Anda di halaman 1dari 6

I.

Karakteristik keluarga sakinah,mawadah dan rahmah


Dalam kehidupan berkeluarga, kita sering sekali mendengar istilah Sakinah,
Mawaddah dan wa Rahmah. Ketiga kata tersebut sering dikaitkan dengan keluarga yang
harmonis. Mungkin dari kita belum mengetahui makna dari Sakinah, Mawaddah Wa
Rahmah.
Sebagaimana diketahui, kata sakinah, mawadah dan rahmah itu diambil dari firman
ALLAH SWT: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri (pasangan) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
(sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawadah) dan sayang
(rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir." (Q.S. Ar-Rum 21)
:: MAKNA SAKINAH
Kata sakinah berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, kata sakinah
mengandung makna tenang, tenteram, damai, terhormat, aman, nyaman, merasa dilindungi,
penuh kasih sayang, dan memperoleh pembelaan. Dengan demikian keluarga sakinah berarti
keluarga yang semua anggotanya merasakan ketenangan, kedamaian, keamanan,
ketenteraman, perlindungan, kebahagiaan, keberkahan, dan penghargaan.
Kata sakinah juga sudah diserap menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata sakinah bermakna kedamaian; ketenteraman; ketenangan;
kebahagiaan.
:: MAKNA MAWADDAH
Kata mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. Mawaddah adalah jenis cinta
membara, perasaan cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasangan jenisnya.
Mawaddah adalah perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan
jenisnya, atau muncul karena adanya sebab-sebab yang bercorak fisik. Seperti cinta yang
muncul karena kecantikan, ketampanan, kemolekan dan kemulusan fisik, tubuh yang seksi;
atau muncul karena harta benda, kedudukan, pangkat, dan lain sebagainya.

Biasanya mawaddah muncul pada pasangan muda atau pasangan yang baru
menikah, dimana corak fisik masih sangat kuat. Alasan-alasan fisik masih sangat dominan
pada pasangan yang baru menikah. Kontak fisik juga sangat kuat mewarnai pasangan muda.
Misalnya ketika seorang lelaki ditanya, Mengapa anda menikah dengan perempuan itu,
bukan dengan yang lainnya? Jika jawabannya adalah, Karena ia cantik, seksi, kulitnya
bersih, dan lain sebagainya yang bercorak sebab fisik, itulah mawaddah.
Demikian pula ketika seorang perempuan ditanya, Mengapa anda menikah dengan
lelaki itu, bukan dengan yang lainnya ? Jika jawabannya adalah, Karena ia tampan,
macho, kaya, dan lain sebagainya yang bercorak sebab fisik, itulah yang disebut
mawaddah.
Kata mawaddah juga sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi mawadah
(dengan satu huruf d). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mawadah bermakna
kasih sayang.
:: MAKNA RAHMAH
Rahmah berasal dari bahasa Arab. yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat,
belas kasih, juga rejeki. Rahmah merupakan jenis cinta dan kasih sayang yang lembut,
terpancar dari kedalaman hati yang tulus, siap berkorban, siap melindungi yang dicintai,
tanpa pamrih sebab. Bisa dikatakan rahmah adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang
sudah berada di luar batas-batas sebab yang bercorak fisik.
Biasanya rahmah muncul pada pasangan yang sudah lama berkeluarga, dimana
tautan hati dan perasaan sudah sangat kuat, saling membutuhkan, saling memberi, saling
menerima, saling memahami. Corak fisik sudah tidak dominan.
Misalnya seorang kakek yang berusia 80 tahun hidup rukun, tenang dan harmonis
dengan isterinya yang berusia 75 tahun. Ketika ditanya, Mengapa kakek masih mencintai
nenek pada umur setua ini? Tidak mungkin dijawab dengan, Karena nenekmu cantik,
seksi, genit, dan seterusnya, karena si nenek sudah ompong dan kulitnya berkeriput.
Demikian pula ketika nenek ditanya, Mengapa nenek masih mencintai kakek pada
umur setua ini? Tidak akan dijawab dengan, Karena kakekmu cakep, jantan, macho,
perkasa, dan lain sebagainya; karena si kakek sudah udzur dan sering sakit-sakitan. Rasa

cinta dan kasih sayang antara kakek dan nenek itu bahkan sudah berada di luar batas-batas
sebab. Mereka tidak bisa menjelaskan lagi mengapa dan sebab apa masih saling
mencintai.
Kata rahmah diserap dalam bahasa Indonesia menjadi rahmat (dengan huruf t).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rahmah atau rahmat bermakna belas kasih;
kerahiman; karunia (Allah); dan berkah (Allah).
Jadi, keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah itu artinya keluarga yang semua
anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia,
keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya, penuh rezeki dan dirahmati oleh Allah SWT.
Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin
khoiran dst);
(a) memiliki kecenderungan kepada agama,
(b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda,
(c) sederhana dalam belanja,
(d) santun dalam bergaul dan
(e) selalu introspeksi.
Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: empat hal akan menjadi faktor yang
mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mari), yakni :
(a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah),
(b) anak-anak yang berbakti,
(c) lingkungan sosial yang sehat , dan
(d) dekat rizkinya.
Dalam hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa anak-anak yang berbakti lahir dari
sebuah keluarga yang baik, keluarga yang sakinah dan warahmah. Anak-anak yang berbakti
kelak akan menjadi dewasa. Mereka yang dewasa inilah yang akan menjadi orang-orang
dalam lingkungan masyarakat.

Kalau dihubungkan dengan premanisme, yang dewasa ini semakin menjadi pandemi
di kalangan masyarakat, maka terdapatlah fakta bahwasanya masih banyak keluarga yang
belum memenuhi karakteristik sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
1. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang
memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna). Fungsi pakaian ada tiga,
yaitu menutup aurat, melindungi diri dari panas dingin, perhiasan. Suami terhadap isteri dan
sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu
kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika
isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya.
Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan
isteri, jangan terbalik jika saat keluar rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat
orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami atau istri berpakaian seadanya, tidak
menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh simpati sedikitpun padanya.
Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya.
2. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut
(ma`ruf), tidak asal benar dan hak saja. Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan
sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh
suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya. Sebagaimana firman
Allah swt.

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila

kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak[5].
3. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari
keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam
menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak
suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin
kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah
tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema mengharap ridha Allah.
Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi berpahala
disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani
suami, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah
SWT. Kewajiban yang dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang
karena cintanya kepada suami semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala di
sisi Allah melalui pengorbanan dia dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri.
4. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa
kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama
Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.
5. Rezkinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak
berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan
istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua
pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.
Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada
mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika
kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk
memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama
Allah SWT.[6]
Demikianlah penjelasan mengenai karakteristik keluarga sakinah, mawaddah, dan
warahmah. Dapat disimpulkan bahwa, keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah,
dapat menjadi penentu karakter seseorang di masyarakat. Pandemi premanisme di Indonesia
juga akan berkurang apabila keluarga-keluarga yang ada di Indonesia mengerti bagaimana
caranya untuk menjadi keluarga sakinah dan warrahmah.

Anda mungkin juga menyukai