Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Putri Inas Nurjamilah


Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Teknik, Matematika, dan IPA
Universitas Indraprasta PGRI

Abstrak
Dalam proses pembelajaran, seorang guru menjadi satu-satunya sumber info.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi
pasif. Siswa hanya mendengarkan tanpa ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM). Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok, karena
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Oleh karena itu,
guru dituntut kreatif mungkin dalam mengolah proses pembelajaran. Agar proses belajar
mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah satu strateginya
adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran Learning
Cycle 5E dapat menjadi salah satu alternatifnya, ini karena merupakan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa lebih aktif,
tidak hanya mendengarkan penjelasan guru di depan. Model pembelajaran ini terdiri
dari lima fase, yaitu fase pembangkitan minat, fase eksplorasi, fase penjelasan, fase
penerapan konsep, dan fase evaluasi.
Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Model pembelajaran Learning Cycle

PENDAHULUAN
Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah, baik masalah dalam mata pelajaran lain ataupun dalam
kehidupan sehari-hari. Namun sampai sekarang ini, masih banyak siswa yang
berpendapat bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan merupakan pelajaran
yang penuh dengan rumus-rumus. Fenomena ini timbul selain karena matematika
berkaitan dengan hal-hal abstrak, juga karena matematika merupakan ilmu yang
terstruktur dan saling berkaitan antar satu topik dengan topik lainnya. Materi yang satu
mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya.
Dalam proses pembelajaran selama ini, seorang guru menjadi satu satunya
sumber info. Fakta tersebut menunjukkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar
(KBM) menjadi pasif. Siswa hanya mendengarkan tanpa ikut aktif dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM). Semakin lama siswa merasa jenuh dan bosan sehingga hasil
belajar siswa mengalami penurunan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dalam
mengelolah proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan

memilih model pembelajaran yang menarik. Model pembelajaran adalah kerangka


konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran
merupakan unsur penting yang mendukung tercapainya suatu tujuan yang telah
ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Melalui model pembelajaran, seorang guru
dapat merancang dan mengarahkan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Salah satu alternatif dalam mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
menerapkan model pembelajaran learning cycle-5E. Model pembelajaran learning
cycle5E adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centerred). Learning cycle5E merupakan rangkaian tahapan kegiatan (fase) yang
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga pembelajar dapat menguasai kompetensi
kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Learning Cycle juga merupakan model pembelajaran yang berbsis konstruktivistik yang
dapat mengembangkan kinerja kelas kelas yang hidup karena selalu menekankan
siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan guru lebih berperan sebagai
fasilitator bukan sebagai sumber info.

PEMBAHASAN
Pembelajaran Matematika
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya (Uzer Usman, 2002: 5).
Senada dengan pendapat Uzer Usman, Herman Hudojo (2005: 71) menyatakan bahwa
belajar merupakan suatu proses aktif dalam diri siswa untuk memperoleh
pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku dalam
dirinya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh individu sebagai sebuah pengalaman yang
pada akhirnya akan menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang
telah dilakukan.
Menurut Uzer Usman (2002: 4) pembelajaran atau proses belajar-mengajar
didefinisikan sebagai suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Amin Suyitno (2004: 2) pembelajaran adalah upaya
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan
kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa
serta antara siswa dengan siswa. Hal senada juga diungkapkan oleh Sugihartono,dkk
(2007: 81) yang mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang
dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
optimal. Secara lebih ringkas I Nyoman Degeng (Hamzah B. Uno, 2007: 2) menyatakan
bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Berdasarkan pengertian

di atas, maka pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya penataan lingkungan
yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi yang sengaja dibuat untuk menciptakan suatu lingkungan
yang kondusif sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung efektif dan efisien
serta tujuan pembelajaran dapat tercapai. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai
dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Oemar Hamalik,
(2005: 30) tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, diantaranya pengetahuan,
pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani,
budi pekerti, dan sikap. Jadi jika seseorang berhasil dalam belajarnya akan terlihat
terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak.
Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan
daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar
dengan tujuan untuk membekali siswa mengenai kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama. Menurut Gagne
(Erman Suherman, dkk: 2003: 33) dalam belajar matematika ada dua objek penting
yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep,
dan aturan, sedangkan objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
menyelesaikan masalah, belajar mandiri, dan bersikap positif terhadap matematika.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006: 416-417).
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah
proses interaksi belajar-mengajar matematika antara siswa dan guru yang melibatkan
segala aspek di dalamnya untuk mencapai tujuan kurikulum agar proses pembelajaran
berkembang secara optimal. Dalam merancang pembelajaran matematika guru
diharapkan dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan

aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama. Dengan adanya
pembelajaran matematika yang dirancang dengan baik dan dilakukan secara efektif dan
efisien akan diperoleh hasil belajar sesuai dengan target yang diinginkan.

Model Pembelajaran Learning Cycle


Salah satu pembelajaran yang menerapkan model konstruktivisme adalah model
pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar). Model Learning Cycle pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study
(SCIS). Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan kemudahan
untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang pengetahuan siswa,
(Santoso, 2005:34). Menurut Ali (1993) siklus belajar adalah proses pembelajaran yang
di dalamnya terdapat rangkaian kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur.
Sementara Aksela (2005) menyatakan dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Setiap siswa
harus dapat membangun pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri karena tugas seorang
guru hanyalah memfasilitasi.
Pada awalnya model Learning Cycle terdiri atas tiga tahap: eksplorasi
(exproration), pengenalan konsep (concept introduction) dan penerapan konsep (concept
aplication). Pada proses selanjutnya tiga tahap tersebut mengalami pengembangan.
Menurut Lorsbach (dalam Wena, 2011:171), tiga tahap siklus dikembangkan menjadi
lima tahap: (1) pembangkitan minat (engagement), (2) eksplorasi (exploration), (3)
penjelasan (explanation), (4) elaborasi (elaboration/extention), dan (5) evaluasi
(evaluation).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa learning cycle (siklus belajar)
adalah pembelajaran dengan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur
dengan tahapan : pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration),
penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration/ extention), dan evaluasi (evaluation),
setiap siswa harus dapat membangun pengetahuan itu di dalam otaknya sendiri karena
tugas seorang guru hanyalah memfasilitasi.
1. Fase Pembangkitan Minat (Engagement)
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dengan
keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari
(yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan memberikan
respon jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh guru untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan dibahas.
2. Fase Eksplorasi (Exploration)
Pada fase ini, siswa diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifan siswa untuk
menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif yang diambil, mencatat hasil
pengamatan dan mendiskusikan dengan siswa yang lain. Sehingga siswa memiliki
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kelompok kecil tanpa pengajaran
langsung dari guru. Pada fase ini guru sebagai fasilitator.

3. Fase Penjelasan (Explanation)


Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan
mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Siswa dituntut untuk menjelaskan
konsep yang sedang dipelajari dalam kalimat mereka sendiri. Pada fase ini siswa
menemukan istilahistilah dari konsep yang dipelajari.
4. Fase Penerapan Konsep (Elaboration)
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah
dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan menerapkannya pada situasi yang baru
melalui kegiatankegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat dan memperluas
konsep yang telah dipelajari.
5. Fase Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru dapat mengamati
pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep yang diperoleh. Siswa
dapat melakukan evaluasi diri dengan mangajukan pertanyaan terbuka dan mencari
jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh
sebelumnya. Hasil evalasi diri ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang
proses penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan
dengan baik, cukup baik, atau masih kurang. Melalui evaluasi diri, siswa juga dapat
mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah
dilakukan.
Secara ringkas tahap-tahap pada model Learning Cycle seperti terlihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Model Learning Cycle

Adapun manfaat model siklus belajar adalah:


1. Model siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan pembelajaran
yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri dengan penguasaan
konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep;
2. Model siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam pengajaran yang
menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa kesinambungan
terhadap konsep-konsep yang menjembatani statistika dan teknologi;
3. Model siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang diperlukan
untuk mengembangkan penguasaan konsep;
4. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama
dengan teman-temannya;
5. Model siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
konsep atau gagasan yang telah mereka miliki dan menguji serta mendiskusikan
gagasan tersebut secara terbuka;
6. Model siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan. Mereka
memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk mengembangkan konsep
tersebut lebih lanjut.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dalam kegiatan pembelajaran perlu
memperhatikan aspek keterkaitan. Agar pembelajaran berhasil mencapai
tujuan, hendaknya guru lebih melibatkan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Salah satu caranya dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan konsep yang telah diperolehnya,
sehingga pengetahuan menjadi lebih bermakna dan relevan. Dan kegiatankegiatan tersebut terfasilitasi oleh model Learning Cycle.

Saran
Mengingat fakta mengenai guru menjadi satu-satunya sumber info dalam proses
pembelajaran selama ini sehingga siswa hanya mendengarkan tanpa ikut aktif dan
menjadikan kegiatan belajar mengajar (KBM) menjadi pasif maka penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran
sehingga siswa dapat ikut berperan aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Aksela, M. 2005. Disertation: Supporting Meaningful Chemistry Learning and Higherorder Thinking through Computer-Assisted Inquiry: A Design Research
Aproach. Helsinky : Faculty of Science University of Helsinky.
Ali, Muhammad. 1993. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
B. Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Depdiknas, 2004, Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika, Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Malang: UM Press.
Santoso, Slamet. 2005. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugihartono. Dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pres.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang : modul Pembelajaran UNNES.
Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaraj Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai