1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui strategi pengendalian wabah HIV
1.3.2 untuk mengetahui hambatan yang terjadi pada pengendalian HIV
1.3.3 untuk mengetahui peran pemerintah dan masyarakat dalam pengendalian wabah
1.3.4 untuk mengetahui hasil dari pengendalian wabah HIV
1.4 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui
5. Lingkungan Kondusif
2.3 Peran Pemerintah dan Masyarakat
Penyakit menular khususnya HIV/AIDS merupakan masalah utama di Indonesia
bahkan di dunia. Virus HIV tidak menenal batas-batas daerah administratif sehingga
pemberantasan penyakit ini memerlukan kerjasama antar daerah bahkan antar negara.
Untuk melakukan upayat pemberantasan penyakit menular diperlukan suatu sistem
surveilans penyakit yang mampu memberikan dukungan program dalam daerah kerja
kabupaten/kota, Provinsi, dan Nasional serta yang tak kalah penting yaitu peran
masyarakat.
Keberhasilan upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia tergantung kepada
kerjasama pemerintah termasuk DPR, LSM, swasta, dunia usaha, tenaga profesional
kesehatan, masyarakat umum dan ODHA. Sangat miris sekali jika populasi manusia
yang terinveksi HIV sangat tinggi. Kelompok tertinggi yang beresiko tertular HIVsalah
satunya adalah Para Pekerja Seks Komersial. Seperti di Bali, 75 persen PSK terjangkit
HIV dan jumlah PSK di Bali sekitar 6000 jiwa. Berarti sekitar 4500 jiwa pekerja seks
komersial yang terjangkit virus HIV/AIDS. Belum lagi masyarakat Bali selain PSK
yang melakukan atau mempunyai kebiasaan seperti pengguna jarum suntik, atau
oarang-orang yang sering jajan kepada para PSK yang dapat menyebabkan tertularnya
virus HIV. Saat ini, penderita HIV/AIDS di Bali sudah mencapai 26 ribu jiwa. Dan itu
angka yang sangat fantastis. Itu data yang sudah diketahui yang terjangkit HIV, belum
lagi masyarakat yang belum mengetahui jika mereka mengidap virus HIV karena
penyakit tersebut memakan waktu lama untuk disadari para penderitanya jika sudah
terjangkit virus tersebut.
Di Bali para aktivis dan instansi pemerintah sudah melakukan upaya penekanan
angka penderita HIV/AIDS. Dan upaya mereka dalam menanggulangi dan melakukan
penekanan angka penderita HIV/AIDS sudah mendapat hasil yang lumayan signifikan.
Menurut survey, tiga tahun lalu pertumbuhan penyakit HIV/AIDS di Bali sekitar 20
sampai 30 persen, sementara pada tahun 2015 turun hanya sebesar 16 persen. Namun,
meskipun sudah mengalami penurunan, tetap saja korban HIV/AIDS di Bali sangat
besar, mengingat Bali termasuk penyumbang besar dalam penyebaran HIV di Indonesia
sama seperti pulau Papua, dan Pulau Jawa yang juga memiliki penderita HIV/AIDS
yang sangat banyak.
Lokasi atau Kota yang menjadi pusat penyebaran HIV/AIDS di Bali adalah
Sanur dan Kuta. Kedua kota tersebut adalah kota yang sangat padat dan menjadi pusat
berlibur untuk para turis lokal maupun mancanegara. Maka tak heran jika kedua kota
tersebut terdapat banyak Pekerja Seks Komersial yang menjajakan dirinya di kafe-kafe
untuk mendapatkan uang sehingga disanalah tempat yang penyebaran virus HIV yang
sangat pesat. Dan yang menjadi perhatian adalah, rata-rata PSK yang mengidap
penyakit mematikan ini berumur produktif, yaitu sekitar 19-39 tahun. Inilah yang harus
tes VCT, memberikan pengetahuan kepada PSK tentang bahaya berhubungan intim
secara bebas dengan pelanggan apabila tidak menggunakan pengaman dan kepada
masyarakat tentang bahaya seks bebas. Namun, terkadang yang menjadi kendala adalah,
para PSK sudah mengetahui manfaat penggunaan pengaman, mereka ingin memakai
pengaman namun para pelanggan mereka tidak mau menggunakan pengaman. Inilah
juga permasalahan yang sedang digencar oleh KPA.
KIE tentang penanggulangan HIV bagi masyarakat sangatlah penting untuk
memperkuat peran dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan penyakit
HIV/AIDS. Tidak hanya kelompok PSK namun para remaja juga penting diberikannya
pendidikan. Paket pendidikan bagi remaja harus dikemas agar lebih mudah dipahami
remaja agar efektif mengembangkan pengendalian diri mereka agar tidak terjerumus
dalam hal-hal untuk berperilaku yang mendekatkan mereka pada HIV. Dan juga peran
orang tua mendidik putra-putrinya sangat penting dalam penekanan angka penularan
HIV/AIDS. Dan selain peran masyarakat dalam menjauhkan diri dari berperilaku yang
mendekatkan diri pada penularan virus HIV jugs masyarakat agar tidak bersifat
diskriminatif terhadap ODHA. Masyarakat berperan juga dalam memberi dukungan,
dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penderita HIV/AIDS bukan malah
menjauhkan atau mendeskriminasi mereka.
Peran orang yang terinveksi HIV/AIDS atau yang disebut dengan ODHA adalah
upaya untuk pencegahan dan penanggulangan AIDS dimasa yang akan datang menjadi
sangat penting. ODHA berhak berperan pada semua tingkat proses pencegahan dan
penanggulangan serta monitoring dan evaluasi. Peran KPA sangat penting bagi ODHA
untuk memonitoring, evaluasi dan memberikan konseling. Peran KPA dan ODHA di
Bali yaitu juga memberi obat atau terapi meminum obat antiretroviral. Para ODHA
harus meningkatkan persiapan diri dan bertanggung jawab untuk mencegah penularan
HIV kepada pasangannya dan orang lain.
2.4 Hambatan Yang Terjadi
Peningkatan kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di Denpasar Bali semakin
meningkat, banyak dari mereka yang mengidap penyakit mematikan ini adalah para
Pekerja Seks Komersial (PSK). Terutama sebagian besar para PSK tersebut berada di
daerah Sanur dan Kuta. Sudah banyak upaya dari pemerintah untuk menanggulangi
penyakit HIV/AIDS ini, pemerintah telah melakukan pembekalan untuk para PSK agar
mereka tidak enggan menggunakan pengaman saat melakukan hubungan intim tetapi
kurangnya kesadaran dari PSK itu sendiri dan pelanggan yang merasa kurang nyaman
jika menggunakan pengaman, hal itu yang menyebabkan upaya ini kurang berjalan,
akibatnya penderita HIV/AIDS semakin bertambah dari waktu ke waktu.
Tidak hanya itu, ternyata penyebaran PSK di Denpasar Bali juga semakin
meluas. Tidak sedikit kafe-kafe yang di dalamnya menjajakan para PSK. Hal ini
disebabkan karena kurangnya upaya pemerintah untuk segera menanggulangi
BAB 3 KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Di Indonesia penyakit HIV menjadi wabah yang jumlahnya meningkat dari
tahun ke tahun. Penanganan kasus HIV di Indonesia banyak mengalami kendala,seperti
pemerintah dan masyarakat kurang memperdulikan bahaya HIV, terkadang pada daerahdaerah tertentu masyarakat memiliki keterbatasan bahasa dan buta aksara sehingga
menyebabkan strategi KIE tidak berjalan dengan baik. Tetapi pemerintah telah berupaya
semaksimal mungkin untuk menangani kasus HIV yang terjadi di Indonesia ini ditandai
dengan berkembangnya strategi-strategi yang digunakan.
3.2. Saran