Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Fisiologi

Blok 5

KELOMPOK A7

1. M Firaz khusyi 10-2008-021


2. Febriany Gotamy 10-2011-075
3. Grace Stephanie manuain 10-2011-075
4. Alvin anthonius paulus- 10-2011-020
5. Eifraimdio paisthalozie 10-2011-384
6. Kevin Giovannno 10-2011-208
7. Claudia Kristina 10-2011-003
8. Puspa mayanovi jonnarita paulus 10-2011-351
9. Dhita aprilia anjoti 10-2011140

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana

Tujuan Praktikum :
Mengetahui apa pengaruh larutan tubokurarin pada katak. Selain itu juga, mengetahui reaksi
katak dan seberapa besar rangsang yang diperlukan untuk kaki katak setelah disuntikkan
dengan larutan tubokurarin. Mengetahui tempat kerja kurare pada katak.
Alat dan Binatang Percobaan yang Diperlukan :
1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul.
2. Waskom besar yang berisi air.
3. 3 ekor katak + penusuk katak + benang.
4. Stimulator induksi + elektroda perangsang.
5. Gelas arloji.
6. Semprit 2 cc + jarumnya.
7. Larutan Ringer.
8. Larutan Tubokurain (dicairkan 1:1 dalam Ringer).
9. Larutan Atropin (0,01 % dalam Ringer).
10. Larutan Prostigmin (dicairkan 1:1 dalam Ringer).
11. Larutan tubokurain 1% (dari ampul).
Cara kerja :
I . Pengamatan Sikap, Gerakan dan Waktu Reaksi Seekor Katak terhadap Berbagai
Rangsang Sebelum dan Sesudah Penyuntikan Kurare.
1) Ambilah seekor katak dan letakkan di pelat kaca. Perhatikan kegiatan binatang
tersebut (aktif/pasif). Hitunglah frekuensi pernapasannya per menit.
2) Cobalah menelentangkan katak tersebut beberapa kali dan perhatikan reaksinya
(kembali/tidak kembali ke posisi semula).
3) Masukkkan katak ke dalam waskom yang berisi air dan perhatikan reaksinya
(dapat berenang/tidak).
4) Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks-refleks nosiseptif dengan cara
sebagai berikut :
a. Katak di pegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya
tergantung bebas.
b. Rangsanglah dengan menjepit salah satu telapak kakinya dengan pinset.
c. Tetapkan waktu reaksinya.
5) Suntikan 0,5 cc larutan tubokurain 1:1 ke dalam kantung limfe iliakal (disebelah
os coccygis, di bawah kulit). Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikan
tersebut ulanglah percobaan 1 sampai 4 di atas tadi dan perhatikan berbagai
perbedaan sikap reaksinya.
6) Sebelum pernapasan berhenti sama sekali, suntikanlah kedalam kantung limfe
iliakal berturut-turut:
a. 0,5 cc larutan Atropin 0,01 %
b. 1 cc larutan Prostigmin 1:1
7) Setelah terjadi pemulihan lakukan sekali lagi percobaan 1 s/d 4 diatas. Oleh
latihan bagian II dan III.
II. Pengaruh Kurare terhadap Sesuatu Bagian Lengkung Refleks
2

1) Ambil katak lain dan rusaklah otaknya saja tetapi jangan merusak medulla
spinalisnya.
2) Bebaskan n. Ishiadicus paha kanan
3) Ikatlah seluruh paha kanan kecuali n. Ishiadicus nya
4) Suntikkan 0,5 cc larutan tubo-kurarin 1 : 1 ke dalam kantong limfe depan dengan
membuka mulut katak cukup lebar dan menusukkan jarum suntik ke dasar mulut
ke arah lateral. Periksalah pada kaki yang tidak diikat setiap 5 menit berkurangnya
refleks nosiseptif dan timbulnya kelumpuhan umum. Bila peristiwa di atas belum,
ulangi suntikan setiap 20 menit.
5) Rangsanglah ujung jari kaki kanan dengan ransang faradik yang cukup kuat
sehingga terjadi withdrawal refleks. Catatlah kekuatan rangsang yang
digunakan.
6) Rangsanglah ujung jari kaki kiri dengan rangsang faradik yang cukup kuat
sehingga terjadi withdrawal refleks. Catatlah kekuatan rangsang yang
digunakan.
7) Bebaskan n. Ischiadicus kaki kiri dan buanglah sedikit kulit yang menutupi m.
Gastrocnemius kanan dan kiri.
8) Tentukan ambang-rangsang-buka untuk masing-masing n. Ischdiadicus.
9) Tentukan ambang-rangsang-buka untuk masing-masing m. Gastrocnemius yang
dirancang secara langsung.
III. Tempat Kerja Kurare pada Sediaan Otot-Saraf
1) Buatlah 2 sedian otot-saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahan agar
didapatkan saraf yang sepanjang-panjangnya.
2) Masukka otot sedian A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang berisi 1/2 cc
larutan tubo-kurarin 1% (lihat gamar).
3) Selama menunggu 20 menit basahilah saraf sediaan A dan otot sediaan B dengan
larutan Ringer.
4) Berilah rangsangan dengan arus buka pada:
a) Saraf sediaan A
b) Otot sediaan B
c) Otot sedian A
d) Otot sediaan B
5) Tentukan kekuatan rangsangan yang digunakan baik untuk sediaan yang
memberikan jawaban maupun yang tidak memberikan jawaban.
6) Buatlah kesimpulan tentang tempat kerja kurare

Mematikan Kodok atau Katak


1) Pelajari dengn seksama letak foramen occippitale magnum pada sebuah rangka
yang disediakan.
2) Setelah itu ,kodok/katak di genggam dalam tangan kiri ,sehinnga bagian antara
kepala dan punggung kodok/katak terletak diantara ibu jari dan jari telunjuk.
3

3) Dengan penusuk katak tusuk di garibs median di antara tulang belakang kepala
dan atlas ke dalam medulla oblongata melalui foramen occipitale megnum dengan
menembus kulit dan lapisan-lapisan jarinngan lainnya.
4) Tusuk terus sehinnga masuk ke dalam ruang kepala,kmd korek-korek otak sampai
rusak.
5) Tarik penusuk dari otak ,dan tusuk kedalam canalis verteblaris.
6) Dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang telah dirusak. Kerusakan
susunan saraf pusat ini dapat dibuktikan dari melemaskan seluruh tubuh bunatang
(pengurangan tonus-tonus otot-otot) dan menghilangkan refleks-refleks (jika
kornea sisinggung mata tidak akan berkedip lagi ,dan jika kaki tidak di tarik lagi.
7) Bila No. 6 telah tercapai dengan sempurna pembuatan sediaan otot/otot-saraf
dapat dimulai.
Pembahasan :
Percobaan 1 - Pengamatan Sikap, Gerakan dan Waktu Reaksi Seekor Katak terhadap
Berbagai Rangsang Sebelum dan Sesudah Penyuntikan Kurare
Sebelum disuntikkan larutan tubo-kurarin :
1.
2.
3.
4.
5.

Frekuensi pernafasan : 59 per 60 detik


Kegiatan katak : aktif
Saat kaki kata direntangkan : langsung kembali ke posisi semula
Saat katak dimasukkan ke dalam waskom berisi air : katak dapat berenang
Setelah 3 detik kaki katak dijepit, katak menarik kakinya
Setelah disuntikkan 0,5 cc larutan tubokurarin :

1. Frekuensi pernafasan : 42 per 60 detik


2. Kegiatan katak : pasif
3. Saat kaki kata direntangkan : kembali ke posisi semula, namun membutuhkan waktu
yang lebih lama
4. Saat katak dimasukkan ke dalam waskom berisi air : katak tidak berenang
5. Setelah 10 detik kaki katak dijepit, katak menarik kakinya
6. Setelah katak disuntikkan atropin dan prostigmin, katak tetap hidup namun katak
menjadi lemas dan pasif, sehingga langkah ke 7 tidak dapat dilakukan
Tubokurarin (kurare) merupakan pelumpuh otot, memiliki sifat sebagai berikut :
-

bersifat antagonistik (menghalangi) proses menempelnya asetilkolin pada molekul

reseptor (menduduki reseptor asetilkolin di motor end-plate)


merupakan inhibitor kompetitif dari asetilkolin, sehingga memiliki struktur secara

umum yang hampir sama dengan asetilkolin


menghambat aktivitas ganglionik tingkat sedang pada reseptor nikotinik
pelepasan histamine dapat menyebabkan bronkospasme dan hipotensi
4

kurare dapat melumpuhkan fungsi otot, tetapi tidak melumpuhkan saraf

Kurare menyebabkan kelumpuhan dengan urutan tertentu, kerjanya diawali dari sistem saraf
perifer lalu berlanjut terus hingga akhirnya menganggu sistem pernapasan (dapat
menghentikan kerja sistem pernapasan). Kerja awal kurare ialah pada otot rangka yang kecil
dan bergerak cepat seperti otot ekstrinsik mata, jari kaki dan tangan. kemudian disusul oleh
otot yang lebih besar seperti otot tungkai, leher dan badan. Selanjutnya otot interkostal dan
yang terakhir lumpuh adalah diafragma.

Paralisis atau kelumpuhan pada diafragma

merupakan salah satu pertanda bahwa sudah cukup banyak kandungan kurare yang ada di
dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu mengkontraksikan diafragma untuk bernapas dan
berujung pada kematian.
Atropin merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Atropin disini digunakan
sebagai penawar / antidote dari tubo-kurarin. Namun penggunaan atropin memiliki efek
negatif yaitu menghentikan kerja jantung. Oleh karena itulah, untuk mencegah efek negatif
dari atropine, digunakanlah prostigmin. Prostigmin dapat memberikan efek perangsangan
otot dan respirasi secara langsung. Sebagian dari efek central antikolinesterase dapat diatasi
oleh atropine, tetapi pada ganglion dan otot rangka atropin tidak memberikan efek.

Percobaan 2 - Pengaruh Kurare terhadap Sesuatu Bagian Lengkup Refleks


Kekuatan rangsang yang digunakan sampai terjadi withdrawal reflex :
-

Kaki kiri = 0,1 x 20 mV


Kaki kanan (yang diikat) = 0,1 x 10 mV

Ambang-rangsang-buka :
-

N. Ischiadicus kaki kiri : 0,1 x 20 mV


M. Gastrocnemius kaki kiri : 0,1 x 20 mV
M. Gastrocnemius kaki kanan : 0,1 x 10 mV

Tujuan kaki kanan katak diikat kuat adalah agar aliran darah ke kaki kanan terhambat
sehingga tubokurarin yang disuntikkan tidak masuk ke aliran darah di kaki kanan tersebut.
Dari percobaan yang kita lakukan, maka dapat kita ketahui bahwa withdrawal reflex
disebabkan oleh rangsangan yang menimbulkan rasa nyeri sehingga akhirnya membuat

gerakan berupa menarik bagian yang terkena rangsang menjauh dari sumber rangsang
tersebut.
Ambang rangsang adalah rangsang minimal pada nervous ischiadicus yang dapat
menimbulkan kontraksi otot gastrocnemius. Rangsang langsung adalah rangsang yang
diberikan langsung pada otot katak tidak melalui sarafnya.

Percobaan 3 - Tempat Kerja Kurare pada Sediaan Otot-Saraf


Kekuatan rangsang yang digunakan pada otot (secara langsung) :
Larutan kurare : 0,1 x 50
Larutan ringer : 0,1 x 10
Kekuatan rangsang yang digunakan pada saraf (tidak langsung) :
Larutan kurare : 0,1 x 30
Larutan ringer : 0,1 x 20
Dari percobaan ini dapat kita ketahui bahwa tempat kerja kurare sebenarnya adalah di otot.
Dapat dilihat dari hasil percobaan yang menunjukkan bahwa otot yang terendam kurare
membutuhkan kekuatan rangsang yang lebih besar daripada kekuatang rangsang yang
digunakan saat saraf yang terendam dalam kurare. Untuk kerja kurare sendiri telah dijelaskan
di pembahasan bagian awal percobaan 1. Selain larutan kurare, kami juga menggunakan
larutan Ringer, larutan ini merupakan larutan fisiologis dan nama lain dari NaCl 0,9%.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang bersifat
isotonis terhadap sel, sehingga penggunaan dari larutan Ringer ini diharapkan mampu
memberikan perbandingan yang signifikan antara kerja saraf-otot secara normal (dalam
tubuh) dengan kinerja saraf-otot yang telah di bawah pengaruh kurare.

KESIMPULAN :
Pemberian kurare terhadap katak menghasilkan kelumpuhan otot tetapi tidak melunmpuhkan
saraf, lalu pemberian atropine untuk penawar kurare/turbokurarin tetapi masih menghasil kan
efek kurang baik yaitu menghentikan kerja jantung , untuk itu di berikanlah prostigmin untuk
6

pembangkit kerja otot termasuk otot jantung. Selain larutan kurare, kami juga menggunakan
larutan Ringer, larutan ini merupakan larutan fisiologis dan nama lain dari NaCl 0,9% sebagai
larutan yg bersifat isotonis terhadap sel .

Anda mungkin juga menyukai