Anda di halaman 1dari 4

Potensi Limbah Padat Pabrik Kertas

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sejumlah produk barang dan jasa


mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan industri yang memproduksi barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap
peningkatan perekonomian. Namun, di sisi lain akan menimbulkan berbagai dampak negatif
karena kegiatan industri juga menghasilkan material non produk berupa pencemar yang
sering disebut sebagai limbah.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi yang
berlangsung di dalam rumah tangga (sampah domestik) dan industri. Berdasarkan jenis
senyawanya, limbah dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Limbah organik

Semua limbah yang secara alami dapat diuraikan oleh mikroorganisme masuk ke dalam
limbah organik. Limbah organik ini dihasilkan oleh kegiatan manusia yang bisa saja berupa
pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga, sampah industri yang tidak menggunakan
bahan kimia.
2. Limbah anorganik

Limbah jenis ini termasuk kelompok limbah yang tidak mudah hancur atau diuraikan
oleh mikroorganisme. Limbah organik ini sebagiannya sama sekali sudah tidak dapat
diuraikan lagi sedangkan sebagian yang lain masih dapat diuraikan akan tetapi
membutuhkan waktu yang amat lama. Limbah rumah tangga yang berbahan dasar plastik
misalnya botol bekas, kaleng bekas, tas plastik termasuk ke dalam golongan limbah
anorganik.
3. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

Limbah B3 merupakan semua bahan/senyawa baik padat, cair, ataupun gas yang
mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifatsifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Keberadaan limbah umumnya tidak dikehendaki, karena hampir tidak mempunyai
nilai ekonomi dan bersifat merusak ekologi dan lingkungan. Orang menganggap bahwa
limbah adalah sampah yang sama sekali tidak ada gunanya dan harus dibuang. Limbah
juga sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan
mengundang penyakit. Manusia seringkali memandang sebelah mata pada limbah. Tanpa
berpikir bahwa dibalik negatifnya limbah ternyata memiliki sebuah potensi besar yang tidak
terlihat. Salah satu contohnya yaitu limbah yang dihasilkan oleh industri kertas.
Limbah padat pabrik kertas terdiri dari (Hammer, 1977 cit. Hastutik et al., 2005) :
a. Sludge

Sludge adalah suatu bahan yang terdiri atas 90% padatan dan 10% air. Sludge didapat dari
proses pengendapan pada efflument treatment plant, mengandung bahan organik yang
berasal dari bahan baku pulb.
b. Biosludge
Biosludge adalah hasil samping dari efflument treatment yakni dari proses biological
aeration, tersusun dari bahan baku pulb, selain mengandung mikroorganisme sebagai efek
dari biological aeration.
c. Pith
Pith adalah bahan dari proses depething plant yaitu proses pemisahan secara mekanik
bahan baku pulb yaitu antar bahan serat dan bahan bukan serat.
Limbah terbesar yang dikeluarkan oleh pabrik kertas adalah sludge yang berasal dari
IPAL. Sludge ini masih mengandung bahan serat dan bahan-bahan mineral yang berpotensi
untuk dimanfaatkan sebagai produk yang berguna. Limbah padat ini berupa lumpur (sludge)
yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah cair (IPAL) kolam primary dan secondary
treatment. Sludge umumnya merupakan 10 50% dari beban COD limbah yang diolah
(Supriyanto, 1993 cit. Noor et al., 2005).
Limbah padat pabrik kertas mengandung unsur kalium (K). Peranan unsur ini untuk
memperlancar fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada titik awal, memperkuat
batang dan menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit serta
kekeringan. Limbah padat pabrik kertas juga mengandung unsur-unsur antara lain : kalsium,
magnesium, besi, dan sulfida yang juga berguna bagi pertumbuhan tanaman (Murtadho dan
Said, 1987). Akan tetapi, menurut Noor et al. (2005), rasio C/N dari sludge yang dihasilkan
rendah, sehingga untuk pemanfaatannya ke tanah perlu dicampurkan dengan bahan
organik yang memiliki kandungan C tinggi, misalnya sekam.
Berdasarkan penelitian, limbah padat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kompos.
Umumnya

pada

pembuatan

kompos

digunakan

aktivator

mikroorganisme

seperti

Trichoderma viride yang menghasilkan enzim selulase dalam jumlah banyak dan sifatnya
stabil (Noor et al., 1997 cit. Noor et al., 2005). Selain itu juga dapat menggunakan kotoran
ternak, karena didalam kotoran ternak tersebut banyak mengandung mikroba pendegradasi
organik kompleks (Rina et al., 2010).
Noor et al. (2005) telah menguji kompos dari limbah padat kertas tersebut terhadap
pertumbuhan tanaman tomat dan sengon. Hasilnya menunjukkan bahwa kompos dari
limbah padat pabrik kertas memberi pengaruh positif pada pertumbuhan vegetatif maupun
generatif tanaman tomat dan uji coba kompos sampai dosis 70% (10,5 kg/pohon) terhadap
tanaman sengon menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang jauh lebih baik dibanding
kontrol.

Hastutik et al. (2005), mengaplikasikan limbah padat pabrik kertas sebagai pupuk
dasar tanaman bawang merah. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan macam
limbah padat pabrik kertas berpengaruh nyata terhadap semua komponen hasil (jumlah
umbi, berat segar umbi dan berat kering umbi) tanaman bawang merah. Hal tersebut dapat
terjadi karena, limbah padat pabrik kertas mengandung kalium yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman.
Selain bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman, limbah yang dihasilkan oleh industri
kertas ini juga dapat bermanfaat bagi tanah. Abu sisa pembakaran kulit kayu dari boiler
industri pulp dan kertas mengandung mineral sebagai unsur hara yang potensial
dimanfaatkan sebagai pengkondisi tanah gambut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Purwati et al. (2007), aplikasi abu boiler sampai dosis 10 kg/pohon meningkatkan kadar
Ca, Mg, K, dan nilai KTK tanah gambut setelah umur tanam 12 bulan. Ditinjau dari sifat
biologis aplikasi abu boiler dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah, sehingga
dapat membantu upaya dalam perbaikan kualitas tanah gambut yang kesuburannya rendah.
Sejatinya, limbah tidak merugikan. Tidak selamanya pula limbah harus dibuang,
karena banyak juga limbah yang masih bisa diolah menjadi produk yang bermanfaat.
Bahkan beberapa macam limbah bisa menjadi sangat berguna dan juga mempunyai nilai
jual tinggi apabila diolah kembali secara baik dan benar. Oleh karenanya, kita harus
melakukan inovasi-inovasi dalam pemanfaatan limbah agar limbah yang semula memberi
dampak negatif dapat memberikan manfaat bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA
Hastutik, W., Apriyanto, dan H. B. Nasution. 2005. Pengaruh limbah padat pabrik kertas
terhadap
hasil
tanaman
bawang
merah.
<http://directory.umm.ac.id/penelitian/PKMI/pdf/PENGARUH%20LIMBAH%20PADAT
%20PABRIK%20KERTAS%20TERHADAP%20HASIL%20TANAMAN%20BAWANG
%20MERAH.pdf.>. Diunduh 6 Oktober 2014.
Murtadho, J. dan E. G. Said. 1987. Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Melton Putra,
Jakarta.
Noor, E., M. S. Rusli, M. Yani, A. Halim, dan N. Reza. 2005. Pemanfaatan sludge limbah
kertas untuk pembuatan kompos dengan metode windrow dan cina. J. Tek. Ind. Pert..
15:67.
Purwati, S., R. Soetopo, dan Y. Setiawan. 2007. Potensi penggunaan abu boiler industri pulp
dan kertas sebagai bahan pengkondisi tanah gambut pada areal hutan tanaman
industri. Berita Selulosa. 42:8-16.
Rina, S. S., K. Septiningrum, dan A. Surahman. 2010. Potensi kompos dari limbah padat
pabrik Joss Paper untuk meningkatkan produktivitas tanaamn. Berita Selulosa.
45:32-33.

Anda mungkin juga menyukai