Anda di halaman 1dari 56

Masa Depan Pengembangan

Teknologi Pengendalian OPT


dengan Agens Hayati
DAMAYANTI BUCHORI
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Disampaikan pada Rapat Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian


OPT Tanaman Pangan Berwawasan PHT

MASA DEPAN
Kemajuan IPTEKS
Tantangan: akan ada berbagai permasalahan yang

akan mewarnai pertanian dan penggunaan agens


hayati

Lingkungan
Kebijakan: misalnya konvensi internasional (Nagoya Protocol,
Cartagena Protocol, etc)
Kelembagaan: siapa yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan PHT (PHP, etc).
Perdagangan internasional

Tantangan
Pertambahan Penduduk
Kurangnya lahan Pertanian
Perubahan Iklim

Semakin
Bertambahnya
jumlah Penduduk
Perubahan Iklim

Di tuntut untuk
meningkatkan
produksi dalam
situasi yang
tidak ideal

INOVASI TEKNOLOGI

Grafik Jumlah Penduduk


Indonesia

Badan Pusat Statistik,2010

Tantangan Pertanian Indonesia


Secara nasional, laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun

selama sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 1,49 %


Indonesia harus mampu menyediakan pangan untuk 237,6 juta jiwa

3 juta konsumen baru setiap tahun


Pada saat yang sama tahun 1993-2003 (10 tahun) lahan pertanian

indonesia telah terkonversi sebanyak 1.100.000 hektar


Sekitar 100.000 ha lahan pertanian terkonversi setiap tahunnya untuk

berbagai kepentingan non-pertanian


Penurunan ketersediaan air dan kompetisi penggunaan air antara

konsumsi RT dan Industri serta keperluan pertanian


Badan Pusat Statistik

Dampak Perubahan Iklim Pada Pertanian


Indonesia
Perubahan Iklim dan Globalisasi

Dampak

Pergeseran musim

Pergeseran musim tanam


Pola pertanian nasional harus

Curah hujan yang ekstrim


Kekeringan ekstrim

Suhu rata rata meningkat


Spesies Invasif

adaptif
Manajemen Air (irigasi menjadi
penting, jenis tanaman harus
dipertimbangkan
Peledakan Hama dan
Penyakit?
Penyerbukan
Produktivitas Tanaman

Tabel 1. Rerata luas areal tanaman pangan yang terkena


dampak banjir (2004-2008)

Komoditas

Luas terkena dampak

banjir (Ha)

Puso (Ha)

Padi

309.859 ha

99.586 ha

Jagung

17.299 ha

7.028 ha

Kedelai

6.561 ha

1.785 ha

Kacang tanah
2.047 ha
261 ha
Tabel 2. Rerata luas areal tanaman pangan rusak akibat
kekeringan (2004-2008)
Komoditas

Luas terkena dampak


kekeringan (Ha)

Puso (Ha)

Padi

311.885 ha

61.344 ha

Jagung

51.463 ha

3.610 ha

Kedelai

7.062 ha

310 ha

Kacang tanah

11.607 ha

510 ha

Direktorat Jendral Tanaman Pangan,2010

EVALUASI PENGGUNAAN AGENS


HAYATI
Apa Saja yang telah digunakan?
Bagaimana keberhasilannya?

HAMA

PENYAKIT

Predator

Agens antagonis

Parasitoid

Cendawan endofit

Cendawan
Bakteri

Virus

INOVASI RAMAH LINGUNGAN: APA


YANG DIPERLUKAN
Bagaimana menjamin

Perkembangan Sains

Pengelolaan OP yang ramah


macam apakah?
Lingkungan?
Teknologi jenis apakah?
Inovasi
Aturan Aturan Yang Ada
Senantiasa menjadi
(Konvensi)
Tantangan
Multilevel Thinking
Dari Individu ke Populasi

Agens Hayati/Musuh Alami


PeraturanMenteri Pertanian Nomor 411
tahun1995:
Agens Hayati yaitu setiap organisme yang meliputi
spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga,
nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus,
mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap
perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk
keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme
pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian,
dan berbagai keperluan lainnya

Agens Hayati Pengendali Hama dan


Penyakit Tanaman
Pengendalian
Hama

Pengendalian
Penyakit: Mikroba

Parasitoid
Predator
Mikroba

Proteksi Silang
ISR (Induced Systemic
Resistance)

PENGETAHUAN FUNDAMENTAL
Ekologi hama dan ekologi penyakit
Spesies invasif dan species hama baru
Interaksi faktor faktor biologi dan iklim

Agens Hayati: predator dan parasitoid (hama)


Prinsip pengendalian hayati
Southwood: synoptic
Respon fungsional dan numerikal
Agens hayati: mikroba
Virulensi
Transmission rate

EVALUASI MUSUH ALAMI


Pemilihan species
Bagaimana pemilihan ?
Species invasif/baru
Mass Rearing
Nisbah Kelamin
Kebugaran/fitness
Tanggap Fungsional
Inbreeding Effect
Pengaruh lingkungan
selama mass rearing
(foundress effect, host
shift)

Pelepasan
Jarak Terbang
Kemampuan pencairan
inang dan parasitasi
Lama hidup di lapang
Kompetisi?
Konservasi
Berapa generasi bisa
bertahan?

Principles of IPM

Grow a healthy
crop
Optimize natural
enemies
Observe fields
weekly
Farmers as experts

FARMERS AS

THE CENTRAL
ROLE

PH MASA DEPAN:
Peradaban dan perkembangan IPTEK yang semakin maju turut
meningkatkan pengembangan Pengendalian OPT dengan
Agens Hayati

HAMA:
Manipulasi perilaku pada

parasitoid dan predator:

Nisbah kelamin

Asosiasi mikroba-serangga:

Enkapsulasi oleh inang

Pestisida Nabati
Serangga Transgenik

PATOGEN
Cendawan Endofit
PGPR

Proteksi Silang

Nisbah Kelamin
Manipulasi klasik
Sifat khas dari parastioid: arrhenotoki

(haplod-diploid)
Kemampuan induk betina untuk memilih
jenis kelamin anaknya (Teori Hamilton)
Nisbah kelamin:
Merupakan fungsi dari jumlah betina
yang bersama sama meletakkan telur
pada areal yang sama
Merupakan fungsi dari ukuran inang

Manipulasi bioteknologi:
Wolbachia-like organisms
Infeksi Wolbachia menyebabkan:

1. Partenogenensis
2. Kematian pada hewan jantan
3. Feminisasi
4. Cytoplasmic Incompatibility

Foundress effects on Sex Ratio

Proportion of males among the


progeny of foundress females as a
function of foundress density
(Curves reprsent predictions of
Taylor and Bulmers model for
three values of on-patch mating)
Debout et al 2002

WOLBACHIA
Endosymbiont
Bakteri
Hidup pada hewan artropoda dan
nematoda
Sekitar 60% dari artropoda diduga
terinfeksi oleh Wolbachia dengan berbagai
pengaruh berbeda

WOLBACHIA dan Nisbah Kelamin


Infeksi Wolbachia menyebabkan:

1. Partenogenensis (Trichogramma spp)


2. Kematian pada hewan jantan (Nasonia sp)
3. Feminisasi (Trichogramma)
4. Cytoplasmic Incompatibility (Nyamuk)
Wolbachia sebagai pengendali hayati (vektor
nyamuk)

ASSOSIASI MIKROBA-SERANGGA:
Pengaruh Wolbachia pada inang:
beneficial, neutral, detrimental (Fytrou
Proc Biol Sci. 2006 April 7; 273(1588):
791796)
Eliminasi Wolbachia menguntungkan
parasitoid Leptopilina: menurunkan
enkapsulasi
Pengaruh PolyDNA virus: menurunkan
enkapsulasi

PARASITOID: ENKAPSULASI
Mekanisme pertahanan inang dalam
merespon adanya benda asing, melibatkan
sel-sel darah inang, membentuk lapisanlapisan yang membungkus atau
mengelilingi benda asing, seperti telur
parasitoid.

MEKANISME PERTAHANAN
TERHADAP ENKAPSULASI
Pasif
Menghindar dari enkapsulasi
1.Peletakan telur parasitoid di;
- segmen torak inang
- kelenjar salivari
- berkembang di dalam membran
dasar
2. Adanya lapisan pelindung
telur Virus Like Particles
(VLPs)
3. Peletakan telur lebih dari 1

Aktif
Dengan menginjeksikan telur dan
bahan kimia kedalam tubuh inang
pada saat oviposisi
1. Teratosit
-mengalihkan enkapsulasi ke
teratosit
- bahan makanan bagi parasitoid
- memperlemah sistem pertahanan
inang
2. PDV
3. Lamelosin

(Yuniar Sahara,1999

Pada Tanaman Hortikultura: Kubis


Eriborus argentopilosus adalah parasitiod
hama Crocidolomia binotalis
Tingginya laju enkapsulasi : pengendalian
hayati tidak efektif
Enkapsulasi menyebabkan:
Parasitoid mati (kurang oksigen)
Kelaparan
Perkembangan terhambat

Enkapsulasi: Efek PDV dan Pestisida


Nabati
PolyDNA Virus
Parasitoid Microplitis

Bersimbiose dengan partikel


virus Poliadnavirus untuk
menghambat enkapsulasi
terhadap telur parasitoid
(Sahara, 1999)

PolyDNA virus + Ekstrak


pestisida nabati

Rokaglamida: Menurunkan

jumlah hemosit larva inang


sehingga dapat menurunkan
enkapsulasi telur dan larva
parasitoid (Danar Dono, 2004)
Perlakuan ekstrak ranting Aglaia
odorata maupun rokaglamida
dapat menekan enkapsulasi oleh
larva C.binotalis (Sudarmo, 2001)

Serangga Transgenik

Kemajuan dalam bidang biologi molekuler


memungkinkan dilakukanya manipulasi genetik
arthopoda.

Penggabungan DNA asing ke dalam genom telah


memperluas kemungkinan untuk transformasi
genetik serangga

Arthopoda menguntungkan bisa di ubah untuk


berbagai sifat, dan diharapkan lebih efektif sebagai
agen hayati.

Serangga Transgenik Dapat :


Meningkatkan efektifitas musuh alami dan
memiliki kemampuan adaptasi terhadap
lingkungan
Resisten terhadap insektisida
Pengendalin vektor penyakit

Cryopreservation
Meningkatkan keberhasilan mass rearing

Tungau Predator Transgenik


Tungau predator transgenik, Metaseiulus occidentalis Nesbitt telah

digunakan untuk mengendalikan tungau Tetranychus uirticae Koch


(Presnail et al,1997)
M. occidentalis transgenik resisten terhadap pestisida (carbaryl
organophosphate-sulfur
Tungau predator di transform dengan plasmid yang mengandung E.
coli
Metode ini juga dapat diadaptasi untuk arthopoda bermanfaat lainya,
khususnya Phytoseiids

Novel Genes Cloned for Genetic Manipulation of


Insects: Resistensi

Gen yang bertanggung jawab untuk resistensi parathion hydrolase gene (opd) :

telah diklon dari Pseudomonas diminuta (Leiffson and Hugh) and Flavobacterium

cyclodiene resistance gene (g-aminobutryic acid A, GABAA) dari Drosophila,

b-tubulin genes from Neurospora crassa (Draft) and Septoria nodorum (Berk.)

Resistansi terhadap benomyl:

acetylcholinesterase gene (Ace) dari D. melanogaster nyamuk A. stephensi,

glutathione S-transferase gene (GST1) dari M. domestica,

Cytochrome P450-B1 gene (CYP6A2) associated with DDT resistance in Drosophila,

esterase B1 gene from Culex bertanggung jawab untuk ketahanan/resisten terhadap


organophosphates (Atkinson, Pinkerton, and OBrochta, 2001).

Gen metallothionein telah diklon dari Drosophila dan organisme lain yang berfungsi dalam
homeostasis dari tembaga dan cadmium (Theodore, Ho, dan Marni, 1991). Gen ini dapat
memberikan ketahanan terhadap fungisida yang mengandung tembaga dimusuh alami Artropoda.

Adaptasi Terhadap Kondisi Ekstrim


Peningkatan toleransi terhadap cuaca dingin ataupun

terhadap cuaca panas


Trichogramma toleran terhadap cuaca panas

Gen Antifreeze protein genes telah di klon dari ikan

wolf-fish, Anarhichas lupus (L.) dan di transfer ke


Drosophila (Rancourt et al., 1990; Rancourt, Davies, and
Walker, 1992) dengan menggunakan hsp70 promoter dan
yolk polypeptide promoters of Drosophila
Studi ini menunjukkan bahwa musuh alami dapat

beradaptasi terhadap berbagai cuaca ekstrim.

Cryopreservation
Salah satu aplikasi potensi bioteknologi adalah pengembangan metode

cryobiology untuk mempertahankan/memelihara embrio arthropoda agens


hayati
Saat ini, arthropoda agens hayati dapat dipelihara hanya dengan rearing secara
terus-menerus atau dengan menahan spesimen yang berada dalam tahap
diapause.
Cara ini membutuhkan biaya yang mahal/tidak efisien dan dapat
menyebabkan hilangnya koloni, serta genetic drift atau kontaminasi pada
koloni. Mazur et al. (1992) menunjukkan bahwa embrio dari lalat buah, D.
melanogaster, dapat disimpan dalam nitrogen cair dan kemudian dicairkan
untuk dikembangkan menjadi lalat dewasa yang layak dan subur.
Jika cryopreservationdapat diadaptasi untuk arthropoda lain, akan ada
penghematan yang signifikan terhadap biaya pemeliharaan
Lebih penting lagi, koleksi musuh alami Artropoda juga bisa dipertahankan
tanpa batas waktu

Quality Control of Insect Cultures and Mass


Production
Mempertahankan kualitas arthopoda yang /dipelihara di laboratorium

sulit dilakukan, karena dimungkinkan terjadi perubahan genetik yang


disebabkan oleh seleksi secara tidak sengaja, inbreeding, genetic drift,
dan founder effects (Stouthammer, Luck, and Werren 1992; Hopper,
Roush, and Powell, 1993).
Metode bioteknologi dapat digunakan untuk produksi massal dan

pengawasan mutu Trichogramma spp. (de Almeida, da Silva, and de


Medeiros, 1998).

Kontrol Kualitas Serangga dan Produksi


Masal
Beckendorf dan Hoy (1985) menyarankan bahwa teknik DNA

rekombinan dapat menjadikan musuh alami lebih efisien dan


lebih murah. Setelah gen di kloning, kemudian dapat
dimasukkan ke dalam sejumlah spesies yang bermanfaat.
Kemampuan untuk memanipulasi dan memasukkan materi
genetik ke dalam genom Drosophila telah digunakan untuk
mengembangkan pemahaman dasar genetika, interaksi
biokimia, pengembangan, dan perilaku serangga (Lawrence,
1992).
Rekayasa genetika arthropoda lain selain Drosophila telah
dicoba, tetapi dengan keberhasilan yang terbatas (Walker, 1989;
Handler dan O'Brochta, 1991; Hoy, 1994; Kramer, 2004).

Altering Biological Attributes


Mengubah longevity/lama hidup arthropoda tertentu mungkin akan
bermanfaat, dan penelitian tentang mekanisme ageing/penuaan
dapat memberikan gen berguna di masa depan.
Hasil kloning sebuah gen katalase dimasukkan ke dalam D.
melanogaster dengan transformasi P-elemen-mediated telah
terbukti memberikan perlawanan terhadap hidrogen peroksida,
meskipun tidak memperpanjang umur lalat (Orr dan Sohal, 1992).
Mempersingkat tingkat pengembangan, meningkatkan produksi
progeni, mengubah sex ratio, memperluas suhu dan toleransi
kelembaban relatif, dan mengubah preferensi inang atau habitat
dapat meningkatkan efektivitas agen pengendalian biologis (Hoy,
1976).

AGENS HAYATI UNTUK PATOGEN:


Cendawan Endofit
Cendawan Endofit = mikosimbion endofitik = cendawan yang

melakukan kolonisasi di dalam jaringan tanaman tanpa


menimbulkan gejala sakit (Petrini 1992)
Interaksi antara cendawan endofit dan inang tanaman umunya
bersifat sisbiosis mutualisme
Cendawan endofit dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada
jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mitotoksin, enzim,
serta antibiotika (Carrol 1988; Clay 1988)
Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan inangnya
mampu melindungi beberapa tumbuhan inangnya dari beberapa
patogen virulen, kondisi ekstrim maupun herbivora (saikkoen &
Helander 2003)
Salah satu mikrorganisme yang dianggap potensial dalam
pembentkan tanaman padi yang resisten adalah menggunakan
cendawan endofit. Cendawan endofit mampu meningkatkan
resistensi tanaman inang dari serangan hama (Clay 1992)

Cendawan Endofit
Asal endofit secara teoritis (Evolusi):
- Patogen tanaman
- Patogen lemah-simbion (endofit)
- Patogen serangga
- Endofit (Beauveria, Acremonium, dan Ordo
Clavicipetales)

Cendawan Endofit
Mekanisme Ketahanan terhadap OPT (Hama)
Non Preferensi ( karena perubahan produksi

senyawa volatil tanaman)-- sudah dicoba pada


wereng coklat
Antibiosis: toxin yang dihasilkan baik oleh cendawan

sendiri maupun asosiasi dengan tanaman;


menurunkan survival (sudah dicoba pada Aphis
gossypii pada cabai dan WBC padi, keperidian,
ukuran tubuh , dan laju pertumbuhan populasi
Perubahan metabolisme tanaman

Peran ekologis Cendawan Endofit


Resistensi terhadap hama dan penyakit
Sebagai growth promoting agent (ada ZPT, serapan

hara)
Beberapa meningkatkan ketahanan terhadap

kekeringan

Kelebihan Cendawan Endofit:


Ada dalam jaringan tanaman sehingga mempunyai efek

resistensi sistemik (induced systemic resistance), tidak


terlalu terpengaruh oleh faktor lingkungan
Bisa alternatif genetic engineering spt masukkan gen

tahan, gen Bt dll.


Di alam tanaman sudah berasosisasi dengan mikrob

epifit, endofit disemua bagian tanaman yang bisa


berperan utk proteksi thd hama dan penyakit
Mudah dibiakkan dan aplikasi-- karena pada tanaman

semusim kebanyakan ditularkan melalui benih

Penularan Cendawan Endofit


Vertikal melalui benih, diturunkan ke

keturunannya
Horizontal melalui angin dan serangga
Yang sudah dicoba:
- Nigrospora pada padi -- wereng :
- SH2, Nigrospora- cabai- A. gossypii
- Nigrospora, Curvularia- akar gada pada kubis
(Plasmodiophora brassicae)
- Endophytic Trichoderma dan Nigrosporatomat- nematoda (meloidogyne)

PGPR
PGPR = Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman)
Campuran yang mengandung bakteri Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus ploymixa, mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
pengendalian penyakit (Performasi Tanaman)

Mekanisme performasi PGPR


Penekanan penyakit tanaman (bioprotectants)
2. Meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman (biofertilizer)
3. Memproduksi fitohormon (biostimulants)
1.

Mekanisme penekanan terhadap penyakit


tanaman (Tenuta 2003)
Produksi antibiotik
2. Shiderophores
3. Induksi resistensi sistemik
1.

Biofertilizer
Meningkatkan penyerapan /pemanfaat unsur N oleh PGPR

pemfiksasi nitrogen (Azospirillum, Rhizobium,


Bradyrhizobium, dll)
Meningkatkan kemampuan pengambilan unsur besi (Fe3+)

oleh PGPR penghasil siderofor (Pseudomonas kelompok


fluoresens)
Meningkatkan kemampuan penyerapan unsur S oleh PGPR

pemfiksasi sulfur (Thiobacillus)


Meningkatkan ketersediaan unsur P oleh PGPR pelarut fosfat

(Bacillus, Pseudomonas)
Meningkatkan ketersediaan unsur Mn2+ oleh PGPR

pereduksi Mangan

Percobaan rumah kaca menggambarkan efektivitas dari tiga strain Bacillus


untuk biokontrol busuk akar dan pucuk tanaman gandum yang disebabkan oleh
F. oxysporum. Semua tanaman perlakukan dengan F. oxysporum saja mati
(Kontrol, paling kanan), sedangkan 100% dari tanaman diinokulasi dengan
patogen dan Bacillus isolat KBE5-7, NAE5-7, dan KBE9-1 bertahan hidup, tidak
menunjukkan gejala infeksi. (Idris et al. 2007)

Schematic illustration of important mechanisms known for plant growth


promotion by PGPR.

Schematic illustration of important mechanisms known for plant growth promotion by PGPR. Different
mechanisms can be broadly studied under (1) Biofertilization, and (2) Biocontrol of pathogens. Biofertilization
encompasses: (a) N2 Fixation, (b) Siderophore production, (c) Pinorganic solubilization by rhizobacteria.
Biocontrol involves: (a) Antibiosis, (b) Secretion of lytic enzymes, and (c) Induction of Systemic Resistance
(ISR) of host plant by PGPR

Proteksi Silang
Proteksi silang=Cross Protection telah digunakan untuk

pengendalian penyakit virus


Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah

hanya sedikit menderita kerusakan, tetapi akan terlindung


dari infeksi strain yang kuat. Strain yang dilemahkan antara
lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan in
vivo dan dengan asam nitrit.
Menggunakan virus non host nya, virus lemah atau strain

viroid
Cross protection berkontribusi di masa depan untuk

pemeliharaan kesehatan tanaman dalam menghadapi penyakit


virus

Point utama Cross Protection


Virus yang dilemahkan/strain virus lemah/the protective

virus menyebabkan gejala ringan atau tanpa genjala pada


tanaman inang

Setelah strain lemah diinokulasi selanjutnya akan memicu

tekanan atau perlawanan urutan spesifik stran virus kuat/ the


challenge virus.
Banyak penelitian telah menemukan bahwa mutasi pada

penekan silencing virus (peredaman gen sehingga tidak dapat


di transkripsi/ ditransskripsi tapi tdk dapat melanjutkan
proses selanjutnya-- translasi) dapat menipis gejala berat,
misalnya mutasi pada penekan membungkam HC-Pro dari
potyvirus (Wu, H.W et al 2010)

A model to explain the cross protection

A model to explain the cross protection in squash plants provide by the constructed
Zucchini yellow mosaic virus (ZYMV)-GAC and ZYMV-GAB mutants and the
naturally collected mild strain ZYMV WK against the severe strain ZYMV. (Lin, S.S
et al, 2010 Phytopathology 97:287-296)

Investigasi masa depan mengenai mekanisme cross


protection akan membantu mengungkap mekanisme baru
dalam interaksi virus-tumbuhan dan memberikan
pengetahuan untuk pengembangan strategi yang lebih
efisien dengan keamanan ditingkatkan bio-untuk
ketahanan virus di lapangan (Lin S S, 2010)

TEKNOLOGI APAPUN
Jangan terburu buru adopsi, apalagi kalau mahal
Yang sudah ada dievaluasi dulu: sudah efektifkah?
Inovasi dan ilmu baru selalu menjadi ketertarikan

baru
Agar tidak ketinggalan jaman
Pendekatan holistik jangan terlupakan
PHT jangan terlupakan
Penggunaan agens Hayati tidak terlepas dari prinsip
PHT

Principles of IPM

Grow a healthy
crop
Optimize natural
enemies
Observe fields
weekly
Farmers as experts

FARMERS AS

THE CENTRAL
ROLE

Principles of IPM

Grow a healthy
crop
Optimize natural
enemies
Observe fields
weekly
Farmers as experts

Apakah Penggunaan

agens hayati
meminimalkan
pengamatan
mingguan?
Bagaimana dengan
peranan petani
sebagai experts

KONVENSI INTERNASIONAL
International Convention: Convention on Biological

Diversity

Cartagena Protokol dan Keamanan Hayati


Nagoya Protocol: Access to Genetic Resources and the Fair
and Equitable Sharing of Benefits Arising from their
Utilization

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai