Pendahuluan
Pemandu gelombang (hollow pipe waveguide) adalah saluran transmisi yang di masa
lalu memaikan peranan paling penting dalam transmisi gelombang berfrekuensi tinggi. Hal
ini mengarah pada pembahasan teori transmisi secara umum yang akan kita mulai dari
persamaan Maxwell, kemudian ke persamaan gelombang (persamaan Helmholtz).
Dengan menggunakan sinyal harmonis dan pengandaian bahwa dimensi bidang
saluran transmisi ke arah perambatannya (misalnya ke arah z) tidak berubah, kita akan
sampai pada persamaan diferensial parsial dua dimensi. Pada persamaan diferensial ini bisa
dibedakan dua kasus: gelombang TE dan gelombang TM. Sedangkan gelombang TEM
disolusikan dengan cara yang analog tetapi lebih mudah.
7.2
persamaan Maxwell. Proses pencarian solusi secara global diilustrasikan di gambar 7.1.
Secara lengkapnya penurunan dan langkah setiap proses bisa dilihat di appendix.
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
Gelombang H:
Dari hasil penurunan di appendix didapatkan komponen medan elektromagnetika untuk
gelombang Hmn:
H z ( x, y ) H o cos k x x cos k y y e z
j k x
H o sin k x x cos k y y e z
k c2
Hx
Hy
Ex
j k y
k c2
jk y
k
Ey
dengan k x
H o cos k x x sin k y y e z
2
c
H o cos k x x sin k y y e z
jk x
H o sin k x x cos k y y e z
k c2
m
n
2
2
2
, ky
dan k c k x k y
a
b
c
2
Jika frekuensi sinyal lebih kecil dari fc maka sinyal tidak akan merambat.
Jadi dari hasil di atas:
1. Pada waveguide segi empat akan terbentuk mode-mode yang ditandai dengan index m
dan n, yang menyatakan jumlah fungsi sinus setengah gelombang pada arah x dan
arah y.
2. Setiap mode akan berbeda bentuk medan listrik dan magnetnya, juga memiliki
frekuensi cut-off yang berbeda.
3. Tergantung dari frekuensi sinyal, bisa jadi akan merambat beberapa mode, jika
frekuensi sinyal lebih tinggi dari frekuensi cut-off mode ini.
Kita amati mode yang paling sederhana, yaitu mode m = 1 dan n = 0 atau gelombang H10.
Maka k x a , dan k y 0 sehingga k c k x a
H z x, y , z H o cos
x e z
a
j a
H x x, y , z
H o sin
x e z
ja
H o sin
x e z
H y Ex Ez 0
E y x, y , z
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
, dan dengan
a
Konstanta perambatan : 2
Frekuensi cut-off : f c
c
2a
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
j k y
k
2
c
jk y
k
Hy
dengan k x
j k x
Eo cos k x x sin k y y e z
2
kc
2
c
Eo sin k x x cos k y y e z
Eo sin k x x cos k y y e z
jk x
Eo cos k x x sin k y y e z
2
kc
m
n
2
2
2
, ky
dan k c k x k y .
a
b
Pada gelombang E, mode paling sederhana bukanlah E10 atau E01, karena pada kedua mode
ini komponen z dari medan listrik menjadi nol, sehingga tidak akan terjadi gelombang di
dalam waveguide.
Gelombang E11 adalah mode yang paling sederhana.
Contoh :
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
c
2
c
3 10 8
6,562 GHz
2a 2 2,286 10 2
Mode
fc
H
H
H
H, E
H, E
H, E
1
2
0
1
1
2
0
0
1
1
2
1
(GHz)
6,562
13,123
14,764
16,156
30,248
19,753
Jadi jika waveguide di atas digunakan untuk transmisi sinyal 5 GHz, maka tidak akan terjadi
propagasi (tidak ada transmisi), karena frekuensi 5 GHz berada di bawah frekuensi cut-off
dari semua modes.
Transmisi sinyal 10 GHz akan berlangsung dengan mode H10.
Sedangkan pada sinyal 14 GHz, transmisi akan berlangsung secara overmoded, karena lebih
dari satu mode bisa merambat di dalam waveguide. Secara umum, kasus overmode dihindari,
sehingga waveguide di atas hanya digunakan untuk melewatkan sinyal pada frekuensi 6,562
GHz < f < 13,123 GHz.
7.4
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
Mode E11
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
Mode E12
Pembangkitan Modes
Modes yang terbentuk di dalam waveguide jika kita mentransmisikan sinyal yang
berfrekuensi tinggi adalah distribusi medan elektromagnetika yang secara otomatis akan
terbentuk jika kita memasukkan sinyal itu ke dalam waveguide. Terutama sekali jika kita
memasukkan sinyal dengan frekuensi di atas frekuensi cut-off dari mode dasar, tetapi masih
di bawah frekuensi cut-off dari mode berikutnya, maka pasti akan terbentuk mode dasar itu di
dalam waveguide.
Tetapi cara seperti itu tidaklah menghasilkan mode yang dimaksud secara efisien, karena
akan terjadi refleksi gelombang yang cukup besar yang barangkali hanya sebagian kecil saja
daya gelombang elektromagnetika ini berhasil diubah ke mode itu. Gambar 7.6 menunjukkan
sebuah cara untuk menghasilkan mode H10 dengan bantuan kabel koaxial.
Gelombang TEM yang merambat di dalam kabel koaxial akan masuk ke dalam waveguide
yang secara perlahan-lahan bentuknya disesuaikan dengan bentuk kabel koaxial, supaya
terjadi perubahan kondisi batas secara gradual. Jika gelombang TEM ini mempunyai
frekuensi di atas frekuensi cut-off dari H10, maka di waveguide akan terbentuk mode ini.
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
Appendix :
Berawal dari persamaan Maxwell
E j H
dan
H j E
(A.1)
dan kenyataan bahwa pada saluran transmisi, tak ada perubahan dimensi sepanjang
perambatan gelombangnya (misalnya arah z), maka medan listrik dan medan magnetya bisa
dituliskan secara
12
E x, y, z E o x, y e jz
(A.2)
H x, y , z H o x, y e j z
(A.3)
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
dan secara umum medan listrik di atas memiliki ketiga komponen orthogonalnya, misalnya
untuk medan listrik berlaku
E o x, y E x x, y a x E y x, y a y E z x , y a z
(A.4)
z
y
E y E x
E x E z
a x
x
y
z
x
a x
a z
(A.5)
E y
z
j E y
dan
E x
j E x
z
(A.6)
Maka persamaan Maxwell di atas bisa diubah menjadi
E z
j E y jH x
y
j E x
E y
x
(A.7)
E z
jH y
x
(A.8)
E x
jH z
y
(A.9)
H z
j H y jE x
y
j H x
H y
x
(A.10)
H z
jE y
x
(A.11)
H x
jE z
y
(A.12)
jE y
jH x
y
H z
E z
2
E z H z
1
j H x
j
Hx
j 2 2 H x
y
x
y
x
dengan
k c2 2 2
E z
H z
jk c2 H x , maka
y
x
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
(A.13)
Hx
2
c
E z
H z
y
x
(A.14)
Hy
Ex
Ey
j
k c2
E z
H z
x
y
E z
H z
y
x
2
c
k
j
2
c
E x
H z
x
y
(A.15)
(A.16)
(A.17)
Jadi jika komponen axial Ez dan Hz dikenal, dengan persamaan (A.14) (A.17) komponen
yang lainnya bisa dihitung.
Untuk itu diklasifikasikan beberapa kasus:
1. Gelombang TEM: transversal elektromagnetik
Komponen axial medan listrik dan magnet nol, atau Ez = 0 dan Hz = 0
2. Gelombang TE: transversal elektrik
Ez = 0
3. Gelombang TM: transversal magnetik
Hz = 0
Untuk pembahasan selanjutnya, untuk perhitungan komponen axial, diperlukan sebuah
persamaan lain, yaitu persamaan Helmholtz, yang didapatkan dari pembendukan rotasi
persamaan (A.1)a dan memasukkan persamaan (A.1)b ke dalamnya:
E j H E j j E
E E 2 E
karena
E 0
dan pasangannya
(A.18)
(A.19)
2 H 2 H 0
2
y 2
z 2
x
2Ey
ax
2Ey
y
2Ey
z
2
2
2
ay Ez Ez Ez
x 2
y 2
z 2
Sehingga berlaku
2 Ex 2 Ex 2 Ex
2 E x 0
2
2
2
x
y
z
12
10
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
(A.21)
a z
2Ey
x 2
2Ey
y 2
2Ey
z 2
2 E y 0
(A.22)
2 Ez 2 Ez 2 Ez
2 E z 0
x 2
y 2
z 2
(A.23)
Untuk medan magnet berlaku juga rumus yang sama seperti pada (A.21) (A.23).
Gelombang TEM:
Karena pada TEM berlaku Ez = 0 dan Hz = 0, maka seluruh medan listrik dan magnet akan
menjadi nol.
2
Tetapi tidak demikian halnya jika k c 0 atau 2 2 .
2 E x 2 E x 0
2
2
x
y
2 Ex 2 Ex
0
x 2
y 2
Bentuk persamaan yang sama juga akan didapatkan untuk Ey, Hx dan Hy.
Gelombang TE: Ez = 0
Diambil persamaan Helmholtz untuk Hz
2H z 2H z
2 H z 2 H z 0
2
2
x
y
2H z 2H z
k c2 H z 0
2
2
x
y
(A.24)
Persamaan diferensial ini ditambah dengan kondisi batasnya: Etan = 0 dan Hn = 0 pada
permukaan metal harus dicari solusinya.
Jika persamaan ini harus diterapkan pada waveguide segi empat.
12
11
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
x 0, x a
0;
Hy
0;
Ey
y 0 , y b
(A.25-26)
Ex
y 0 , y b
x 0, x a
(A.27-28)
Medan magnet dan listriknya bisa dihitung (dari persamaan (A.14) (A.17))
Hx
j H z
;
k c2 x
Hy
Ex
j H z
;
k c2 y
Ey
j H z
k c2 y
j H z
k c2 x
Solusi dari (A.24) biasanya didapatkan dengan metode separasi, yaitu dengan asumsi bahwa
fungsi Hz bisa direpresentasikan dengan perkalian dua buah fungsi Fx yang hanya tergantung
dari x dan fungsi Fy yang hanya tergantung dari y.
H z x, y Fx x Fy y
(A.29)
2
2 Fy
2 Fx
1 2 Fx
1 Fy
2
k
F
F
k c2 0
x
c
x y
Fx x 2
Fy y 2
x 2
y 2
Term pertama di persamaan di atas hanya tergantung pada x, dan tidak pada y. Term kedua
hanya tergantung pada y dan tidak pada x, sedangkan term ketiga konstanta. Sehingga dengan
demikian term di atas adalah konstanta.
Dan bisa secara bebas dituliskan menjadi
1 d 2 Fx
k x2
Fx dx 2
(A.30)
2
1 d Fy
k y2
Fy dy 2
(A.31)
12
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
k c2 k x2 k y2
(A.32)
Jadi persamaan diferensial parsial dipecah menjadi dua buah persamaan diferensial biasa
(A.30) dan (A.31) dengan syarat (A.32).
Solusi persamaan (A.30) dan (A.31) secara umum adalah
Fx x A sin k x x B cos k x x
(A.33)
Fy y C sin k y y D cos k y y
(A.34)
dan turunannya
dFx
Ak x cos k x x Bk x sin k x x
dx
dFy
(A.35)
Ck y cos k y y Dk y sin k y y
dy
(A.36)
A, B, C dan D adalah konstanta yang harus ditentukan dengan kondisi batas (A.26) (A.28).
Dengan Hx dan Ey berbanding lurus dengan turunan Hz terhadap x, maka keduanya juga akan
berbanding lurus dengan turunan Fx terhadap x, sehingga dengan kondisi batas (A.25) dan
(A.28), maka
dFx
dx
0 Ak x cos k x x Bk x sin k x x
x 0, x a
A = 0 dan
m
a
C = 0 dan
n
b
j k x
H o sin k x x cos k y y ;
k c2
j k y
k c2
H o cos k x x sin k y y
jk y
Ey
k c2
H o cos k x x sin k y y ;
jk x
H o sin k x x cos k y y
k c2
2
2
2
Dengan k c k x k y dan untuk perambatan haruslah berlaku
12
13
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti
2 2 k c2 0
sehingga akan terdapat frekuensi minimal untuk mode m dan n, atau frekuensi cut-off
c
fc
c
2
m
a
Jika frekuensi sinyal lebih kecil dari fc maka sinyal tak akan merambat.
Daftar Pustaka :
Dr. Ing Mudrik Alaydrus. Saluran Transmisi. (2009). Graha Ilmu.
12
14
Saluran Transmisi
Dian Widi Astuti