyakit kulit lainnya. Dikatakan bahwa pada lepra
kelainan pada kulit berupa efloresensi yang regular, macula yang sirkular
sementara pada psoriasis selalu dalam bentuk yang irregular. Dengan segala
kebingungan yang ada, maka pada tahun 1841, kondisi kelainan kulit
tersebut dinamakan psoriasis oleh ahli dermatolgis dari Vienis, Jerman
bernama Ferdinand Von Hebra. Namanya diambil dari bahasa Yunani
psora yang berarti gatal. 1
Psoriasis adalah suatu penyakit kulit termasuk di dalam kelompok
dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronik dan residif dengan lesi berupa
makula eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama kasar berlapis,
berwarna putih bening seperti mika disertai fenomena tetesan lilin dan tanda
Auspitz. 2
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya belum jelas, tetapi yang
pasti adalah pembentukan epidermis dipercepat. Psoriasis juga diduga
penyebabnya adalah autoimun. 3,4
Psoriasis vulgaris makin sering dijumpai di Indonesia. Insidens pada
orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa
dilaporkan sebanyak 3-7 %, di Amerika Serikat 1-2 %, sedangkan dijepang
0,6 %. Pada bangsa berkulit hitam misalnya di Afrika jarang dilaporkan,
demikian pula bangsa indian di Amerika.4
kosmetik,
terlebih-lebih
mengingat
bahwa
perjalanannya
Epidemiologi
Psoriasis mempengaruhi kedua jenis kelamin yang sama dan dapat
terjadi pada semua usia, meskipun paling sering muncul untuk pertama
kalinya antara usia 15 dan 25 tahun.1
Prevalensi psoriasis pada populasi Barat diperkirakan sekitar 2-3%.
Prevalensi psoriasis di antara 7,5 juta pasien yang terdaftar dengan dokter
umum di Inggris adalah 1,5%. Sebuah survei dilakukan oleh National
Psoriasis Foundation (psoriasis pendidikan berbasis AS dan kelompok
advokasi) menemukan prevalensi sebesar 2,1% di antara orang Amerika
dewasa. Studi ini menemukan bahwa 35% orang dengan psoriasis dapat
diklasifikasikan sebagai memiliki psoriasis sedang sampai parah. Sekitar
sepertiga orang dengan psoriasis laporan riwayat keluarga penyakit, dan
peneliti telah mengidentifikasi lokus genetik yang terkait dengan kondisi
tersebut. Studi kembar monozigot menunjukkan peluang 70% dari
psoriasis mengembangkan kembar jika kembar lainnya telah psoriasis.
Konkordansi adalah sekitar 20% untuk kembar dizigotik. Temuan ini
menunjukkan kedua kecenderungan genetik dan respon lingkungan dalam
mengembangkan psoriasis.1
lebih awal dari laki-laki, dan pasien dengan riwayat keluarga yang positif
mengalami psoriasis juga cenderung memiliki usia yang lebih muda pada
mortalitas dan morbiditas.5
Kematian terkait penyakit ini sangat jarang pada psoriasis. Terapi
kortikosteroid sistemik dapat menimbulkan penyakit flare pustular, yang
bisa berakibat fatal, terapi methotrexate dapat menyebabkan fibrosis hati,
dan fototerapi (misalnya, psoralen ditambah UVA [PUVA]) dapat
menyebabkan kanker kulit, dengan metastasis.5
Morbiditas adalah masalah yang jauh lebih besar pada pasien
dengan psoriasis, tetapi juga mencakup pruritus, kering dan kulit
mengelupas, fissura,
kesadaran
diri
dan
percaya
diri
menurun,
Etiopatogenesis
Etiologi dan patofisiologi psoriasis harus dipahami dalam hal
patologi yang menonjol terjadi di kedua komponen utama dari kulit
epidermis dan dermis.
Psoriasis adalah fundamental kondisi kulit inflamasi dengan reaktif
diferensiasi epidermal abnormal dan hyperproliferation. Penelitian saat ini
menunjukkan
bahwa
mekanisme
inflamasi
kebal
berbasis
dan
Gambaran Klinis
Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada
scalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas, bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.4
Psoriasis juga menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kirakira 50%, yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit
berupa lekukan-lekukan miliar.
V.
Pemeriksaan Penunjang
Histopatologi
Psoriasis memberikan gambaran histopatologik yang khas yakni
parakeratosis dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok
leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis
dan vasodilatasi di subepidermis.4
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga
pematangan keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum
korneum tampak menebal. Di dalam sel-sel tanduk ini masih ditemukan
inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum korneum dapat ditemukan
kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang polimorfonuklear yang
dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil dermis didapati
pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel radang
limfosit dan monosit.2
VI.
Differential diagnosis
Jika gambaran klininya khas, tidaklah susah untuk menegakkan
diagnosis psoriasis. Jika tidak khas maka harus dibedakan dengan
beberapa penyakit lain yang tergolong dalam dermatosis eritroskuamosa.
Dalam mendiagnosis psoriasis perlu diperhatikan menganai ciri khas
psoriasis yaitu skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
1. Dermatosis seboroik
Gambaran klinis yang khas pada dermatitis seboroik ialah
skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempattempat yang seboroik. Psoriasis berbeda dengan dermatitis
seboroik karena terdapat skuama yang berlapis-lapis berwarna
putih seperti mika disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Tempat
predileksinya juga berbeda. Dermatitis seboroik biasanya pada alis,
sudut nasolabial, telinga, daerah sternum dan fleksor. Sedangkan
psoriasis banyak terdapat pada daerah-daerah ekstensor, yaitu siku,
lutut dan scalp.4,6,7
2. Pitiriasis rosea
Pitiriasis berarti skuama halus. Hal ini berbeda dengan
proriasis dimana skuamanya tebal. Tanda khas pada Pitiriasis rosea
yaitu adanya lesi awal berupa herald patch, umumnya di badan,
solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. Lesi
berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama, memberi
gambaran yang khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil,
susunannya sejajar dengan kosta, hingga menyerupai pohon
cemara terbalik. Tempat predileksi pada badan, lengan atas bagian
proksimal dan paha atas. 4,6,7
VII.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dengan melihat gambaran klinis dan lokasi terjadinya lesi serta
ditemukan fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner pada penderita
psoriasis.4
1. Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan rasa gatal ringan di daerah
predileksi, kelainan kulit berwarna kemerahan dengan adanya
pengelupasan kulit diatasnya berwarna putih. Keadaan umum
umumnya baik kecuali diawali dengan infeksi misalnya streptococcus.4
2. Pemeriksaan Fisik
Tempat predileksi pada scalp, perbatasan daerah tersebut
dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut,
dan daerah lumbosakral. Kelainan
Sistemik :
baik,
hanya
setelah
obat
dihentikan
dapat
terjadi
kekambuhan.4
Terapi biologik : obat biologic merupakan obat yang baru, efeknya
memblok langkah molekuler spesifik penting pada pathogenesis ialah
infiksimal, alefasep, etanersep, efalizumab dan adalimumab.4
Topikal :
Preparat ter (ter kayu, fosil atau batu bara) dengan konsentrasi 2-5%.
Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasikan dengan asam salisilat
pengobatan.
Selanjutnya
dilakukan
pengobatan
rumatan
Prognosis
Prognosis baik jika mendapat terapi yang efektif namun angka
kekambuhan dan perbaikan spontan tidak dapat diduga sebelumnya.
Jarang dilaporkan kematian karena kasus ini, tetapi biasanya angka
kesakitan pasien akan meningkat akibat seringnya kekambuhan dari
penyakit.6,7
DAFTAR PUSTAKA
29
Maret 2015.
2. Siregar R.S. Psoriasis. Dalam : Harahap M, Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta :
Penerbit Hipokrates. 2000.
URL
http://emedicine.medscape.com/article/1108072-overview#aw2aab6b5.
Accesed 29 Maret 2015.
6. Tony burns, At All. Rooks textbook of dermatology. Eight edition. UK:
Wiley blackwell; 2010.
7. William d. James, At All. Andrews disease of the skin : clinical
dermatology . canada :Tenth edition. 2006.
8. Klaus wolf, At All. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th
edition. United State of America : Mc graw hill; 2012.