Anda di halaman 1dari 9

1.

Fisiologi dan anatomi organ reproduksi betina


Alat Genitalia Eksterna :

Labia mayora terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,
terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke
bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk commisura
posterior.
Labia minora suatu lipatan tipis dari kulit sebelh dalam labium mayora. Ke

depan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk di atas clitoris preputium
clitoridis,

dan

di

bawah

clitoris

frenulum

clitoris.

ke belakang fossa navikulare.


Ciltoris kira-kira sebesar kacang ijo, terdiri atas glans clitoris , corpus clitoris,

dan dua krura yang menggantung clitoris ke os pubis.


Vulva merupakan suatu nama yang diberikan terhadap alat kelamin betina bagian luar
termasuk clitoris dan vestibulum. Kira-kira 7-10 cm masuk ke dalam dari lubang luar dan
pada lantai atau dinding ventral vestibulum terdapat celah sepanjang 2,5 cm. Celah ini
merupakan pintu masuk ke dalam kantung suburetra (diverticulum suburethralis) dan juga
merupakan sebagai orivicium urethralis. Saluran urethra masuk ke dalam vestibulum
sedikit di depan saluran buntu tadi. Saluran buntu sendiri panjangnya 3-4 cm. Saluran
urethra

berjalan

ke

depan,

tepat

dibawah

vagina,

ke

kantung

air

seni.

Di sebelah menyebelah vestibulum, di sisi lateral orificium urethralis dan sedikit di


belakangnya, terdapat lubang ke kelenjar bulbovestibular. Kelenjar-kelenjar ini
nampaknya berperan kurang penting pada sapi. Kelenjar ini adalah homolog dengan
kelenjar

bulbo-urethtralis

pada

sapi

jantan.

Lubang luar alat kelamin sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan
mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit disebelah
ventral. Labia mayora yang tebal ditutupi oleh rambut-rambut halus sampai tempat
sambungan dengan mucosa. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat
reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya.
Alat Genitalia Interna:
Perpanjangan dari cervix sampai ke tempat urethra dengan saluran alat kelamin
adalah bagian berdinding tipis yang disebut vagina. Mulai dari sini sampai ke lubang
vulva, saluran reproduksi dan air kencing memiliki saluran yang sama, disebut

vestibulum atau sinus urogenetalis. Padasapi yang tidak bunting, vagina dan vestibulum
bersama-sama memiliki panjang 12-30 cm. selama bunting, bila uterus menggantung
masuk ke dalam ruang perut, panjang vagina dapat menjadi dua kali lipat.
Dinding vagina tipis tetapi sangat kuat dan lentur, dan pelebaran vagina hanya dibatasi
oleh dinding pelvis. Sel-sel epitel dinding vagina berubah-ubah selama siklus birahi, dan
ikut memberikan sekresi lendir. Sel-sel yang berada dekat cervix (os. Cervix) terutama
berfungsi sebagai penghasil lender. Sel epitel dinding vagina yang berada dekat cervix
terdiri dari lapisan jajaran sel penghasil lendir dan sel epitel tipis dekat vestibulum lapisan
jajaran sel tadi menebal, dan sel-sel dan sel-sel permukaan sedikit banyak berkornifikasi.
Cervix merupakan bagian alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10
cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan
dengan vagina yang berdinding tipis. Tebal cervix kira-kira3,0 4,4 cm. Lapisan urat
daging cervix sangat tebal, dan mucosanya mempunyai banyak lipatan-lipatan atau
cincin-cincin. Lapisan yang berhadapan saling menindih, membentuk saluran berspiral di
sepanjang cervix. Bentuk ini menyebabkan cervix dapat menutup dengan ketat dengan
satu sumbat dan lender kental selama kebuntingan. Pada waktu melahirkan, cervix
melebar, memungkinkan fetus beserta selaputnya melewatinya. Mucosa cervix
mengandung banyak sel-sel penghasil lendir yang mensekresikan banyak lendir yang
keluar

melalui

vuva

pada

waktu

birahi.

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai
saluran lonjong. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum (OUI),
dan di pinti vagina disebut ostium uteri eksternum (OUE).
Uterus sapi, sama seperti pada ternak besar lainnya, berbentuk bicornua (2 tanduk).
Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke depan dari lubang vulva, tepat di
depan cervix. Corpus uteri yang bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang
2-5 cm dan bagian depan terbagai atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak berdekatan
sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak lebih
panjangdari pada kenyataannya. Kadang-kadang tanduk uteri memanjang masuk ke
dalam cervix, sehingga tak terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk
memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, dan mengangsur mengecil dan melingkar ke
depan dan ke bawah lalu ke belakang dank e atas untuk bersatu dengan tuba fallopi. Dari
tempat pemisahan panjang tanduk uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam
sesuai dengan umur hewan dan factor lain.

Biasanya pada sapi muda dan tak bunting hampir seluruh uterus berada di dalam
ruang pelvis. Uterus dari sapi yang pernah melahirkan beberapa kali, dan terletak
seluruhnya

ke

ruang

perut.

Tebal dinding uterus pada pangkal tanduk 9-12 cm. Mulai dari titik ini sampai dengan
ujung cornua yang kecil dindingnya tipis, dan pada tempat sambungan dengan tuba
fallopi tebalnya hanya kira-kira 2 mm. Dinding uterus terdiri dari 3 lapis urat daging licin,
2 Lapis daging urat membujur, dan satu lapis urat daging melinhkar ditengah-tengahnya
dan

selaput

lendir.

Serabut-serabut urat daging berkesinambungan dari urat daging cervik dan ligament
uterus. Mucosa uterus juga berkesinambungan dengan mucosa cervix. Mucosa uterus
memiliki kelenjar-kelenjar uterus dan banyak sekali penjuluran keeping benih, dan keping
benih ini memiliki liang-liang bercabang tempat penjuluran selaput fetus masuk ke
dalamnya masuk selama bunting. Uterus sapi dapat memiliki 80-120 keping benih,
dengan ukuran pada sapi yang tak bunting mencapai panjang 15-17 mm, lebar 6-9 mm
dan tebal 2-4 mm.
Uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri, bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi masuk uterus.
2.

Korpus uteri, bagian uterus yang terbesar. Rongganya di sebut cavum uteri.

3. Serviks uteri yang terdiri atas : a) pars vaginalis servisis uetri yang
dinamakan

porsio; b) pars supravaginalis servisis uteri, terdapat di atas vagina.

Tuba fallopi sapi betina merupakan satu pasang saluran yang berkelok-kelok dan
berjalan dari ovarium ke bagian yang sempit cornua uteri. Saluran ini terletak dilipatan
peritoneum

berasal

dari

lapisan

lateral

dan

ligament

besar.

Tuba fallopi memiliki garis tengah kecil kira-kira dimulai dari bagian pertengahan
pembuluh sampai titik terdekat persambungan dengan kedua uteri. Di daerah ovarium
tuba fallopi melebar sebagai corong yang disebut infundibulum. Berdasarkan garis tengah
dan kerangka internanya, tuba fallopi terbagi atas tiga bagian isthmus, atau bagian yang
sempit yang berhuungan dengan cornua uteri, ampula atau bagian yang berangsur-angsur
melebar; dan infundibulum yang ujungnya membuka rongga peritoneum.
Tuba fallopi , terdiri atas :
1.
2.
3.

Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus;


Pars

ismika,

bagian

medial

tuba

yang

sempit

seluruhnya;

Pars ampularis, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat

konsepsi

terjadi;

4. Pars infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
fimbria.
Ovarium merupakan organ endokrin atau sitogenik yaitu suatu organ yang
menghasilkan sel dan hormone. Yang mana produk hormonnya langsung diserap oleh
darah. Ovary terdiri sepasang kiri kanan, berbentuk bulat telur dengan ukuran bervariasi
tergantung

jenis

hewan

dan

terletak

dibelakang

ginjal.

Berdasarkan anatominya bagian kortek ovarium (zona perenkimatosa) terdiri dari


jaringan ikat ireguler yang pada yang disebut tumina albugenia. Sedang bagian tengah
(medulla)

dan

sentral

(zona

vakulosa)

merupakan

suatu

rongga

(vaskuler).

Korda dari sel epithel germinal masuk ke daerah stroma dan akhirnya membentuk sel
yang disebut folikel primer. Folikel ini berkembang menjadi oosti atau ovium. Ovium
terus membesar, berganda menjadi beberapa lapis hingga membentuk folikel sekunder
dan folikel masak (tersier).
2.

Inseminasi Buatan (IB)


Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih
dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan
menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun.
Tujuan Inseminasi Buatan :
Memperbaiki mutu genetika ternak;
Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan
sehingga mengurangi biaya;
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka
waktu yang lebih lama;
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan Inseminasi Buatan (IB):
Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;

Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;


Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu
yang lama;
Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan
telah mati;
Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik
pejantan terlalu besar;
Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan
dengan hubungan kelamin.
Inseminator adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan mendapat sertifikat
sebagai inseminator dari pemerintah.
Pelayanan Petugas Inseminasi Buatan, pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh
Inseminator yang telah memiliki surat izin melakukan inseminasi (SIM) dengan sistem
aktif, pasif dan semi-aktif.
Bila inseminator belum memiliki SIM maka tanggung jawab hasil kerjanya jatuh pada
Dinas Peternakan Propinsi tempatnya bekerja.

Pelaporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti pedoman sebagai berikut:

Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua,


ketiga dan seterusnya pada kartu catatan Inseminasi Buatan (IB) masing-masing
akseptor

Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang tidak birahi kembali setelah
Inseminasi Buatan (IB) pertama (kemungkinan bunting) dan tempat serta nama
peternak yang sapi / ternaknya yang baru di Inseminasi Buatan (IB) kepada Petugas
Pemeriksa Kebuntingan

Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi yang repeat breeder (sapi yang telah di
Inseminasi Buatan (IB) lebih dari tiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis
Reproduksi.

Tugas pokok inseminator adalah:

Menerima laporan dari pemilik ternak mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan
tersebut dengan baik dan tepat waktu

Menangani alat dan bahan Inseminasi buatan sebaik-baiknya

Melakukan identifikasi akseptor Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta
Inseminasi Buatan (IB)

Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak

Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) dan menyampaikan kepada


pimpinan SPT IB
Untuk mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) maka

harus dibuat suatu system pelaporan yang sederhana, cepat, mudah dan murah. Kotak
laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu birahi dan lain-lain adalah beberapa
sistem komunikasi yang telah dijalankan pada beberapa tempat di Indonesia. Setiap daerah
mempunyai keadaan yang berbeda, oleh karena itulah buatlah suatu perjanjian dengan
para akseptor mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang disepakati bersama.
Komitmen untuk mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan.
Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau betina sedang birahi
saja. Kalau betina tidak sedang birahi, petugas IB sebaiknya memberitahukan ke peternak
dan memintanya untuk memperhatikan gejala birahi dengan lebih baik lagi.
Pubertas (kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi akibat aktivitas dalam
ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi adalah antara 7 18 bulan, atau dengan
berat badan telah mencapai kurang lebih 75% dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya
umur dewasa kelamin tergantung dari:

Jenis / bangsa sapi;

GiziBila jumlah dan kandungan gizi pakan kurang jumlah atau mutunya, maka
dewasa kelamin akan lebih lama dicapai, hal ini disebabkan berat badan yang kurang;

CuacaDi daerah tropis seperti di Indonesia, umur dewasa kelamin lebih cepat / muda

Penyakit Karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berat badan, apalagi


bila menyerang alat kelamin, maka kemungkinan besar umur dewasa kelamin lebih
lambat dicapai.

Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang setiap 21 hari, dengan selang
antara 17-24 hari. Siklus birahi akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan:

Sebelum dewasa kelamin;

Selama kebuntingan;

Masa post-partum. Siklus birahi dibagi dalam 4 tahap, dan berbeda-beda pada setiap
spesies hewan.

Tahapan dan lamanya pada sapi dapat ditemui di bawah ini :

EstrusPada tahap ini sapi betina siap untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB).
Ovulasi terjadi 15 jam setelah estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12
24 jam.

ProestrusWaktu sebelum estrus. Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai dengan sapi
terlihat gelisah dan kadangkadang sapi betina tersebut menaiki sapi betina yang lain.
Lamanya 3 hari.

MetaestrusWaktu setelah estrus berakhir, folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi


diikuti dengan pertumbuhan / pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama
periode ini 3 5 hari.

DiestrusWaktu setelah metaestrus, corpus luteum meningkat dan memproduksi


hormon progesteron.

Periode ini paling lama berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan
pematangan badan kuning, yaitu 13 hari. Pada saat keadaan dewasa kelamin tercapai,
aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum dibebaskan oleh
ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut itu dipenuhi dengan sel
khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum (badan kuning). Corpus luteum ini
dibentuk selama 7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil lagi
karena ada satu hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah
pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang kebuntingan). Selain
membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu:

Sebelum ovulasi: hormon estrogen;

Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium memproduksi: hormon progesteron


Hormon-hormon ini mengontrol (beri jarak) kejadian siklus birahi di dalam ovarium.

Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan (IB)Pemeriksaan Awal


Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan Inseminasi Buatan, selanjutnya
adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan.
Untuk memudahkan, sebagai patokan biasa dilakukan sebagai berikut: Pertama kali
terlihat tanda-tanda birahi Harus diinseminasi padaTerlambat PagiHari yang sama hari
berikutnya sore hari berikutnya (pagi dan paling lambat siang hari)Sesudah jam 15:00
besoknya Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian
waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi ke birahi selanjutnya adalah kira-kira 21
hari sehingga bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk
melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu
percuma, selain kerugian materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk
melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi
birahi berada.
Tanda tanda birahi pada sapi betina adalah :

ternak gelisah

sering berteriak

suka menaiki dan dinaiki sesamanya

vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa:
abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)

dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna

nafsu makan berkurangGejala gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal
2 kali sehari oleh pemilik ternak.

Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda
laporan kepada petugas inseminator agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan
Inseminasi Buatan (IB) tepat pada waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan
gejala yang jelas dibandingkan dengan sapi yang telah beranak.
Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat
itu liang leher rahim (servix) sedang terbuka.

Anda mungkin juga menyukai