Anda di halaman 1dari 15

1

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR DAUN LAMTORO


TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT
DI MAIN NURSERY (Elaeis guineensis Jacq)

RIKI AFRIANTO *)
NPM : 0910005301023
Dibawah bimbingan M.Zulman Harja Utama dan Zaharnis
*) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi pemberian pupuk organik cair daun lamtoro
terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase
main nursery, untuk mempelajari pengaruh pupuk organik cair daun lamtoro terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit, untuk mengetahui varietas bibit kelapa sawit yang paling respon
terhadap pupuk organik cair daun lamtoro. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap secara faktorial. Faktor pertama pemberian pupuk organik cair
lamtoro yang terdiri dari 5 taraf yaitu = 0, 100, 200 , 300, 400, 500 cc/l air sedangkan faktor
kedua terdiri dari 3 taraf yaitu: Tenera, Dampy, Sofi sehingga diperoleh 18 kombinasi perlakuan.
Data yang diperoleh dianalisi secara stasistika dengan uji F, jika uji F hitung lebih besar dari
dari F tabel pada taraf 5% dilanjutkan dengan Dunncans Multiple Range Test pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan kombinasi pupuk organik cair daun lamtoro pada pengamatan:
tingggi tanaman, lingkar batang bibit, total luas daun dan pertambahan bobot bibit kelapa sawit
yang paling respon dengan pemberian 500 cc/l air menunjukkan pengaruh sangat nyata.
Kesimpulan dari penelitian ini pemberian pupuk organik cair daun lamtoro memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bibit kelapa sawit dan total luas daun.
Kata kunci : Dosis daun lamtoro, pupuk organik cair, kelapa sawit.

PENDAHULUAN

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupkan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian disebabkan Kelapa Sawit dapat
menambah devisa dan menciptakan lapangan kerja. luas perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
pada tahun 2009 mencapai + 7,12 juta ha dengan total produksi + 20,5 ton Crude Palm Oil
(Anonim, 2010).

Kelapa sawit juga dapat diolah menjadi berbagai produk industri dari hulu hingga hilir
(Pahan, 2008). Menurut Badan
Pusat Statistik (2012), Crude Palm Oil (CPO) menyumbangkan 18,03% atau 17.261,2 juta US$
dari total jumlah ekspor sebesar 104.483,3 juta US$ (Anonim, 2012).
Usaha-usaha untuk meningkatkan produksi tanaman sawit dilakukan dengan cara
intensifikasi dan ekstensifikasi. Usaha intensifikasi dilakukan antara lain dengan perbaikkan cara
bercocok tanam yang tepat, melalui paket teknologi yang mampu memberikan output seoptimal
mungkin dimana input diusahakan sekecil

mungkin. Salah satu teknologi yang digunakan

sekarang adalah anjuran atau rekomendasi pemupukan yang selama ini belum diaplikasikan
menurut dosis yang sesuai para petani (Santrosayono, 2005).
Penggunaan pupuk organik dapat menjadi bahan alternatif untuk mengurangi
penggunaan pupuk buatan. Dalam upaya melestarikan dan mengembalikan kesuburan tanah
tersebut perlu dilakukan upaya-upaya meningkatkan unsur hara denagan cara pemberian bahan
organik. Penggunaan pupuk organik yang lebih efektif adalah dalam bentuk cair karena pupuk
cair lebih mudah dimamfaatkan oleh tanaman. Bahan baku pupuk organik dapat berasal dari
bahan padat denagan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa
perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya
dapat digunakan sebagai kompos (Murband 2007).

Lamtoro adalah salah satu tumbuhan yang dapat memiliki kandungan unsur hara yang
tinggi yang sangat dibutuhkann oleh tanaman. Daun lamtoro mengandung 3,84 % N, 0,20% P,
0,206% K, 1,31% Ca, 0,33% Mg (Racham, 2002). Menurt Parlimbungan (2006) bahwa pupuk
organik berupa daun lamtoro akan meningkatkan kesuburan tanah dan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam memperoleh berbagai macam unsur hara. Hal
ini dipertegaskan oleh Susanto (2002) bahwa pupuk organik cair antara lain adalah kompos,
ekstrak tumbuh-tumbuhan, fermentasi limbah air peternakan, fermentasi tumbuh-tumbuhan yang
memiliki kandungan hara yang lengkap bahkan dalam pupuk organik juga terdapat senyawasenyawa organik lain yang bermamfaat bagi tanaman, seperti asam humat, asam sulvat, dan
senyawa-senyawa organik lain.
Menurut hasil penelitian Parlimbungan (2006) bahwa perlakuan pupuk organik cair
lamtoro terhadap tanaman sawi memberikan hasil terbaik 250cc/1 pada pertumbuhan tinggi
tanaman dan berat segar tanaman. Adanya respon terhadap pada tanaman sawi adalah akibat dari
perbedaan level dosis yang diberikan. Pada dosis 250cc/1 air menunjukkan dosis yang paling
sesuai sehingga pertumbuhan tanaman terpacu secara optimal. Aplikasi dosis kurang dari pada
dosis 200cc/1 kurang/tidak memberikan pengaruh nyata.

BAHAN DAN METODE


Percobaan ini telah dilaksanakan dilahan petani Nagari Kinali Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat dengan ketinggian 25 m di atas permukan laut dan dilakukan dari bulan AgustusNovember 2013.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit Kelapa Sawit yang berasal dari
petani seperti bibit. Sofi, Dampy, Tenera yang berumur 3 bulan, Tanah lapisan olah, pasir, pupuk
organik cair, pupuk kompos, air, bambu dan polybag hitam (0,15 mm x 35 cm x 50 cm). Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah : cangkul, parang, timbangan, handsprayer, tali,
ember plastik, meteran dan lain-lain.

Percobaan dilakukan dengan menggunakn Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dalam

bentuk faktorial. Faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair, yaitu : P0= 0 cc, P1= 100
cc, P2= 200 cc, P3= 300 cc, P4= 400 cc, P5= 500 cc. Faktor kedua adalah varietas Kelapa Sawit
yang terdiri dari tiga varieatas yaitu VI = Tenera, V2 = Dampy dan V3= Sofi. Dari ketiga faktor
diatas dihasilkan 18 kombinasi percobaan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 54 unit percobaan.
Setiap unit percobaan terdiri dari 3 batang bibit sawit, maka jumlah bibit keseluruhan 172 bibit
sawit.
Data hasil pengamatan dianalissi dengan uji F pada 5% jika F hitung lebih besar dari F
tabel 5% maka dilanjutkan dengan Duncans New Multiple Range test (DMRT) pada taraf nyata
5%.
Pelaksanaan meliputi: persiapan tempat dan media tanam yaitu Areal tempat percobaan
di bersihkan dari rerumputan, dan diratakan serta dibatasi dengan tali plastik. Selanjutnya dibuat
petak percobaan dengan ukuran 60 x 60 cm sebanyak 54 unit percobaan, jarak antara satuan
percobaan 50 cm.

Media yang digunakan adalah tanah lapisan olah dicampur dengan kompos dengan
perbandingan 2:1 lalu masukan ke dalam Polybag 5 kg selanjutnya disusun pada petak
percobaan. Pembuatan pupuk organic cair, pemilihan bibit yaitu Bibit sawit yang dipilih adalah
bibit sawit yang normal yang telah berumur 3 bulan, bibit sebelum nya berada pada polybag
kecil (pray nursery). Penanaman yaitu Jumlah bibit yang akan ditanam adalah 54 batang, bibit
yang telah disediakan kemudian dipindahkan kedalam polybag percobaan kemudian disusun
pada unit percobaan. Pemasangan Label. Perlakuan yaitu Penyemprotan pupuk organik cair
dilakukan pada pagi hari dengan melakukan penyemprotan pada bagian atas daun sesuai dengan
takaran dan dosis pada perlakuan dengan interval 1 kali seminggu dan Pemeliharaan dilakukan
pada pagi hari dan sore hari guna mencegah kekeringan. Jika hari hujan maka penyiraman tidak
dilakukan. Jumlah air siraman diberikan sama setiap plot sebanyak 2 liter/bibit/hari.
Parameter yang diamati: Pertambahan Tinggi Bibit, Lingkar Batang Bibit, Total Luas
Daun, Pertambahan bobot Tanaman, dan Normalitas Bibit.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pertambahan Tinggi Bibit
Tabel 1. Pertambahan tinggi bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organic cair lamtoro
terhadap beberapa varietas bibit kelapa sawit.

Pupuk
organik
0
100
200
300

Tenera
15.85 aA
21.95 bA
25.85 cA
28.37 dA

Varietas
Dampy
21.91 aB
22.96 aB
26.82 bB
28.95 cA

400

30.56 eA

31.95 dB

33.89 Ec

500
37.71 fA
KK (%) = 2.67

40.77 eB

43.79 fC

cair(cc/l)

Sofi
20.93 aB
23.60 bB
27.08 cC
29.62 dB

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro secara bersaman
menunjukkan sawit tertinggi terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit Pertambahan bibit
kelapa sawit yang paling tinggi dari pemberian dosis 500 cc terdapat pada varietas sofi dengan
nilai 43,79 Cm dan nilai terendah tanpa perlakuan diperoleh dari pemberian
pupuk organik cair lamtoro pada varietas tenera dengan nilai 15,85 Cm. Perlakuan
pemberian komposisi pupuk organik cair lamtoro mampu memberikan pertambahan lebih baik
bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan pupuk organik cair lamtoro terhadap beberapa varietas

bibit kelapa sawit, pemupukan bertujuan menambah unsur- unsur hara tertentu di dalam tanah
yang tidak mencukupi bagi tanaman yang diusahakan. Pupuk yang sering digunakan antara lain
pupuk N, P, K, Menurut Panji (2011), Pupuk organik cair (POC) yaitu pupuk organik dalam
bentuk cair unsur hara yang terkandung didalamnya berbentuk larutan yang sangat halus
sehingga sangat mudah diserap oleh tanaman, sekalipun oleh bagian daun atau batangnya. Oleh
sebab itu selain dengan cara disiramkan pupuk jenis ini dapat digunakan langsung dengan cara
disemprotkan pada daun atau batang tanaman.
Sumber bahan baku pupuk organik tersedia dimana saja dengan jumlah yang melimpah
yang semuanya dalam bentuk limbah, baik limbah rumah tangga, rumah makan, pasar pertanian,
peternakan, maupun limbah organik jenis lain. Walaupun hasilnya cukup menggembirakan
penggunaan bentuk-bentuk organik tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Kandungan
hara bentuk-bentuk organik yang rendah mengharuskan penggunaan bentuk-bentuk organik
dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman. Pupuk organik cair yang
bahan bakunya berasal dari tumbuh-tumbuhaan dan hewan. Pupuk organik sangat ramah
lingkungan sehingga tidak akan mengakibatkan kerusakan daya dukung lingkungan termasuk
aman bagi penggunanya sehingga meningkatkan protein pada tanaman serta pertambahan yang
baik dan fotosintensis serta pertambahan akar.

Linkar Batang

Tabel 2. Lingkar batang bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro
terhadap beberapa varietas.
Pupuk
organik cair

Tenera

Varietas
Dampy

Sofi

Rata-rata

(cc\l)
.................cm..................
0

3,35

3,57

3,98

3,63 a

100

3,79

3,98

4,13

3,97 b

200

4,48

4,95

5,37

4,93 c

300

6,13

6,53

7,07

6,58 d

400

7,68

8,10

8,2

7,99 e

500
8,77
9,17
9,65
9,20 f
Rata-rata
5,70 C
6,05 B
6,40 A
KK (%)=4,96
Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Pemberian pupuk organik cair lomtoro yang paling meningkat pada varietas sofi
dengan rata-rata 6,40 cm sedangkan nilai terendah pada varietas tenera dengan nilai 5,70 cm.
Hal ini sesuai dengan pendapat Panji (2011), pemberian pupuk organik cair lamtor memberikan
pertambahan dan hasil yang baik pada tanaman serta mampu memningkatkan akar dan mampu
membantu penyerapan unsur hara dan air dan menunjang perkembangan pada tanaman

Pemberian pupuk organik cair lamtoro pada tingkat 500 cc pada lingkar batang paling besar
dibandingkan dengan pemberian pupuk organik cair lamtoro tingkat 0 400 cc. Hal ini
disebabkan pupuk organik cair dapat meningkatkan unsur hara pada tanaman, khususnya dalam
peranannya sebagai jaringan yang menghubungkan antara akar dan daun. Dengan tersedianya

hara P dan K maka pembentukan karbohidrat akan berjalan dengan baik dan translokasi pati ke
lingkar batang sawit akan semakin lancar, sehingga akan terbentuk lingkar batang bibit kelapa
sawit yang baik Setyamidjaja (2006).
Total Luas Daun
Tabel 3. Total luas daun bibit kelapa kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro
terhadap beberapa varietas.
Pupuk organik
cair (cc\l)

Tenera

Varietas
Dampy

Sofi

.................cm..................
0

264,10 aA

336,73 aB

409,20 aC

100

476,67 bA

474,73 bA

548,73 bB

200

588,87 cA

606,70 cB

660,27 cC

300

677,87 dA

735,93 dB

806,00 dC

400

843,93 eA

933,60 eB

391,57 eC

107,87 fA

122,00 fB

123,77 fB

500
KK (%)=25,18

Angka pada baris diikuti huruf besar dan angka pada jalur yang diikuti huruf kecil yang sama
berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%.
Tabel 3 menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro yang terbaik dari
perlakuan 0 cc sampai 500 cc terletak pada varietas sofi dan yang terendah terletak pada
pemberian 0 cc sampai 400 cc terletak pada varietas tenera pemberian pupuk organik cair
lamtoro berbeda sangat nyata pada total luas daun. Peningkatan total luas daun erat kaitannya
dengan unsur hara terutama unsur N, P, dan Mg. Sesuai dengan pendapat Palimbungan (2001),
bahwa unsur N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan daun.

Lankitan (2002) juga menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur utama dalam
pertumbuhan tanaman untuk pembentukan bagian vegetatif tanaman seperti daun, sedangkan

fosfor berfungsi sebagai penyusun protein dan magnesium sebagai penyusun molekul klorofil
berperan dalam proses fotosintesis sehingga fotosintat yang dihasilkan dapat ditranslokasikan
untuk mendukung pertambahan pertumbuhan daun. Ketersediaan unsur hara makro seperti N,
P, dan Mg pada Ultisol sangat tergantung pada pemupukan. Pupuk yang diberikan dapat
mempengaruhi total luas daun pada tanaman dan peningkatan total luas daun yang paling luas
diperoleh dari komposisi pupuk yang paling tinggi.

Pertambahan Bobot Tanaman


Tabel 4. Pertambahan bobot bibit kelapa sawit pada pemberian pupuk organik cair lamtoro
terhadap beberapa varietas
Pupuk
organik cair

Tenera

Varietas
Dampy

Sofi

Rata-rata

(cc\l)
.................g..................
0

35,37

37,30

35,60

35,69 a

100

34,86

34,04

33,02

33,97 b

200

31,18

30,60

29,82

30,53 c

300

29,03

28,76

22,44

28,74 d

400

27,18

26,46

26,12

26,59 e

500
25,18
24,15
22,30
24,05 f
Rata-raata
30,52 A
29,95 B
29,30 C
KK (%)=1,61
Angka-angka pada jalur dan baris yang berbeda tidak nyata menurut DMRT 5%..

Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair lamtoro terhadap


pertambahan bobot bibit kelapa sawit berbeda tidak nyata. Pertambahan bobot bibit kelapa
sawit pada perlakuan pupuk organik cair lamtoro pada varietas Tenera dengan nilai 30,52 cc.
Dan nilai terendah tanpa pemberian pupuk organik cair lamtoro pada varietas sofi dengan nilai

10

29,30 cc. Hal ini disebabkan karna penambahan bobot bibit kelapa sawit lebih dipengaruhui
oleh faktor lingkungan terutama ketersedian air
Normalitas Bibit
Berdasarkan pengamatan secara visual dan foto, ciri-ciri bibit normal antara lain: bibit
tegak yaitu pelepah dan anak daun tegak dan kurang membuka dan pertumbuhan bibit
terhambat tidak terdapat dalam percoban ini karena pertumbuhan bibit sawit meningkat sangat
baik berdasar parameter pertumbuhan tinggi bibit Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik cair
daun lamtoro
Keterangan: A. Bibit tidak normal terletak pada varietas tenera
B. Normal pada varietas sofi
Pada Gambar 1 bibit normal dan tidak normal akibat pemberian pupuk organik

cair

daun lamtoro pada dosis 500 cc sangat baik pada varietas sofi sedangkan untuk varietas tenera
dengan pemberian dosis 0 cc kurang baik.

11

Gambar 2. Penempatan bibit sawit dilahan percoban


Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa jarak antara polybag dan antar baris sudah cukup
baik, dapat dilahat pada pertambahan tinggi bibit tanaman yang tumbuh dengan baik dan
perkembangan bagus. Daun seperti rumput tidak ditemukan pada percoban ini dikarenakan
pada fase pertumbuhan daun di main nursery sudah berkembang dengan baik.

A
Gambar 3. Pengukuran lebar daun dan tinggi bibit kelapa sawit.
Keterangan: A. Pengukuran lebar daun bibit kelapa sawit

12

B. Pengukuran tinggi bibit kelapa sawit


Pada gambar 3 tinggi bibit kelapa sawit dan lebar daun kelapa sawit akibat pemberian pupuk
organik cair daun lamtoro dapat menambah lebar daun dan pertambahan tinggi bibit kelapa
sawit karna pupuk organik cair daun lamtoro sudah mengadung usus N yang tinggi. Sesuai
pendapat Palimbungan (2001), bahwa unsur N sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan daun serta tinggi tanaman

DAFTAR PUSTAKA
Anomin, 2012. Sumatera Barat Dalam Angka 2010.Padang
Anonim, 2006. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS. Medan. 153 hal.
Anomin, 2008. Luas Lahan Perkebunan Dan Lahan Non Perkebunan Pasaman Barat
Anomin, 2000, Ekspor CPO Indonesia Terancam Turun.Indocomercial.No.257,1 1 September
2000.

13

Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 2002. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara.


Jakarta. 750 hal.
Brady, N.C dan Weil, R. 2002. The Nature and Properties of Soil Thirteenth Edition. Prentice
Hall Upper River. New Jersey. P. 391-434.
Darmosarkoro. W. 2006. Towards sustainable oil palm industry in Indonesia. International Oil
Palm Conference.Nusa Dua-Bali June 19-23. p 1-12.
Darmosarkoro, W., Akiyat., Sugiyono., dan E.S. Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. CV
Mitra Karya. Medan. Indonesia. 51 hal.
Fauzi, Y., E. Yustina., Widyastuti., S. Iman., H.,R. 2002. Budidaya dan Pemanfaatan Hasil
Limbah Kelapa Sawit hal 236, Jakarta.
Hidayat, T.C., G. Simangunsong., Eka, L., dan Iman Y.H. 2007. Pemanfaatan Berbagai Limbah
Pertanian untuk Pembenah Media Tanam Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa
Sawit Vol.15 (2). PPKS. Medan. hal. 185.
Koedadiri, A.D., W. Darmosarkoro., dan E.S. Sutarta. 1999. Potensi dan Pengolahan tanah
Ultisol Pada Beberapa Wilayah Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Kongres
Nasional VII HITI. 2- 4 November 1999. Bandung. 24 hal.
Lubis, A.U.2008.Kelapa Sawit (Elais Guieensisjacq) diIndonesia Edisi 2.432 hal.
Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 95 hal.
Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta. 408 hal.

14

Murband, L. 2003. Membuat Kompos Penebar Swadaya.Jakarta. 54 hal.


Parnata, A Styamidjaja,2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya,Panen dan Pengolahan
Kanisius,Yogyakarta.127 hal 3.
Pahan,1.2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta:Penebar Swadaya
Parnata. A. S. 2004. Pupuk organik cair aplikasi dan mamfaatnya. Agromedia pustaka. Jakarta.
Palimbungan N., 2006. Pengaruh ekstra daun lamtoro sebagai pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 404 hal.
Prasetyo S., 2007, Pertanian organik gerakan bawah tanah petani Indonesia melawan revolusi
hijau.
Panji nugroho, 2011, Panduan membuat pupuk kompos cair, Makasar. 204 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sastrosayono.S, 2008.Budidaya Kelapa sawit Kiat mengatasi Permasalahan

Praktis, Jakarta.

Siswanto, 2004. Tanggapan pertumbuhan, sarapan hara dan morfologi terhadapcekaman


kekeringan pada bibit kelapa sawit yang bersembiosis dengan FMA desertasi sekolah
pasca sarjana , Instituti pertanian Bogor
Sutejo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta. Jakarta. 177 hal.

15

Sutarta, E. S, S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan
sumber hara pada tanaman kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. hal. 79
90.
Shancez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid I. Terjemahan Johara T.
Jayatina. ITB Bandung. 67 hal.
Tim Pengembangan Materi LPP.2000. Seri Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Edisi
Pertama.Yogyakarta.
Tan, K. H. 2003. Humic Matter in Soil and the Environment. CRC Press. New York. 408 p.
Tan, K.H. 2011. Principles of Soil Chemistry (2nd Ed). CRC Press. New York.343 p
Winarna, W. Darmosarkoro, dan E.S Sutarta. 2003. Teknologi Pemupukan Tanaman Kelapa
Sawit. Dalam W. Darmosarkoro, E.G. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. PPKS. Medan. hal. 113-131.

Anda mungkin juga menyukai