PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Abstrak
Dalam proses pembelajaran, seorang guru menjadi satu-satunya sumber info.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi
pasif. Siswa hanya mendengarkan tanpa ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM). Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok, karena
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Oleh karena itu,
guru dituntut kreatif mungkin dalam mengolah proses pembelajaran. Agar proses belajar
mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah satu strateginya
adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran Learning
Cycle 5E dapat menjadi salah satu alternatifnya, ini karena merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa lebih aktif,
tidak hanya mendengarkan penjelasan guru di depan. Model pembelajaran ini terdiri
dari lima fase, yaitu fase pembangkitan minat, fase eksplorasi, fase penjelasan, fase
penerapan konsep, dan fase evaluasi.
Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Model pembelajaran Learning Cycle
PENDAHULUAN
Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah, baik masalah dalam mata pelajaran lain ataupun dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sampai sekarang ini, masih banyak siswa yang
berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan merupakan pelajaran
yang penuh dengan rumus-rumus. Fenomena ini timbul selain karena matematika
berkaitan dengan hal-hal abstrak, juga karena matematika merupakan ilmu yang
terstruktur dan saling berkaitan antar satu topik dengan topik lainnya. Materi yang satu
mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya.
Dalam proses pembelajaran selama ini, seorang guru menjadi satu satunya
sumber info. Fakta tersebut menunjukkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar
(KBM) menjadi pasif. Siswa hanya mendengarkan tanpa ikut aktif dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM). Semakin lama siswa merasa jenuh dan bosan sehingga hasil
belajar siswa mengalami penurunan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dalam
mengelolah proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan
PEMBAHASAN
Pembelajaran Matematika
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya (Uzer Usman, 2002: 5).
Senada dengan pendapat Uzer Usman, Herman Hudojo (2005: 71) menyatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses aktif dalam diri siswa untuk memperoleh
pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku dalam
dirinya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh individu sebagai sebuah pengalaman yang
pada akhirnya akan menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang
telah dilakukan.
Menurut Uzer Usman (2002: 4) pembelajaran atau proses belajar-mengajar
didefinisikan sebagai suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Amin Suyitno (2004: 2) pembelajaran adalah upaya
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa. Hal senada juga diungkapkan oleh Sugihartono,dkk
(2007: 81) yang mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal. Secara lebih ringkas I Nyoman Degeng (Hamzah B. Uno, 2007: 2) menyatakan
bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Berdasarkan pengertian
di atas, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya penataan lingkungan
yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi yang sengaja dibuat untuk menciptakan suatu lingkungan
yang kondusif sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung efektif dan efisien
serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai
dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Oemar Hamalik,
(2005: 30) tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, diantaranya pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani,
budi pekerti, dan sikap. Jadi jika seseorang berhasil dalam belajarnya akan terlihat
terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak.
Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan
daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar
dengan tujuan untuk membekali siswa mengenai kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama. Menurut Gagne
(Erman Suherman, dkk: 2003: 33) dalam belajar matematika ada dua objek penting
yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep,
dan aturan, sedangkan objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
menyelesaikan masalah, belajar mandiri, dan bersikap positif terhadap matematika.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006: 416-417).
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah
proses interaksi belajar-mengajar matematika antara siswa dan guru yang melibatkan
segala aspek di dalamnya untuk mencapai tujuan kurikulum agar proses pembelajaran
berkembang secara optimal. Dalam merancang pembelajaran matematika guru
diharapkan dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan
aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama. Dengan adanya
pembelajaran matematika yang dirancang dengan baik dan dilakukan secara efektif dan
efisien akan diperoleh hasil belajar sesuai dengan target yang diinginkan.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dalam kegiatan pembelajaran perlu
memperhatikan aspek keterkaitan. Agar pembelajaran berhasil mencapai
tujuan, hendaknya guru lebih melibatkan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Salah satu caranya dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan konsep yang telah diperolehnya,
sehingga pengetahuan menjadi lebih bermakna dan relevan. Dan kegiatankegiatan tersebut terfasilitasi oleh model Learning Cycle.
Saran
Mengingat fakta mengenai guru menjadi satu-satunya sumber info dalam proses
pembelajaran selama ini sehingga siswa hanya mendengarkan tanpa ikut aktif dan
menjadikan kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi pasif maka penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran
sehingga siswa dapat ikut berperan aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aksela, M. 2005. Disertation: Supporting Meaningful Chemistry Learning and Higherorder Thinking through Computer-Assisted Inquiry: A Design Research
Aproach. Helsinky : Faculty of Science University of Helsinky.
Ali, Muhammad. 1993. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Depdiknas, 2004, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: UM Press.
Santoso, Slamet. 2005. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugihartono. Dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pres.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang : modul Pembelajaran UNNES.
Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaraj Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara