Anda di halaman 1dari 22

IMUNISASI

Co-ass SW 2013

Imunisasi
Imunisasi adalah prosedur untuk
meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan
menginduksi respons memori terhadap
patogen tertentu/toksin dengan
menggunakan preparat antigen
nonvirulen/nontoksik
Imunisasi merupakan kemajuan yang besar
dalam usaha imunoprofilaksis serta
menurunkan prevalensi penyakit.

Immunization is the process


whereby a person is made
immune or resistant to an
infectious disease, typically
by the administration of a
vaccine.
Vaccines
stimulate
the
bodys own immune system to
protect the person against
subsequent
infection
or
disease

KONSEP IMUNISASI

Imunisasi:
1. Alami:
- aktif: infeksi kuman
- pasif: antibodi via plasenta dan
kolostrum
2. Buatan:
- aktif: vaksinasi, toksoid
- pasif: antitoksin, antibodi

Imunisasi pasif
Terjadi bila seseorang menerima antibodi
dari orang lain yang telah mendapat
imunisasi aktif.
Transfer sel yang kompeten imun kepada
pejamu yg sebelumnya imun inkompeten
disebut transfer adoptif.
Imunisasi aktif
Menginduksi respon imun
Dapat diberikan vaksin hidup/dilemahkan
atau yg dimatikan.

Vaksin hidup
Dibuat dalam pejamu, dapat menimbulkan
penyakit ringan, dan menimbulkan respons
imun seperti yang terjadi pada infeksi
alamiah
Vaksin mati
Merupakan bahan (seluruh sel atau
komponen spesifik) asal patogen seperti
toksoid yang diinaktifkan tetapi imunogen
Imunogen adalah bahan yang dapat
menginduksi respon imun

Keuntungan dan kerugian vaksin hidup dan


vaksin mati
Vaksin hidup
Keuntungan:
Tunggal, dosis kecil
Respon selular: baik
Kerugian:
Menjadi virulen
Menimbulkan penyakit pada pejamu
imunokompromais
Contoh: Vaksin adenovirus, cacar air,
campak,polio (OPV)

Vaksin Mati
Keuntungan:
Aman
Lebih murah
Kerugian:
Respon selular: buruk
Diperlukan dosis multipel
Contoh: Hepatitis A, Influenza, Polio (IPV)

KIPI
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) adalah
suatu kejadian sakit yang terjadi setelah
menerima imunisasi yang diduga disebabkan
oleh imunisasi. (IDAI)

KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian


yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah
imunisasi. (KN PP KIPI)

Klasifikasi KIPI
1.
2.
3.
4.
5.

WHO Western Pacific (1999)

Kesalahan program/teknik pelaksanaan


(programmic errors)
Reaksi suntikan
Induksi vaksin (reaksi vaksin)
Faktor kebetulan (koinsiden)
Penyebab tidak diketahui

GEJALA KIPI
Reaksi KIPI
Lokal

Gejala KIPI
Abses pada tempat suntikan
Limfadenitis
Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis,

SSP

BCG-itis
Kelumpuhan akut
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis

Lain-lain

Kejang
Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Demam tinggi >38,5C
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Menangis menjerit yang terus menerus
(3jam)
Sindrom syok septik

Dikutip dari RT Chen, 1999

Jenis Vaksin
Toksoid Tetanus (DPT, DT, TT)

Gejala Klinis KIPI

Saat timbul KIPI

Syok anafilaksis

4 jam

Neuritis brakhial

2-18 hari

Komplikasi akut termasuk

tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Pertusis whole cell (DPwT)

Syok anafilaksis

4 jam

Ensefalopati

72 jam

Komplikasi akut termasuk

tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Campak (MMR)

Syok anafilaksis

4 jam

Ensefalopati

5-15 hari

Komplikasi akut termasuk

tidak tercatat

kecacatan dan kematian


Campak

Trombositopenia

7-30 hari

Klinis campak pada resipien

6 bulan

imunokompromais

tidak tercatat

Komplikasi akut termasuk


kecacatan dan kematian

Polio hidup (OPV)

Polio paralisis

30 hari

Polio paralisis pada resipien

6 bulan

imunokompromais
Komplikasi akut termasuk

Tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Polio yang diinaktifasi (IPV)

Syok anafilaksis

4 jam

Komplikasi akut termasuk

tidak tercatat

kecacatan dan kematian

Hepatitis B

Syok anafilaksis

4 jam

Komplikasi akut termasuk

tidak tercatat

kecacatan dan kematian

BCG

BCG-itis

4-6 minggu

Kelompok Resiko
Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
Bayi berat lahir rendah

1.
2.

Pasien imunokompromais

3.

4.

Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dari


pada bayi cukup bulan
Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi
ditunda dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau
berumur 2 bulan
Imunisasi hepatitis B diberikan pada umur 2 bulan atau lebih kecuali
bila ibu mengandung HbsAg
Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio
yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga
tidak menyebabkan penyebaaran virus polio melaui tinja
Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan pengobatan kortikosteroid
dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian kemoterapi selesai.

Pada resipien yang mendapatkan human immunoglobulin

BCG
Secara intrakutan 0,1 ml untuk anak 0,5 ml untuk BBL
KIPI :
Ulkus superficial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus akan tertutup
krusta, sembuh dalam waktu 2-3 bulan, dan meninggalkan jaringan parut
bulat dengan diameter 4-8 mm.
Limfadenitis supuratif diaksila atau dileher. Akan sembuh sendiri. Apabila
limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula maka dapat dibersihkan
dan diberi obat anti tuberkulosis oral.
Eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris, dan osteomielitis. Diobati
dengan kombinasi obat anti tuberkulosis.
Kontraindikasi :
Rx uji tuberkulin >5 mm
HIV, imunokompromais
Gizi buruk
Demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah sakit TB
Kehamilan

Hepatitis B
Diberikan IM, Pada neonatus dan bayi di
anterolateral paha, sedangkan pada anak
besar dan dewasa di regio deltoid.
KIPI : umumnya brupa rx lokal yang ringan dan
bersifat sementara, kadang menimbulkan
demam ringan untuk 1-2 hari.
Kontraindikasi : tidak ada KI absolut.

Polio
Diberikan pada BBL dosis 0,5 ml dengan suntikan IM
2 tetes 0,1 ml per oral pada umur 2-3 bulan bersamaan
dengan DPT dan Hib
KIPI : Sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala pusing,
diare ringan, nyeri otot.
Kontraindikasi :
Penyakit akut atau demam (suhu >38.5 C), harus ditunda
Muntah/diare
Sedang dalam pengobatan kortikosteroid/imunosupresif
Keganasan
HIV
OPV jangan diberikan pada orang hamil 4 bulan pertama
kehamilan
Jangan diberikan bersamaan dengan vaksin oral tifoid

DPT
Diberikan 0,5 ml IM
KIPI :
Rx lokal kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi
Demam ringan dengan rx lokal sama
Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca
suntik
Dari penelitian, adanya kejang demam sesudah vaksinasi
Yang paling serius adalah ensefalopati akut atau rx anafilaksis dan
terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin pertusis
Kontraindikasi :
Riwayat anfilaksis pada pmberian vaksin sebelumnya
Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
Perhatian khusus ; misalnya sebelum pemberian vaksin pertusis
berikutnya bila pada pmberian pertama dijumpai riwayat hiperpireksia,
keadaan hipotonik hiporesponsif dalam 48 jam, anak menangis terusmenerus selama 3jam dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi
DPT

Campak
Diberikan 0,5 ml subkutan
KIPI :
Demam >39.5C pada hari ke 5-6 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.
Berat jika ditemukan gangguan fungsi SSP
seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca
imunisasi.
Ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai

  • Gangguan Gizi
    Gangguan Gizi
    Dokumen31 halaman
    Gangguan Gizi
    Annisa Hadiwinata
    Belum ada peringkat
  • MUNTAH2
    MUNTAH2
    Dokumen14 halaman
    MUNTAH2
    Annisa Hadiwinata
    Belum ada peringkat
  • RUAM
    RUAM
    Dokumen18 halaman
    RUAM
    Annisa Hadiwinata
    Belum ada peringkat
  • Ikterus
    Ikterus
    Dokumen17 halaman
    Ikterus
    Annisa Hadiwinata
    Belum ada peringkat
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Dokumen2 halaman
    BRONKIOLITIS
    Annisa Hadiwinata
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen43 halaman
    Kejang Demam
    Annisa Hadiwinata
    Belum ada peringkat