Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen

beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme
pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat
ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut
digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa masalah geologi, karena
struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga merupakan
kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan.
Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme
pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
Lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan

tempat

terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan
biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat, transisi, dan
laut. Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika,
kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik
sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi.
Permukaan bumi mempunyai morfologi yang sangat beragam,
mulai dari pegunungan, lembah sungai, pedataran, padang pasir (desert),
delta sampai ke laut. Dengan analogi pembagian ini, lingkungan
pengendapan secara garis besar dapat dibagi menjadi tigakelompok, yakni darat
(misalnya sungai, danau dan gurun), peralihan (atau daerah transisi
antara darat dan laut; seperti delta, lagun dan daerah pasang surut) dan laut.
Banyak pengarang membagi lingkungan pengendapan berdasarkan versi masingmasing.Selley (1988) misalnya, membagi lingkungan pengendapan menjadi 3

bagian besar, yaitu: darat, pralihan dan laut. N a mu n b e b e r a p a p e n u l i s l a i n


m e mb a g i lingkungan pengendapan ini langsung menjadi lebih rinci lagi.
Lingkungan pengendapan tidak akan ditafsirkan secara akurat hanya
berdasarkan suatu aspek fisik dari batuan saja. Maka dari itu untuk menganalisis
lingkungan pengendapan harus ditinjau mengenai struktur sedimen, ukuran butir
(grain size), kandungan fosil (bentuk dan jejaknya), kandungan mineral, runtunan
tegak, dan hubungan lateralnya, geometri serta distribusi batuannya.

1.2. Rumusan Masalah.


Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah kami ini, yaitu:

Apa yang dimaksud dengan lingkungan pengendapan ?


Apa parameter lingkungan pengendapan?
Apa jenis-jenis lingkungan pengendapan ?
Apa ciri-ciri lingkungan pengendapan ?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kami para penyusun dapat
mengetahui segala hal yang menyangkut lingkungan pengendapan dan
memberitahukan

kepada

para

pembaca

deskripsi

tentang

lingkungan

pengendapan, seperti pengertian lingkungan pengendapan, parameter lingkungan


pengendapan, jenis-jenis dan ciri-ciri lingkungan pengendapan.
1.4.

Manfaat Penulisan.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

Dapat mengetahui pengertian lingkungan pengendapan


Dapat mengetahui parameter lingkungan pengendapan
Dapat mengetahui ciri-ciri lingkungan pengendapan
Dapat mengetahui jenis-jenis lingkungan pengendapan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Lingkungan Pengendapan


Lingkungan pengendapan adalah bagian dari permukaan bumi
dimana proses fisik, kimia, dan biologi berbeda dengan daerah yang
berbatasan dengannya (Selley, 1988). Sedangkan menurut Boggs (1995)
lingkungan

pengendapan

adalah

karakteristik

dari

suatu

tatanan

geomorfik, dimana proses fisik, kimia dan biologi berlangsung yang


menghasilkan suatu jenis endapan sedimen tertentu. Nichols (1999)
menambahkan bahwa yang dimaksud dengan proses tersebut adalah
proses yang berlangsung selama proses pembentukan, transportasi dan
pengendapa sedimen.
P e r b e d a a n f i s i k d a p a t b e r u p a e l e me n s t a t i s ataupun dinamis.
Elemen statis antara lain geometri cekungan, material endapan, kedalaman air
dan suhu, sedangkan elemen dinamis adalah energi, kecepatan dan arah
pengendapan serta variasi angin, ombak dan air. Yang termasuk dalam
perbedaan kimia adalah komposisi dari cairan pembawa sedimen, geokimia dari
batuan asal di daerah tangkapan air (oksidasi dan reduksi (Eh), keasaman
(Ph),kadar garam,kandungan karbon dioksida dan oksigen dari air,
presipitasi dan solusi mineral. Sedangkan perbedaan biologi tentu saja
perbedaan pada flora dan fauna pada tempat sedimen diendapkan
maupun daerah sepanjang perjalanannya sebelum diendapkan.
Lingkungan pengendapan adalah suatu daerah di permukaan litosfer, baik
diatas maupun dibawah permukaan laut, yang dicirikan oleh serangkain ciri kimia,
fisika dan biologi yang khusus (Raymond, 2002). Intinya lingkungan
pengendapan adalah lingkungan di permukaan bumi tempat diendapkannya
sedimen. Karakteristik batuan sedimen yang terbentuk dari hasil proses
sedimentasi (teksturnya dan strukturnya, serta komposisinya) merupakan data
penting yang merekam (mencirikan) lingkungan pengendapannya.

Menurut Krumbein & Sless (1963), lingkungan pengendapan adalah suatu


kompleks dari sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.
Sedangkan menurut Potter (1967), lingkungan pengendapan adalah suatu tempat
yang ditegaskan oleh sejumlah sifat fisik, kimia dan beberapa varietasnya yang
akan dibatasi dengan adanya suatu satuan geomorfik dalam ukuran dan bentuk
tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat
terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan
biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.

2.2. Parameter Lingkungan Pengendapan


Parameter lingkungan pengendapan batuan sedimen, meliputi:
1. Elemen fisik, terdiri dari:
Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang
diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air;
suhu; dan kelembapan.
Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari
angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju.
2. Parameter kimia terdiri dari salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan
oksigen yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan
pengendapan.
3. Parameter biologi seperti pertumbuhan tanaman, penggalian, pengeboran,
sedimen hasil pencernaan, dan pengambilan dari silica dan kalsium karbonat
yang berbentuk material rangka.

2.3. Jenis-jenis Lingkungan Pengendapan

Klasifikasi lingkungan pengendapan secara umum terbagi tiga (Selley, 1988)


antara lain:
1. Lingkungan darat (Continental), yang terdiri dari:
Terestrial
: Gurun/padang pasir dan Glasial
Encer (aquaeous): Sungai, Rawa (paludal), Danau (lakustrin),
2. Lingkungan transisi (Transition)
Delta
Estuarin
Tidal flat
Lagun
3. Lingkungan laut (Marine)
Reef
Naritik (kedalaman 0-200m)
Batial (kedalaman 200-2000m)
Abisal (kedalaman >2000m)
1. Lingkungan Pengendapan Darat
Lingkungan

pengendapan

darat

merupakan

lingkungan-lingkungan

pengendapan yang terdapat diwilayah darat. Para ahli geologi membagi


lingkungan pengendapan darat menjadi 2 jenis lingkungan yang dibagi lagi
menjadi beberapa sub-lingkungan, yaitu: Teresterial (gurun/padang pasir dan
glasial) dan Encer (sungai, lakustrin (danau) dan rawa).
a. Lingkungan Pengendapan Gurun
Lingkungan gurun merupakan lingkungan dimana curah hujan
sedikit serta minimnya vegetasi. Material digurun tererosi dan tertransportasi
oleh angin sehingga terakumulasi sebagai sedimen aeolian. Dilingkungan ini
didominasi oleh endapan pasir yang berstruktur dune. Sand dune umumnya silang
siur, berpilah baik dan membundar baik, tanpa asosiasi dengan kerakal ataupun
lempung.
b. Lingkungan Pengendapan Glasial
Kondisi dilingkungan ini berupa iklim yang dingin dengan temperatur
dibawah 00. Presipitasi terjadi sebagai salju yang terakumulasi menjadi tubuh es
yang permanen ataupun semi-permanen. Es merupakan agen erosi batuan yang

kuat dan dapat mentransport detritus pada jarak yang cukup jauh sebelum
akhirnya meleleh dan mengendapkan material sedimen pada wilayah glasial.
Rekaman dari pengendapan sistem glasial dimulai pada wilayah dataran tinggi
dan tertransport menuju kedataran rendah sebagai endapan klastik mencapai
lingkungan laut.

Gambar endapan glasial


c. Lingkungan Pengendapan Sungai
Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe
yaitu: sungai lurus (straight), sungai kekelok (meandering), sungai teranyam
(braided), dan sungai anastomasing.

Gambar sketsa empat tipe sungai

Sungai Lurus (Straight)


Sungai lurus umumnya berada pada daerah bertopografi terjal yang

mempunyai energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini berdampak pada
intensitas erosi vertikal yang tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi
mendatarnya. Kondisi seperti ini membuat sungai jenis ini mempunyai
kemampuan pengendapan sedimen kecil, segingga alirannya lurus dan tidak
berkelok-kelok. Sungai tipe ini biasanya dijumpai pada daerah pegunungan yang
mempunyai topografi panjang.

Sungai kekelok (meandering).


Sungai kekelok adalah sungai yang alirannya berkelok-kelok. Pada sungai

tipe ini, erosi secara umum lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Pada tipe
sungai kekelok proses pengendapan terakumulasi pada 5 (lima) bagian yang
berbeda (Boggs, 1995), yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Saluran utama (Main Channel dan channel fills)


Gosong (point bar)
Tanggul alam (natural levee)
Dataran banjir (flood-plain)
D anau oxbow (oxbow lake).

Gambar Kelokan-kelokan sungai pada sungai meandering

Gambar dataran banjir dan tanggul alam

Sungai teranyam (braided)


Sungai teranyam umumnya terdapat pada daerah datar dengan energi yang

arus alirannya lemah dan batuan disekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan
debit air dan pengendapan sedimen tinggi. Umumnya tipe sungai teranyam
didomonasi oleh pulau-pulau kecil (gosong) berbagai ukuran yang dibentuk oleh
pasir dan kerikil. Pola aliran sungai teranyam terkonsentrasi pada zona aliran
utama.

Gambar sungai teranyam

Sungai anastomasing
Sungai anastomasing terjadi karena adanya dua aliran sungai yang bercabang-cabang,

dimana cabang yang satu dengan yang lain bertemu kembali pada titik dan kemudian bersatu
kembali pada titik yang lain membentuk satu aliran.

Gambar sungai
Anastomasing
d. Lingkun
gan

Pengendapan Lakustrin (Danau)


Lakustrin atau danau adalah suatu lingkungan tempat terkumpulnya air
yang tidak berhubungan dengan laut. Lingkungan ini mempunyai kedalaman
bervariasi, lebar dan kadar garam yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline.
Danau dapat terbentuk melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa pergerakan
tektonik sebagai pensesaran dan pemekaran. Visher (1965) dan Kukal (1971)

memebagi lingkungan lakustrin menjadi 2, yaitu danau permanen dan danau


ephemeral.

Danau Permanen
Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan

klastika yang terletak didaerah pegunungan. Danau ini memepunyai hubungan


dengan lingkungan delta sungai yang berkembang ke arah danau dengan
mengendapkan pasir dan sedimen suspensi berukuran halus. Contoh danau ini
adalah danau Costance dan danau Zug di pegunungan Alpen.
Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak didataran rendah
dengan iklim yang hangat. Contoh danau ini adalah danau Schonau di Jerman dan
danau Great Ploner di Kanada Selatan. Danau permanen model ketiga adalah
danau dengan endapan sapropelite (lempung kaya akan organik) pada bagian
dalam yang dikelilingi oleh karbonat didaerah dangkal. Contoh dari danau ini
adalah danau Gytta di Utara Kanada.

Danau Ephermal
Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang

pendek didaerah gurun dengan iklim yang panas. Karena adanya pengaruh
evaporasi, danau ephemeral dapat membentuk endapan evaporit pada lingkungan
sabkha. Contoh dari danau ini adalah danau Soda di Amerika Utara dan di Gururn
Sahara dan Arab.

Karakteristik endapan lacustrin


Litologi dari endapan lakustrin dapat berupa batu lumpur, batu pasir,

konglomerat, kimiawi-biokimiawi, evaporit, karbonat, phosphorite, dan endapan


yang terbentuk dari kehidupan seperti skelatel dan gambut. Fosil yang umum
dijumpai pada endapan danau dengan kedalaman kurang dari 10 m adalah

10

cangkang-cangkang bivalves, ostracoda, diatome, chlororopites dan algae.


Keberadaan fosiltersebut akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman.
2. Lingkungan Transisi
Lingkungan pengendapan transisi terletak diantara perbatasan lingkungan
pengendapan darat dan laut. Wilayah ini tidak begitu luas, dan didominasi oleh
proses aliran sungai, gelombang dan pasang-surut. Salinitas didaerah ini
bervariasi, mulai dari air tawar samapai supersaline. Banyak bagian dari
lingkungan transisi didominasi oleh arus dan gelombang berenergi
tinggi, meskipun beberapa lingkungan lagun dan estuarin didominasi oleh
kondisi air tenang. Lingkungan pengendapan transisi terdiri dari: delta, estuarin,
tidal flat dan lagun.

a. Lingkungan Pengendapan Delta


Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen sungai
pada danau atau pantai. Delta merupakan sebuah lingkungan yag sangat kompleks
dimana beberapa faktor uatama mengontrol proses distribusi sedimen dan
morfologi delta. Faktor-faktor tersebut adalah energi sungai, pasang
surut, gelombang, iklim, kedalaman air dan subsiden (Tucker, 1981) .
Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai sedimen secara
cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding system.
Hal ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak
dibandingkan dengan sedimen yang terkena erosi sebagai dampak gelombang atau
pasang surut.

11

Gambar: Geomorfologi suatu delta dari citra satelit

Klasifikasi delta berdasarkan pada dominasi energinya yaitu :


Delta sungai (fluvial-dominated delta)
Delta sungai pada dasarnya dipengaruhi lingkungan yang disebabkan oleh
energi sungai. Pengaruh energi sungai sangat dominan dan pengaruh dari
pasang-surut serta gelombang sangat kecil.
Delta pasang-surut (tide-dominated delta)
Pada proses ini digambarkan bila pengaruh pasang surut lebih besar dari
aliran sungai yang menuju muara sungai, arus yang dua arah dapat
mendistribusikan kembali sedimen yang ada dimuara, menghasilkan sand
filled dan flumee-shaped distributariesd. Delta pasang-surut biasanya
terbentuk pada ujung teluk.
Delta ombak (wave-dominated delta)
Penyebab pada system ini adalah aliran gelombang yang kuat dan
perlambatan dari aliran sungai sungai sehingga aliran sungai tertarik atau
dibelokkan dimuara sungai.

12

Gambar: delta ombak pada delta Sao Fransisco

Berdasarkan fisiografinya, delta dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian


utama, yaitu:
Delta plain merupakan bagian kearah darat suatu delta.
Front delta merupakan daerah dimana endapan sedimen dari sungai bergerak
memasuki cekungan dan berasosiasi/berinteraksi dengan cekungan (basinal).
Prodelta adalah bagian delta yang paling menjauh kearah laut atau sering
disebut sebagai delta front slope.
b. Lingkungan Pengendapan Estuarin
Estuarin merupakan lokasi pengendapan pada mulut sungai dimana terdapat
pencampuran dengan air laut. Lingkungan ini juga terpengaruh oleh pasang surut dan
merupakan lokasi terendapnya sedimen klastik. Ada dua faktor penting yang mengontrol
aktivitas di estuarin, yaitu arus sungai dan laut terbuka. Transpor sedimen dari laut lepas akan
sangat tergantung dari rasio besaran tidal dan disharge sungai. Estuarin diklasifikasikan
menjadi tiga daerah, yaitu:
Marine atau lower estuarin, yaitu estuarine yang secara bebas berhubungan
dengan laut bebas, sehingga karakteristikair laut sangat terasa pada daerah ini.

13

Middle estuarin, yaitu daerah dimana terjadi percampuran antara fresh water
dan air asin secara seimbang.
Fluvial atau upper estuarin, yaitu daerah estuarin dimana fresh water
lebih mendominasi, tetapi tidal masihmasih berpengaruh (harian).
c. Lingkungan Pengendapan Tidal Flat
Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk pada energi gelombang
laut yang rendah dan umumnya terjadi pada daerah pantai mesotidal dan
mokrotidal. Berdasarkan pada elevasinya terhadap tinggi rendahnya pasang surut,
lingkungan tidal flat dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu: subtidal, intertidal dan
supratidal.
Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata level pasang-surut yang
rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus menerus. Zona ini sangat
dipengaruhi oleh tidal channel dan pengaruh gelombang laut, sehingga pada
daerah ini sering diendapkan bedload dengan ukuran pasir (sand flat). Pada
zona ini sering terbentuk subtidal b a r d a n shoal. Pengendapan pada daerah
subtidal utamanya terjadi oleh akresi lateral dari sedimen pasiran pada
tidal channel dan bar.
Zona intertidal meliputi daerah dengan level pasang surut rendah sampai
tinggi. Endapan dapat tersingkap antara satu atau dua kali dalam sehari,
tergantung dari kondisi pasang surut dan angin lokal. Karena intertidal merupakan
daerah perbatasan antara pasang surut yang tinggi dan rendah, sehingga
merupakan daerah pencampuran antara akresi lateral dan pengendapan suspensi,
maka daerah ini umumnya tersusun oleh endapan yang berkisar dari lumpur pada
daerah batas pasang surut tinggi sampai pasir pada batas pasang surut rendah
(mixflat). Facies intertidal didominasi oleh persilangan lempung, lanau dan
pasiryang memeperlihatkan struktur flaser, wavy dan lapisan lentikular. Facies
seperti ini menunjukkan adanya fluktuasi yang konstan dengan kondisi energi
yang rendah (Reading, 1978).
Zona supratidal berada diatas rata-rata level pasang surut yang tinggi.
Karena letaknya yang lebih dominan ke arah darat, zona ini sangat dipengaruhi
oleh iklim. Pada daerah beriklim kering terbentuk endapan evaporit flat.
14

Daerah ini umumnya ditoreh oleh tidal channel yang membawa endapan
bedload disepanjang alur sungainya.
d. Lingkungan Pengendapan Lagun
Lagun adalah suatu kawasan berair yang masih berhubungan dengan laut
lepas, tetapi dibatasi oleh suatu tanggul memanjang (barrier) yang relatif sejajar
dengan pantai. Akibat terhalang oleh tanggul, pergerakan air didalam
lagun hanya dipengaruhi oleh arus pasang/surut yang keluar/masuk lewat
celah tanggul. Lagun didaerah kering memiliki kadar garam yang lebih
tinggi dibanding dengan lagun didaerah basah. Hal ini dikarenakan
kurangnya air tawar yang masuk ke daerah itu. Transportasi sedimen
dilagun dilakukan oleh air pasang-surut, o m b a k d a n / a t a u a n g i n ya n g
d e n g a n s e n d i r i n ya d i k e n d a l i k a n i k l i m sehingga akan mempengaruhi
kondisi biologi dan kimia lagun.

3. Lingkungan Pengendapan Laut


Lingkungan laut mencakup semua wilayah di samudera dan di
lautan. Lingkungan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman air laut
serta tipe sedimen yang mengendap (Gore,2003). Lingkungan pengendapan laut dibagi
menjadi 4, yaitu: Reef, naritik, batial dan abisal.
a. Lingkungan Reef (Terumbu)
Terumbu atau reef merupakan lingkungan yang unik yang sangat
berbeda dari bagian lingkungan pengendapan lainnya dilingkungan
paparan (shelf). Terumbu ini umumnya dijumpai pada bagian pinggir plat
form paparan luar (outer-shelf ) yang hampir menerus s epanjang arah
pantai, sehingga merupakan penghalang yang efektif terhadap gerakan
gelombang yang melintasi paparan tersebut.
b. Lingkungan laut Dangkal (naritik)
15

Dasar lautan yang dangkal merupakan daratan yang meluas serta terdapat
disepanjang pantai. Continental shelf ini adalah bagian dari benua yang
berdekatan dan tergenang oleh air laut (kedalamannya tak lebih dari 200m).
Lingkungan pengendapan ini mencakup akumulasi dari sedimen klastik yang
tertransport dari daratan serta sedimentasi batuan karbonat yang berasal
keterdapatan organisme yang hidup dilaut. Sedimen yang terendapkan
dilingkungan laut dangkal sangat beraneka ragam. Material sedimen klastik
terdistribusi dan terpisahkan pada fasies pengendapan yang berbeda oleh arus
pasang surut, gelombang, badai dan arus laut. Proses yang sama juga
berpengaruh terhadap sedimen karbonat banyak terdapat pada kondisi
iklim, kedalaman air, dan produksi organisme tertentu (Nichols, 1999).
a. Lingkungan Laut Dangkal Siliklastik
Lingkungan ini dicirikan dengan adanya pengendapan detritus
pada

kedalaman

sedang

(10-200m),

atau

dekat

dengan

daratan,

dipengaruhi pasangsurut, gelombang,angin atau badai yang mendominasi


gaya gerak sedimen. Sedimen yang terendapkan termasuk bersal dari
estuarin, dataran pasangsurut, endapan badai, pulau penghalang, dangaris pinggir
pantai (Satyana, 2005).
b. Lingkungan Laut Dangkal Karbonat
Lingkungan ini dicirikan dengan pengendapan karbonat yang
dipengaruhi oleh prosesbiokimia pada laut dangkal (<100m). Wilayah dengan
sedimentasi kabonat dikenal dengan carbonat platform. Platform terdapat pada
wilayah di paparan daratan yang terbentang digaris pantai sampai pada wilayah
epikontinental laut.
c. Lingkungan Laut Dalam
Lingkungan

laut

dalam

merupakan

daerah

terbesar

yang

menyusun permukaan bumi dengan kedalaman lebih dari 200m. Sekitar

16

65% dari permukaan bumi mencakupcontinental slope, continental rise,


palung laut dalam, dan dasar laut yang dalam (Nichols,2001).
Pada lingkungan laut dalam, dipermukaannya banyak terdapat organisme
namun dibawah zona photik organismenya lebih sedikit. Sedimen laut dalam
memang lebih sedikitketerdapatannya dibandingkan dengan sedimen laut dangkal.
Namun perkecualian untuklingkungan kipas laut dalam yang dekat dengan
kemiringan, dimana rata-rata sedimenterderivasi oleh arus turbidit yang dapat
bergerak 10m/1000tahun dan produk arus turbiditdapat mencapai ketebalan ribuan
meter. Sedimen yang terendapkan pada lingkungan iniadalah tubuh pasir yang sangat
tebal.
d. Lingkungan Laut Abisal
Abisal (bassin floor) adalah dasar laut yang luas setelah tebing benua, dan
mengarah ke laut lepas. Dataran abisal merupakan bagian dari paparan benua.
Dataran abisal tersusun oleh akumulasi sedimen yang sangat tebal. Kenampakan
sedimen pada daerah ini menunjukkan bahwa dataran ini dibentuk oleh endapan
sedimen yang telah megalami pengangkutan sangat jauh oleh arus turbid.
Endapan turbid ini berselingan dengan material sedimen yang berukuran lempung
yang terus menerus terendapkan pada tempat ini.
Dataran abisal dijumpai sebagai bagian dari dasar samudera pada semua
lautan. Dataran ini akan lebih luas apabila tidak dijumpai palung laut yang
berdekatan dengan daratan. Samudera Atlantik memiliki dataran abisal yang lebih
luas daripada samudera Pacifik karena samudera Atlantik mempunyai palung laut
jauh lebih sedikit dibandingkan yang dijumpai pada samudera Pasifik. Dataran
abisal merupakan kenampakan topografi yang sangat datar, dan kemungkinan
kawasan ini merupakan tempat yang paling datar pada permukaan bumi. Dataran
abisal yang dijumpai di pantai Argentina mempunyai perbedaan tinggi kurang dari
3 meter pada jarak lebih dari 1300 kilometer. Topografi yang datar ini kadangkadang di selingi dengan puncak-puncak gunung bawah laut yang tertimbun.

17

Endapan garam yang terangkat kepermukaan laut mati

2.4. CIRI-CIRI LINGKUNGAN PENGENDAPAN


Ada beberapa ciri-ciri lingkungan pengendapan, yaitu:
Endapan darat (alluvial), ciri-cirinya yaitu:
a. Transportasi berlangsung pada energi yang tinggi atau energi maksimum,
bila dibandingkan dengan energi lain, maka sortasinya sangat jelek.
b. Materialnya mempunyai pengendapan yang relatif dekat dengan
sumbernya, maka abrasi relatif kecil.
c. Material yang terbentuk mempunyai sortasi jelek maka porositasnya
tinggi.
d. Sebagian fragmennya masih mempunyai warna asli.
e. Biasanya ikatan antar butir tidak kuat sehingga sangat porous, maka
biasanya kaya kandungan air.
f. Ketebalannya tidak seragam yaitu menebal ke arah bukit, sebab endapan
kipas alluvial ini berada di kaki bukit.
Endapan sungai yang teranyam (Braded river) ciri-cirinya:
a. Multi channel, maksudnya banyak dijumpai endapan yang arahnya
memanjang sesuai alur sungai purba.

18

b. Banyak dijumpai adanya perlapisan silang siur (cross bedded) dengan


komposisi pasir kasar dan sudut inklinasi kecil.
c. Alur-alurnya tida k begitu dalam, jadi endapan yang dihasilkan tidak
begitu tebal
d. Kemiringan cukup besar pada waktu terjadinya.
e. Pengendapan lateral lebih besar.
Endapan delta, cirinya:
a. Endapan delta umumnya tebal, beberapa ratus sampai beberapa ribu
meter.
b. Endapan delta banyak mengandung pasir yang berasal dari darat.
c. Umumnya mengandung sisipan batu bara, yang terjadi pada deltaic
plainnya
d. Secara umum makin ke atas makin mengkasar, terkecuali kalau
kemudian diikuti dengan shifting (perpindahan delta).
e. Porositaas endaan delta relatif tinggi.

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan

19

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :


Lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya
material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang
dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Parameter lingkungan pengendapan batuan sedimen, meliputi:
4. Elemen fisik,
5. Parameter kimia,
6. Parameter biologi.
Lingkungan pengendapan secara umum terbagi tiga antara lain:
1. Lingkungan darat (Continental), yang terdiri dari:
Terestrial
: Gurun/padang pasir dan Glasial
Encer (aquaeous): Sungai, Rawa (paludal), Danau (lakustrin),
2. Lingkungan transisi (Transition)
Delta
Estuarin
Tidal flat
Lagun
3. Lingkungan laut (Marine)
Reef
Naritik (kedalaman 0-200m)
Batial (kedalaman 200-2000m)
Abisal (kedalaman >2000m)
Banyak ciri-ciri lingkungan pengendapan yang dapat kita ketahui, diantaranya
endapan alluvial, sungai dan delta.
3.2.

Saran
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, agar
mendapat pemahaman tentang lingkungan pengendapan, jenis-jenisnya serta ciriciri lingkungan pengendapan.

20

21

Anda mungkin juga menyukai