Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Segala puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pancasila sebagai Etika
Politik ini sebagai tugas terstruktur dari Ibu Estika Sari, S.H. Semoga makalah yang saya buat dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, saya merasa bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih.

Padang, 1 April 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.

LATAR BELAKANG
Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini memang sudah
sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan intelek dan kaum elit politik bangsa
Indonesia ini. Aspek kehidupan berpolitik, ekonomi, dan hukum serta hankam merupakan ranah
kerjanya Pancasila di dunia Indonesia yang sudah menjadi dasar Negara dan membawa Negara ini
merdeka hingga 66 tahun lebih. Secara hukum Indonesia memang sudah merdeka selama itu, namun
jika kita telaah secara individu (minoritas) hal itu belum terbukti. Masih banyak penyimpangan yang
dilakukan para elit politik dalam berbagai pengambilan keputusan yang seharusnya menjunjung tinggi
nilai-nilai Pancasila dan keadilan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Keadilan yang seharusnya
mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 yang mencita-citakan rakyat yang adil dan makmur
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah sudah ditelan kepentingan
politik pribadi. Proses kehidupan berbangsa dan bernegara tidak bisa dilepaskan dari dimensi
kehidupan politik. Akan tetapi, kehidupan politik di setiap negara tentu saja berbeda. Salah satu
penyebabnya adalah faktor perbedaan ideologi.
Kehidupan politik orang hidup di negara yang menganut paham liberal, tentu saja berbeda
dengan yang hidup di negara sosialis atau komunis. Begitu juga dengan kehidupan politik rakyat
Indonesia, pasti berbeda dengan rakyat bangsa lainnya. Dalam rangka pembangunan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, khususnya di negara Indonesia ini merupaka suatu keharusan memiliki
sebuah sistem dalam hal ini sebagai pandangan untuk bagaimana pembagian kekuasaan atau tugas
dalam masyarakat untuk bersama-sama melakukan pembangunan dan pemajuan dalam masyarakat itu
sendiri. Politik di lingkungan masyarakat dalam hal ini tujuan utamanya untuk kemajuan masyarakat
kedepannya, saat ini mulai meleset dan luntur dari nilai-nilai dan tujuan utamanya. Dengan politik
dipandang lagi sebagai hal yang tidak baik di mata masyarakat. Berkenaan dengan masalah dalam
masyarakat mengenai politik tersebut, perlu dilakukan pembenahan pada sistem politik itu sendiri
untuk kembali ke tujuannya semula, yaitu dengan adanya pandangan atau kembali ke pokok atau
dasar aturan dalam politik. Di sinilah pancasila yang mengandung nilai-nilai moral dan etika berperan
sebagai etika politik dengan harapan ke depannya akan kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.

2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ada di makalah ini adalah :
1. Apa pengertian etika?
2. Apa pengertian politik?

3. Apa pengertian etika politik ?


4. Bagaimana penerapan etika politik di Indonesia ?
5. Bagaimana etika politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara?

3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Untuk mengetahui bagaimana pengertian etika.


Mengetahui pengertian politik.
Mengetahui pengertian etika politik di Indonesia.
Mengetahui seperti apa penerapan etika politik di Indonesia.
Mengetahui bagaimana etika politik dalam kehidupan bernmasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Secara etimologi etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti watak, adat ataupun
kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa seseorang untuk
senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993). Dalam konteks
filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih
banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku
manusia (Kattsoff, 1986).
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua
kelompok etika itu adalah sebagai berikut :
1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia.
2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika sosial).

B. Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kosa kata politics yang memiliki makna bermacam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sistem itu
dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Berdasarkan pengertian-pengertian pokok tentang
politik maka secara operasional bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan
negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan (policy),
pembagian (distribution), serta alokasi (allocation) (Budiardjo, 1981: 8,9).

C. Pengertian Etika Politik


Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku
etika, yakni manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika. Dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara,
etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan
akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagai makhluk
beradab dan berbudaya.
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa berkembang ke arah
keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau
rezim yang otoriter. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik secara
moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta masyarakat negara. Oleh karena itu
aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia
sebagai manusia.

Sebagai dasar filsafat Negara Pncasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundangundangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam hubungannya dengan legtimasi
kekuasaan, hukum serta berbagai macam kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggearaan Negara.
Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa serta sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Negara Indonesia
berdasarkan sila pertama bukanlah Negara yang Teokrasi yang mendasarkan kekuasaan Negara pada
legitimasi religious, melainkan berdasarkan legitimasi hukum serta legitimasi demokrasi. Oleh karena
itu asas sila pertama lebih berkaitan dengan legitimasi moral. Hal ini lah yang membedakan Negara
Berketuhanan Yang Maha Esa dengan Negara Teokrasi. Walaupun dalam Negara Indonesia tidak
mendasarkan pada legitimasi religious, namun secara moralitas kehidupan Negara harus sesuai dengan
nilai-nilai yang berasal dari Tuhan terutama hukum serta moral dalam kehidupan Negara.
Selain sila pertama, sila kedua juga merupakan sumber nilai-nilai moralitas dalam kehidupan
Negara. Negara pada prinsipnya adalah merupakan persekutuan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia hidup secara bersama
dalam suatu wilayah tertentu, dengan suatu cita-cita dan prinsip-prinsip hidup demi kesejahteraan
bersama (Sila Ketiga). Oleh karena itu manusia pada hakikatnya merupakan asas yang bersifat
fundamental dalam kehidupan Negara. Manusia adalah merupakan dasar kehidupan serta pelaksanaan
dan penyelenggaraan Negara. Oleh karena itu asas-asas kemanusiaan adalah bersifat mutlak dalam
kehidupan Negara dan hukum. Selain itu asas manusia juga harus merupakan prinsip dasar moralitas
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara.
Selain itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara harus berdasarkan legtimasi hukum
yaitu prinsip legalitas. Negara Indonesia adalah Negara hukum oleh karena itu keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial) sebagai mana terkandung dalam sila kelima, adalah merupakan tujuan dari
kehidupan Negara. Oleh karena itu segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan serta pembagian
senantiasa harus berdasarkan atas hukum yang berlaku. Pelanggaran atas prinsip-prinsip dalam
kehidupan kenegaraan akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan Negara.

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijakan dan kekuasaan yang dilakukan senantiasa
untuk rakyat (sila keempat). Oleh karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara. Maka
dalam pelaksanaan politik praktis hal-hal yang menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif serta

yudikatif konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdasarkan legitimasi dari
rakyat, atau dengan kata lain harus memiliki legitimasi demokrasi.
Prinsip-prinsip dasar etika politik itu dalam realisasi praksis dalam kehidupan kenegaraan
senantiasa dilaksanakan secara korelatif diantara ketiganya. Kebijaksanaan serta keputusan yang diambil
dalam pelaksanaan kenegaraan baik menyangkut politik dalam negeri maupun luar negeri, ekonomi baik
nasional maupun global, yang menyangkut rakyat dan lainnya selain berdasarkan hukum yang berlaku
(legitimasi hukum), harus mendapat legitimasi rakyat (legitimasi demokrasi) dan juga harus berdasarkan
prinsip-prinsip moralitas (legitimasi moral).
Etika politik ini juga harus direalisasikan oleh setiap individu yang terlibat secara kongkrit dalam
pelaksanaan pemerintah Negara. Para pejabat eksekutif, anggota legislatif, maupun yudikatif, para
pejabat Negara baik DPR maupun MPR aparat pelaksana dan penegak hukum harus menyadari bahwa
selain legitimasi hukum dan legitimasi demokrasi juga harus berdasar pada legitimasi moral. Misalnya
suatu kebijakan itu sesuai dengan hukum belum tentu seuai dengan moral, contohnya gaji para pejabat
Negara sesuai dengan hukum tetapi bila dilihat dari keadaan Negara maka hal tersebut tidak sesuai
secara moral.

D. Penerapan Etika Politik di Indonesia


Pada jaman sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang di harapkan, karena
banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan
merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia tidak mampu menjalankan
fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup
mereka belum dapat disejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri
menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankaN kewajibannya sebagai wakil
rakyat dengan baik.bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan. Dapat
dilihat pada penyelenggara negara misalnya dalam soal pembelian mobil mewah untuk para menteri
Kabinet Indonesia Bersatu II atau juga pembangunan pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan
miliar rupiah. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena di saat yang sama kemiskinan
masih mengharu biru Indonesia. Macam-macam etika di indonesia meliputi:
1. Etika sosial dan budaya
2. Etika politik dan pemerintahan
3. Etika ekonomi dan bisnis
4. Etika penegakan hukum yang berkeadilan
5. Etika keilmuan
6. Etika lingkungan

Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam lingkungan filsafat.
Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia adalahetika. Etika mempertanyakan tanggung
jawab dan kewajiban manusia. Ada bebagaibidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika
keluarga, etika profesi, dan etika pendidikan. Dalam hal ini termasuk setika politik yang berkenaan
dengan dimensi politis kehidupan manusia. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk
mengukur betul salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai
warga Negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan lain sebagainya. Fungsi etika politik dalam
masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan
legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,
melainkan secara rasional objektif dan argumentative. Etika politik tidak langsung mencampuri politik
praktis. Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan
secara obyektif. Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum
sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan negara sebagai lembaga penata
masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu dan
sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan kekuasaan.
Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasimoral bagi suatu Negara adalah
adanya cita-cita The Rule Of Law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan ham menurut kekhasan
paham kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan keadaan sosial. Ada
beberapa manfaat etika politik bagi para pejabat. Pertama, etika diperlukan dalam hubungannya dengan
relasi antara politik dan kekuasaan. Karena kekuasaan cenderung disalah gunakan maka etika sebagai
prinsip normatif/etikanormatif (bukan metaetika) sangat diperlukan. Etika di sini ada sebagai sebuah
keharusan ontologis. Dengan memahami etika politik, para pejabat tidak akan menyalahgunakan
kekuasaannya. Dengan demikian kebijakan pembabatan seperti yang pernah terjadi di kabupaten
Manggarai tidak akan terjadi. Hal ini menunjukkan pemerintah tidak menyadari bahwa mereka adalah
representan rayat, karenanya mereka mesti melayani dan memperhatikan kesejahteraan rakyat, bukan
membunuh rakyat dengan mencaplok dan mengambil lapangan pekerjaan utama sebagai sumber hidup
mereka.
Kedua, etika politik bertujuan untuk memberdayakan mekanisme kontrol masyarakat terhadap
pengambilan kebijakan para pejabat agar tidak menyalahi etika. Masyarakat sebagai yang memiliki
negara tidak bisa melepaskan diri dalam mengurus negara. Masyarakat mempunyai hak dan kewajiban
yang sama dengan para pejabat, namun dalam tataran tertentu keduanya berbeda. Dalam negara dengan
alam demokrasi peranan masyarakat sangat besaryang nyata dalam sikap mengkritisi berbagai kebijakan

pemerintah. Para pejabat sebagai representan rakyat tentu akan mendengar kritikan tersebut sebelum
sebuah kebijakan diambil. Warga negara yang demokratis mesti berusaha untuk menghentikan
pengambilan keputusan yang dapat merugikan warga walaupun keputusan tersebut dianggap benar oleh
para pejabat. Mekanisme kontrol tersebut sangat penting agar para pejabat tidak mengambil kebijakan
yang merugikan masyarakat. Masih hangat dalam ingatan kita tentang rencana tambang emas di
Lembata. Masyarakat yang terancam akanteralienasi dari berbagai aspek kehidupannya memrotes dan
menolak rencana tersebut.

E. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa


Sesuai Tap MPR No. VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika kehidupan berbangsa adalah
rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang bersifat universal dan nilai-nilai budaya bangsa yang
terjamin dalam pancasila sebagai acuan dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.Pembangunan moral politik yang berbudaya adalah untuk melahirkan kultur
politik yang berdasarkan kepada iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, menggalang
suasana kasih sayang sesama manusia Indonesia yang berbudi luhur, yang mengindahkan kaidah
musyawarah secara kekeluargaan yang bersih dan jujur dan menjalin asa pemerataan keadilan.Pada
hakikatnya etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap tetapi melalui moralitas yang
bersumber dari hati nurani, rasa malu kepada masyarakat, dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap,
dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah
mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.
a. Etika Sosial dan Budaya
Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur,
saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolong menolong di
antara sesama manusia dan anak bangsa. Etika dalam budaya ini dimaksudkan untuk menumbuh
kembangkan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi. Caranya adalah dengan
menggugah, menghargai, dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber dari budaya
daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan tindakan proaktif sejalan
dengan tuntutan globalisasi.
b. Etika Pemerintahan dan Politik
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan efektif,
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa tanggung jawab,
tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, ketersediaan untuk
menerima pendapat yang lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun kelompok orang;

serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika pemerintahan mengamanatkan agar para pejabat
memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, siap mundur apabila
dirinya merasa telah melanggar kaidah dan system nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi
amanah masyarakat, bangsa, dan negara.
c. Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik oleh pribadi,
institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat melahirkan kondisi dan
realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya
etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan bersaing, serta terciptanya suasana
kondusif

untuk

pemberdayaan

ekonomi

rakyat

melalui

usaha-usaha

bersama

secara

berkesinambungan. Hal itu bertujuan menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli (praktek


monopoli ini menimbulkan suatu persaingan usaha tidak sehat yang akhirnya berdampak pada
melemahnya hak-hak konsumen dan merugikan pelaku usaha lain), oligopoli (Praktek oligopoli
umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial
untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah
satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga
jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga di antara pelaku usaha yang melakukan
praktik oligopoli menjadi tidak ada), kebijakan ekonomi yang bernuansa KKN ataupun rasial yang
berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan; serta menghindarkan perilaku
menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan. Etika bisnis merupakan studi yang
dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan
studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang
digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan
diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.
d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan keasadaran bahwa
tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin
tegaknya supremasi hukum sejalan dengan menuju kepada pemenuha rasa keadilan yang hidup dan
berkembang di dalam masyarakat.
e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan
Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tingghi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu berpikir rasional, kritis, logis dan objektif. Etika ini etika ini ditampilkan secara
pribadi dan ataupun kolektif dalam perilaku gemar membaca, belajar, meneliti, menulis, membahas,
dan kreatif dalam menciptakan karya-karya baru, serta secara bersama-sama menciptakan iklim

kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya etika maka nilainilai pancasila yang tercermin dalam norma-normatik kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
kita amalkan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika politik adalah cabang dari filsafat politik yang membicarakan perilaku atau perbuatan
- perbuatan politik untuk dinilai dari segi baik dan buruknya. Filsafat politik adalah seperangkat
keyakinan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dibela dan diperjuangkan oleh para
penganutnya, seperti komunisme, demokrasi. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar kekuasaan dalam Negara
dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas (legitimasi hukum) yaitu dijalankan sesuai dengan hukum
yang berlaku. (2) disahkan dan dijalankan secara demokratis (legitimasi demokratis)dan (3)
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengannya (legitimasi moral).
B. SARAN
Mungki itulah makalah yang dapat disusun. Dalam penyusunannya tak lepas dari berbagai
masalah baik segi ekonomi maupun waktu, namun demikian makalah ini dapat disusun meski
menyisakan banyak kekurangan. Untuk itu diperlukan masukan-masukan yang membangun dari para
pembaca agar dalam penyusunan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
https://intanjulianaa.wordpress.com/2014/11/10/pengertian-etika-politik-dan-penerapan-etika-politik-diindonesia/
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Anda mungkin juga menyukai