Rhino Sinusitis
Rhino Sinusitis
Nyeri telan: nyeri pada tenggorokan akibat adanya peradangan pada mukosa
orofaring, nasofaring dan hipofaring, dikenal juga sebagai Odinofagia.
Sakit kepala: sensasi nyeri atau ketegangann otot dibawah kubah kranii karena
penyebab ekstra kranial (hidung, telinga dll) atau intra kranial (a meningea).
STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
STEP 3
1. Pasien sebelumnya mengalami cekot-cekot dapat dikarenakan:
a.
Khas: nyeri tekan pada daerah sinus, keluar cairan purulen pada nasal ,
sakit kepala dan nyeri facial, nyeri sembuh setelah 7 hari penyembuhan
sinusitis
Obstruksi nasal
Nausea
b.
Migren
-
2. Hidung sebelah kanan terasa tersumbat dapat disebabkan oleh sekret/ benda
asing, inflamasi, dan abses. Pada kasus ini:
-
Sinus-sinus yang
3. Ada nasal drip yang disebabkan oleh infeksi yang terjadi sebelumnya dimana
produksi mukus meningkat karena penumpukan mukus aliran mukus
tidak lancar sebagian tertelan dan bila mengandung agen infeksi akan
menimbulkan peradangan pada tenggorokan nyeri telan.
4. Ada hubungannya karena pasien berkerja di pabrik yang banyak mengandung
polusi mengganggu gerakan silia udara tidak tersaring sempurna silia
rusak kerusakan mukosa hidung memicu pengeluaran mukus.
5. Dokter menanyakan apakah ada nyeri gigi graham atas utnuk menyingkirkan
diagnosis banding berupa sinusitis maxillaris, letak akar gigi dekat dengan
sinus maksilaris sehingga beresiko adanya penularan infeksi dari gigi ke sinus
maksilaris..
6. Diagnosis banding:
-
sinusitis
migren
alergi
STEP 4
Wanita 39 th
Berkerja dipabrik
garmen, tidak memakai
masker saat berkerja
dokter
Anamnesis:
Kepala cekot-cekot
sebelah kanan
Hidung tersumbat
sebagian
Dirasakan ada yang
mengalir ke tenggorokan
Pmx fisik
DDx:
Sinusitis
Migrain
Alergi hidung
Rhinitis
Trauma fisik
Pmx penunjang
diagnosa
Terapi dan
edukasi
STEP 5
1.
2.
Rhinosinusitis
1.1
HIDUNG
1.1.1.
HIDUNG LUAR
Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :
1) pangkal hidung (bridge)
2) batang hidung (dorsum nasi)
3) puncak hidung (hip)
4) ala nasi
5) kolumela, dan
6) lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :
1) tulang hidung (os nasal)
2)
3)
1.1.2.
HIDUNG DALAM
kolumela
membranosabagian posterior
-
Inferior
Meatus superior: celah yang sempit antara septum dan massa lateral os
etmoid di atas konka media.
1.1.3.
-
PENDARAHAN
Bagian atas: a etmoid anterior dan posterior cabang a oftalmika dan a carotis
interna.
1.1.4.
1.1.5.
FISIOLOGI
Hidung memiliki beberapa fungsi diantaranya:
Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut
lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflek
bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
SINUS PARANASAL
1.2.1
ANATOMI
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi. Semua
sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara
dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus
medius terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus
maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior.
Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV
dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, sehingga pada foto rontgen anakanak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus superior terdapat
muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.
1)
Sinus Maksilaris
-
Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris
arcus I.
Merupakan sinus terbesar dengan volume + 15 cc pada orang dewasa dan saat
lahir 6-8 ml.
Berhubungan dengan :
a. Cavum orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga
jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.
b. Gigi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah (P1, P2, M1, kadang
C dan M3).
c. Ductus nasolakrimalis, terdapat di dinding cavum nasi.
2)
Sinus Ethmoidalis
-
Saat lahir, berupa 2-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat dewasa terdiri dari 715 cellulae, dindingnya tipis.
Bentuknya berupa rongga tulang seperti sarang tawon, terletak antara hidung
dan mata
Bentuk piramid:
a.
b.
b.
Berhubungan dengan :
a. Fossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa.
Jika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial
(meningitis, encefalitis dsb).
b. Orbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. Jika melakukan
operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke
daerah orbita sehingga terjadi Brill Hematoma.
c. Nervus Optikus.
d. Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.
3)
4)
Sinus Frontalis
-
Berhubungan dengan :
a.
b.
c.
Berhubungan dengan :
a.
b.
Glandula
pituitari,
chiasma
n.opticum.
c.
Tranctus olfactorius.
d.
1.2.2
FISIOLOGI
kelembaban. Namun masih ada keberatan teori ini karena tidak didapatinya
pertukaran udara yang signifikan antara sinus dan rongga hidung.
2)
Penahan suhu
Berfungsi sebagai penahan panas bagi orbita dan fossa serebri dari suhu
rongga hidung yang berubah-ubah. Tapi hal ini masih perlu dibuktikan.
3)
4)
6)
SINUSITIS
2.1 DEFINISI
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau
infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat
sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).
2.2 ETIOLOGI
Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang)
maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).
Penyebab sinusitis akut:
-
Infeksi virus.
Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya common flu).
Infeksi bakteri.
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase
dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang
sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam
sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
Infeksi jamur.
Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan
jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem
kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi
alergi terhadap jamur.
Penyakit tertentu.
Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan
dan penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).
Asma
Penyebab lain:
-
Konka hipertrofi
Polip, tumor
Adenoid hipertrofi
Retrobulbar
Hidung
Gigi atas
Ethmoidalis
Frontalis
Bibir atas
Periorbital
Oksipital
Retronasal
Servikal atas
Retrobulbar
Supraorbital
Frontal
oksipital
Tabel dibawah ini memuat daftar tanda dan gejala klinis lain yang berkaitan dengan
penyakit sinus.
Tabel Tanda dan Gejala Klinis pada Penyakit Sinus
Sinus yang sakit
Tanda dan gejala
Maksilaris
Kelainan mata:
Diplopia
Proptosis
Epifora (keluar air mata)
Hidung tersumbat dan rinore
Epistaksis
Gigi goyah
Pembengkakan orbital
Ethmoidalis
Frontalis
demam
letih, lesu
subakut bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih
reversibel, dan kronik bila perubahan tersebut sudah irreversibel, misalnya menjadi
jaringan granulasi atau polipoid.
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada kasus ini pasien terpajan allergen berulang di tempat kerja sehingga
mangakibatkan pasien mengalami rhinosinusitis yang disebabkan oleh rhinitis alergi
sehingga di dalam tubuh pasien dapat terjadi reaksi:
a.
Fase sensitisasi
Alergen
Ditangkap oleh
monosit/ makrofag
Kompleks peptida
MHC kls II
Aktivasi limfosit B
Membentuk IgE
b.Fase provokasi
Sensitisasi oleh alergen
Degranulasi mastosit
dan basofil
Keluarnya histamin:
Rasa gatal pd hidung dan
bersin-bersin
Kelenjar mukosa & sel
goblet hipersekresi
Selanjutnya pada pasien
rhinosinusitis setelah
mukus berlebih
Hidungberikut:
tersumbat karena
mengalami tahapan seperti
vasodilatasi sinusoid
Molekul kemotaktik
2.5
Transudasi serous
Rhinosinusitis non
bakterial
Menetap sekret
berkumpul
Media perkembangan
kuman sekret purulen
Rhinosinusitis akut
bakterial
Inflamasi berlanjut
dan hipoksia
Bakteri anaerob
tumbuh
Antibiotik
Sembuh
Mukosa makin
bengkak
Tindakan operatif
PEMERIKSAAN FISIK
-
Sinus yang berbatasan dengan kulit (frontal, maksila dan ethmoid anterior)
terkena secara akut dapat terjadi pembengkakan dan edema kulit ringan akibat
periostitis. Palpasi: seperti ada penebalan ringan atau seperti meraba beludru.
Rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis
maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau
nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan
sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.
Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap.
Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah posisi waters, PA dan lateral. Akan
tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air
fluid level) pada sinus yang sakit.
flora
normal
di
hidung
atau
kuman
patogen,
seperti
GEJALA MINOR
- Nyeri kepala
- Hidung buntu
- Napas bau
- Nyeri gigi
- Gangguan membau
- Batuk
- Nyeri / berat / tertekan pada
- Panas
telinga
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang antara lain foto Rontgen,
CT Scan, Endoskopi, biakan dan uji kepekaan kuman
2.8 KOMPLIKASI
1.
Komplikasi orbita
left frontal sinusitis with draining fistula
Sinusitis
ethmoidalis
orbita
Pembengkakan
merupakan
yang
tersering.
orbita
dapat
manifestasi
Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita
akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan
pada anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus
ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini.
b.
Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif
menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk.
c.
d.
e.
Oftalmoplegia.
Kemosis konjungtiva.
Kelemahan pasien.
2.
Mukokel
Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam
sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut
sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat
membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat
bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat
Disamping trombosis sinus kavernosus yang telah dijelaskan diatas, salah satu
komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut. Infeksi dari sinus
paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung dari sinus yang
berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina
kribriformis di dekat sistem sel udara etmoidalis.
(2) Abses dura
Empiema subdural
Adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium; seringkali
mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini mungkin timbul lambat sehingga pasien
mungkin hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu
menimbulkan tekanan intrakranial yang memadai, mungkin tidak terdapat gejala
neurologik lain. Abses subdural adalah kompulan pus diantara duramater dan
araknoid atau permukaan otak. Gejala-gejala kondisi ini serupa dengan abses dura
yaitu nyeri kepala yang membandel dan demam tinggi dengan tanda-tanda
rangsangan meningen. Gejala utama tidak timbul sebelum tekanan intrakranial
meningkat atau sebelum abses memecah ke dalam ruang subaraknoid.
(3) Abses otak
Setelah sistem vena dalam mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat
dimengerti bahwa dapat terjadi perluasan metastasik secara hematogen ke dalam
otak. Namun, abses otak biasanya terjadi melalui tromboflebitis yang meluas
secara langsung. Dengan demikian, lokasi abses yang lazim adalah pada ujung
vena yang pecah, meluas menembus dura dan araknoid hingga ke perbatasan
antara substansia alba dan grisea korteks serebri. Pada titik inilah akhir saluran
vena permukaan otak bergabung dengan akhir saluran vena serebralis bagian
sentral.
Terapi komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase
secara bedah pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran
infeksi.
4.
Osteomielitis os frontal
(2) Medikamentosa
a) Non operatif (untuk sinusitis akut)
-
mencukupi 10-14 hari. Jika tidak ada perbaikan maka diberikan terapi
antibiotik lini II selama 7 hari yakni amoksisilin klavulanat/ampisilin
sulbaktam, cephalosporin generasi II, makrolid dan terapi tambahan. Jika ada
perbaikan antibiotic diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.
b) Operatif (untuk sinusitis kronik)
Tindakan bedah sederhana pada sinusitis maksilaris kronik adalah
membuat suatu lubang drainase yang memadai. Prosedur yang paling lazim
adalah nasoantrostomi atau pembentukan fenestra nasoantral
Etmoiditis kronik hampis selalu menyertai penyakit kronik pada sinus
frontalis atau maksilaris, dan mungkin membutuhkan terapi bedah. Etmoiditis
kronik dapat menyertai poliposis hidung kronik dan tentunya pengangkatan
polip penyakit. Prosedur yang dikenal sebagai etmoidektomi ini, dapat
dilakukan dengan jalan intranasal, transnasal, atau eksternal
Komplikasi seperti abses subperiosteum, osteitis dan osteomielitis lebih
sering terjadi pada sinusitis frontalis. Pengobatan sinusitis frontalis kronik
seringkali memerlukan intervensi bedah setelah infeksi akut dan faktor lainnya
diatasi. Duktus nasofrontalis biasanya tersumbat dan tak dapat diperbaiki,
daerah
kompleks
osteomeatal
yang
menjadi
sumber
penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus dapat lancar
kembali melalui ostium alami.
Indikasi umumnya adalah untuk rinosinusitis kronik atau rinosinusitis akut
berulang dan polip hidung yang telah diberi terapi medikamentosa yang
optimal. Indikasi umumnya adalah untuk rinosinusitis kronik atau rinosinusitis
akut berulang dan polip hidung yang telah diberi terapi medikamentosa yang
optimal.
Kontraindikasi:
a.
b.
c.
(3) Edukasi
-
Hindari infeksi saluran pernapasan atas. Kurangi kontak dengan orang yang
mengalami pilek. Cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air, khususnya
sebelum makan.
Hindari asap rokok dan polusi udara. Asap tembakau atau polusi udara lain
dapat mengiritasi dan menyebabkan radang pada paru-paru dan jalan napas.
Gunakan pelembab udara. Jika udara dirumah kering, seperti jika udara panas
dirumah, menggunakan pelembab udara dapat membantu mencegah sinusitis.
Pastikan pelembab udara tetap bersih dan bebas jamur secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
-
Damayanti dan Endang, Sinus Paranasal, dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku
Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta
2002, 115 119.
Kelompok 2 :
Moderator
: Fiska Rahmawati
H2A010017
Sekretaris
: Maria Ulfah
Nuzulia Nimatina
: Alifia Assyifa
H2A010032
H2A010037
H2A010002
Anggota
Astrid Avidita
H2A010007
Diana Ratih
H2A010012
H2A010022
Juhendra Fathoni
H2A010027
R Prindjati Prakasa
H2A010042
Shofia Rachmawati
H2A010047
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012