OLEH :
NAMA
TINGKAT
: SERLIN MALAE
: II A KEBIDANAN
0 | Page
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan atas nabi besar Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Al-hamdulillah, akhirnya apa yang telah direncanakan untuk menyelesaikan makalah ini
bisa terlaksana. Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas akademik mata kuliah
Pendidikan Anti Korupsi.
Tak ada gading yang tak retak, penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya bila
di dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan. Kebenaran dan
kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Semoga Allah mengampuni dosa kita semua.
Amiiin
Gorontalo, 11 Februari 2015
Penyusun
SERLI MALAE
1 | Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.
Dalam konteks perjalanan bangsa Indonesia ....................................................
BAB II PEMABAHASAN..................................................................................................
1.Pengertian korupsi...........................................................................................
13
13
14
15
16
19
19
PENUTUP ........................................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
2 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks perjalanan bangsa Indonesia, persoalan korupsi memang telah
mengakar dan membudaya. Bahkan dikalangan mayoritas pejabat publik, tak jarang yang
menganggap korupsi sebagai sesuatu yang lumrah dan Wajar. Ibarat candu, korupsi telah
menjadi barang bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka akan membuat stress para
penikmatnya. Korupsi berawal dari proses pembiasaan, akhirnya menjadi kebiasaan dan
berujung kepada sesuatu yang sudah terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat Negara.
Tak urung kemudian, banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya
penegakan hukum untuk menumpas koruptor di Negara kita. Jika dikatakan telah membudaya
dalam kehidupan, lantas darimana awal praktek korupsi ini muncul dan berkembang?,
bagaimana penegakan hukum dan pemberantasannya?. Semoga tulisan ini dapat sedikit
memberikan jawaban dari beberapa pertanyaan di atas.
3 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Korupsi
Definfinisi:
Korupsi (bahasa Latin:corruptio dari kata kerjacorrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) ataurasuah adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang
dikuasakan
kepada
mereka
untuk
mendapatkan
keuntungan
sepihak.
Dari sudut pan dang Umum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsurunsur sebagai berikut:
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan), karna tidak ada
orang yang tahu (karna dia bukan orang)
ikut serta dalam pengadaan (nggadakno seng ganok lek wes ono
disengetno), dan
Titik
ujung
korupsi
adalah kleptokrasi,
yang
arti
tidak
ada
sama
sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika,
4 | Page
pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal
ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan
antara
korupsi
dan
kriminalitas|kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
BENTUK-BENTUK KORUPSI
Adapun bentuk-bentuk korupsi yang sudah lazim dilakukan di lingkungan instansi
pemerintah pusat maupun daerah, BUMN dan BUMD serta yang bekerjasama dengan
pihak ketiga adalah sebagai berikut :
Menggunakan uang yang tidak tepat, memalsukan dokumen dan menggelapkan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, dan
menyalahgunakan keuangan.
Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah mencurangi dan memperdaya
serta memeras.
Mengabaikan keadilan, memberi kesaksian palsu menahan secara tidak sah dan
menjebak.
Menyuap, menyogok, memeras, mengutip pungutan secara tidak sah dan meminta
komisi.
Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi dan
membuat laporan palsu.
Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah, dan surat izin
pemerintah.
Menerima hadiah uang jasa, uang pelicin dan hiburan, perjalanan yang tidak pada
tempatnya.
5 | Page
Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah jabatan dan hak istimewa
jabatan.
6 | Page
adalah posisi orang suruhan dalam kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan abdi dalem.
Abdi dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini, cenderung selalu bersikap manis untuk
menarik simpati raja atau sultan. Hal tersebut pula yang menjadi embrio lahirnya kalangan
opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki potensi jiwa yang korup yang begitu besar
dalam tatanan pemerintahan kita dikmudian hari.
Kedua, Fase Zaman Penjajahan. Pada zaman penjajahan, praktek korupsi telah
mulai masuk dan meluas ke dalam sistem budaya sosial-politik bangsa kita. Budaya
korupsi telah dibangun oleh para penjajah colonial (terutama oleh Belanda) selama 350
tahun. Budaya korupsi ini berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja
dijadikan badut politik oleh penjajah, untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu,
semisal demang (lurah), tumenggung (setingkat kabupaten atau provinsi), dan pejabatpejabat lainnya yang notabene merupakan orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk
menjaga dan mengawasi daerah territorial tertentu.
Mereka yang diangkat dan dipekerjakan oleh Belanda untuk memanen upeti atau
pajak dari rakyat, digunakan oleh penjajah Belanda untuk memperkaya diri dengan
menghisap hak dan kehidupan rakyat Indonesia. Sepintas, cerita-cerita film semisal Si
Pitung, Jaka Sembung, Samson & Delila, dll, sangat cocok untuk menggambarkan situasi
masyarakat Indonesia ketika
2.
7 | Page
Faktor eksternal:
Kesempatan: Biasanya oleh pemilik kekuasaan, pelaku pelaksana peraturan/UU,
pengatur/pengelola kebijakan.
Kebutuhan: Biasanya oleh masyarakat pengguna UU, kebijakan, peraturan,
persyaratan.
2.
menunjuk
dengan
tegas,
Inilah
akar
korupsi
yang
sebenarnya!
Mengapa? mungkin karena posisi akar yang tak tampak di permukaan. Sebenarnya
akar penyebab korupsi itu apa? Siapa? Di mana? Dari mana? Apakah ada faktor
budaya, faktor keturunan, pola asuh dan pola didik keluarga, sistem pendidikan,
ataukah faktor lingkungan? Siapa yang memulai? Apakah aparat penegak hukum
(jaksa, polisi, hakim) ataukah mereka yang menyuap polisi, jaksa dan hakim?
Karena tidak jelas akar penyebabnya, akhirnya kita sering dibuat bingung sendiri, dari
mana seharusnya kita mulai memberantas wabah korupsi ini. Apakah harus mulai
dari atas atau dari bawah, dari aparatnya atau pelakunya, dari yang kakap atau yang
teri, dari pejabat atau rakyatnya?
8 | Page
Seandainya lembaran hitam praktik korupsi di negeri ini kita sobek dan kita
buang, bagaimana kita akan membuka lembaran baru? Bagaimana mulai
membangun dan membentuk generasi yang bebas korupsi di masa yang akan
datang? Bagaimana kita akan membentuk pribadi-pribadi yang jujur, bersih, punya
integritas, disiplin dan anti korupsi?
Jika kita sudah tahu, akar penyebab korupsi, mudah-mudahan kita bisa
melakukan langkah-langkah penanggulangan atau paling tidak pencegahan. Mungkin
kita bisa memulai dari diri-sendiri, keluarga dan lingkungan di sekitar kita. Mari kita
bangun generasi masa depan yang jujur, bersih dan bebas korupsi !
3.
bahwa virus kemiskinan yang menjangkit di tubuh masyarakat adalah buah dari budaya
malas dan etos kerja yang rendah (culture of poverty). William Ryan, seorang sosiolog
ahli kemiskinan, menyatakan bahwa kemiskinan bukanlah akibat dari berkurangnya
semangat wiraswasta, tidak memiliki hasrat berprestasi, fatalis. Pendekatan ini dapat
disebut sebagai blaming the victim (menyalahkan korban).
Pada
tahun
2000-2001, the
Partnership
for
Governanve
Reform
in
Indonesia andthe World Bank telah melaksanakan proyek Corruption and the
Porr. Proyek ini memotret wilayah permukiman kumuh di Makassar, Yogyakarta, dan
Jakarta. Tujuannya ingin menjelaskan bagaimana korupsi mempengaruhi kemiskinan
kota.
Dengan
mengaplikasikan
suatu
metode the
Participatory
Corruption
assessment (PCA), di setiap lokasi penelitian, tim proyek melakukan diskusi bersama
9 | Page
mengikis
kepercayaan
dan
memberangus
hubungan
serta
kejahatan
dalam
tidak
diragukan,
menyuburkan
berbagai
jenis
masyarakat. Menurut Alatas, melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau penjahat
perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi berbagai oraganisasi negara
dan mencapai kehormatan. Di India, para penyelundup yang populer sukses menyusup
ke dalam tubuh partai dan memangku jabatan penting. Bahkan, di Amerika Serikat,
melalui suap, polisi korup menyediakan proteksi kepada organisasi-organisasi kejahatan
dengan pemerintahan yang korup. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula
kejahatan.
Menurut Transparensy International, terdapat pertalian erat antara jumlah korupsi
dan jumlah kejahatan. Rasionalnya, ketika angka korupsi meningkat, maka angka
kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya, ketika angka korupsi berhasil
dikurangi,
maka
kepercayaan
masyarakat
terhadap
penegakan
hukum
(law
enforcement) juga meningkat. Jadi bisa dikatakan, mengurangi korupsi dapat juga
(secara tidak langsung) mengurangi kejahatan lain dalam masyarakat. Soerjono Soekanto
menyatakan bahwa penegakan hukum di suatu negara selain tergantung dari hukum itu
sendiri, profesionalisme aparat, sarana dan prasarana, juga tergantung pada kesadaran
hukum masyarakat. Memang secara ideal, angka kejahatan akan berkurang jika timbul
kesadaran masyarakat (marginal detterence). Kondisi ini hanya terwujud jika tingkat
kesadaran hukum dan kesejahteraan masyarakat sudah memadai.
.
10 | P a g e
Korupsi administratif
Secara administratif, korupsi bisa dilakukan sesuai dengan hukum, yaitu
meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan, serta korupsi
yang bertentangan dengan hukum yaitu meminta imbalan uang untuk melakukan
pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan.
Di tanah air, jenis korupsi administratif berwujud uang pelicin dalam mengurus
berbagai surat-surat, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Ijin Mengemudi
(SIM), akte lahir, dan paspor agar prosesnya lebih cepat. Padahal, seharusnya tanpa
uang pelicin surat-surat ini memang harus diproses dengan cepat.
2.
Korupsi politik
Jenis korupsi politik muncul dalam bentuk uang damai. Misalnya, uang yang
diberikan dalam kasus pelanggaran lalu lintas agar si pelanggar tidak perlu ke
pengadilan.
Manajemen kerja birokrasi yang efisien sungguh merupakan barang yang
langka di tanah air. Menurut HS. Dillon, birokrasi hanya dapat digerakkan oleh
politikus yang berkeahlian dalam bidangnya. Bukan sekedar pejabat yang direkrut
dari kalangan profesi atau akademikus tanpa pengalaman dan pemahaman tentang
kerumitan birokrasi.
11 | P a g e
12 | P a g e
yang klasik. Singkatnya, demoralisasi terhadap perilaku koruptif kalangan elit pemerintah,
juga sering menyuburkan perilaku koruptif di kalangan masyarakat.
Aspek demoralisasi juga mempengaruhi lembaga internasional dalam menetapkan
kebijakan untuk membantu negara-negara berkembang. Lembaga internasional menolak
membantu negara-negara yang korup. Sementara pada gradasi tertentu, praktik korupsi
akan memunculkan antipati dan mendorong sumber-sumber resistensi yang luar biasa di
kalangan warga masyarakat. Akibatnya kemudian adalah terjadinya delegitimasi aparat
dan lembaga pemerintahan, oleh karena mereka dianggap warga masyarakat tidak
kredibel. Menurut Sun Yan Said, korupsi menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial,
dan keterasingan politik.
4. Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor internal (niat) dan faktor
eksternal (kesempatan). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang meliputi prilaku dan
nilai-nilai yang dianut, sedangkan kesempatan terkait dengan sistem yang berlaku. Upaya
pencegahan korupsi dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada semua
individu. Setidaknya ada 9(Sembilan) nilai-nilai anti korupsi yang penting
untuk ditanamkan pada semua orang, yaitu :
1.
5.
Kejujuran
A.
Kepedulian
B.
Kemandirian
C.
Kedisiplinan
D.
Tanggung jawab
E.
Kerja Keras,
F.
Sederhana,
G.
Keberanian, dan
H.
Keadilan.
13 | P a g e
6.
korupsi
1) Bidang Logistik a. Peran Teknologi Informasi seperti pembangunan e-Procurement
dalam meminimalisasi resiko tindak pidana pada penyelenggaraan Pengadaan Barang
dan Jasa dapat meningkatkan asas transparansi, akuntabilitas dan dependensi
2) Bidang Operasional Peningkatan pengawasan kegiatan operasional khususnya pada
hukum korupsi dengan porsi yang proporsional dan independen bagi pihak terkait yang
bertugas melakukan audit
3) Bidang SDM
a. Perlunya edukasi lanjut dibidang hukum korupsi terutama untuk auditor internal
sebagai pihak yang bertugas untuk melakukan audit serta pengawasan terhadap
pelaksanaan dari tindakan yang berpotensi terhadap terjadinya penyelewengan
serta benturan kepentingan
b. Sikap kepatuhan tinggi untuk seluruh karyawan terhadap norma-norma hukum yang
berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis tanpa melihat status sosialnya
c. Perlu adanya sosialisasi yang intensif tentang pedoman umum GCG, penyusunan
code of conduct, kaitan GCG dengan pencegahan korupsi, dan best practises
dalam penerapan GCG melalui pengawasan yang ketat oleh lembaga pengawas
dan pembina yaitu kementerian BUMN.
d. Budaya hukum, etos kerja serta kualitas karyawan yang harus mendukung
4) Suatu
lembaga
lebih
mempertegas
atau
memperketat
pengawasan
kepada
karyawannya.
5) Meminta laporan pengeluaran setiap bulannya
6) Lembaga atau pegawai atau pemerintahan lebih transparan dalam membuat suatu
laporan keuangannya.
7) Suatu karyawan yang mengurus keuangan dimintai riwayat hidup (jumlah harta) yang
akurat.
8) Membentuk suatu jaringan atau lembaga anti korupsi dan memperbanyak jaringan
yang akurat dan terpercaya.
9) penerapan pakta integritas bagi seluruh pegawai, dengan mengucapkan sumpah
untuk bekerja secara profesional dan secara moral rela mengundurkan diri bila di
kemudian hari terbukti menyimpang dari ketentuan yang berlaku;
10) memperkenalkan layanan satu atap satu pintu (one stop services) dengan
menyederhanakan
prosedur
layanan,
mengedepankan
transparansi
melalui
14 | P a g e
adalah melalui penghapusan semua honor dan memberlakukan pemberian satu honor
menyeluruh kepada pegawai yang didasarkan pengukuran atas prestasi kerja
13) penerapan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang konsisten, penegakan
hukum yang tegas bagi yang melanggarnya. Merubah sistem pengadaan barang dan
jasa melalui sistem elektronik
14) menerapkan anggaran berbasis kinerja dengan melibatkan perwakilan masyarakat
dalam menyusun rencana anggaran belanja tahunan yang didasarkan atas kebutuhan
riil daerah serta membuka akses bagi masyarakat untuk memberikan kritik dan saran
15) mendorong partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan
masukan yang konstruktif bagi usaha pemerintah dalam membangun masyarakat
serta dalam memantau pelaksanaan program kerja pemerintah untuk mewujudkan
sistem pemerintahan yang transparan.
16) kesiapan dan keahlian dari personel penegak hukum dalam menangani kasus korupsi
yang semakin sistemik dan rumit,
17) Perlunya dukungan politik yang konsisten dari pemerintah
18) Perlunya dukungan masyarakat luas baik masyarakat Indonesia mau pun dukungan
internasional untuk mendukung terlaksananya program antikorupsi yang telah disusun
dan dipublikasikan selama ini
7. Tindak pidana korupsi dalam peraturan perundan-undangan di
indonesia
a. bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945;
b. bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan
pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi;
c. bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
masyarakat, karena itu perlu diganti dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi;
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 31 TAHUN 1999
TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam
15 | P a g e
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945;
b. bahwa akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan
pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi;
c. bahwa Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
masyarakat, karena itu perlu diganti dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegah dan
memberantas tindak pidana korupsi.
8. Peran dan keterlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi
Peran mahasiswa
1.
Pemberantasan
korupsi(terutama
pencegahan)
perlu
melibatkan
peran
serta
Menjaga diri dan komunitas mahasiswa bersih dari korupsi dan perilaku koruptif
3.
dalam memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah
masyarakat intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus
mahasiswa? Karena mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan
memiliki semangat yang sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini
mahasiswa dipandang bisa cukup signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan
atau struktur pemerintahan. Di sisi lain mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan
masyarakat lainnya untuk menuntut hak mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh
pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda yang mana
dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno
sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan dari kalangan
mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno
mengalami keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian mahasiswa tampil
dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde
baru. Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan
yang kemudian melahirkan reformasi.
Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk
memperoleh cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka
tentunya mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme
mereka. Memang tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur
idealismenya karena terbuai dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut
ternyata membuat mereka semakin berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang
16 | P a g e
ada di sekitar mereka dan kecenderungan memikirkan diri mereka sendiri. Padahal
perjuangan mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada hal lainnya yang menanti untuk
diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan memberantas korupsi.
Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi
merupakan kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya
keadilan dan kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa
sadar dan bertindak. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a.
17 | P a g e
18 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap
kepercayaan
atau
amanah
yang
diberikan,
kedua
penyalahgunaan
wewenang,
A. Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memilih
manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar kita
tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat menambah wawasan dan pemikiran yang
intelektual khususnya dalam mata kuliah anti korupsi.
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
MM.Khan. 2000. Political And Administrative Corruption Annota Ted Bibliography.
Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Yang Bersih Dan Bebas Dari
Kolusi, Korupsi Dan Nepotisme
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantas Tindak Pidana Korupsi
20 | P a g e