Oleh
Arif Budi Santoso/ 12711048
Rosalina Febrianti/ 12711049
Kelompok : 7B
Tutor : dr. Novyan Lusiana
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I
Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Judul...1
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I
Kata Pengantar...2
Daftar isi.....3
A. Deskripsi Kasus4
1. Identitas..4
2. Anamnesis..4
3. Pemeriksaan fisik6
4. Pemeriksaan penunjang10
5. Ringkasan dan daftar masalah..10
6. Diagnosis..11
7. Usulan terapi11
8. Prognosis..12
B. Pembahasan....13
C. Kesimpulan17
D. Daftar Pustaka19
E. Lampiran20
A. DESKRIPSI KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
: Ny. S
: 41 tahun
: Perempuan
: Kawin
: Islam
Suku Bangsa
Warga Negara
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: Jawa
: Indonesia
: SMP
: Petani
: Centonorejo,
brebah, Sleman
II.
penurunan penglihatan
Kardiorespirasi
: Dalam batas normal
GIT
: Dalam batas normal
Urogenital
: Dalam batas normal
Muskuloskeletal
: Dalam batas normal
Integumentum : Dalam batas normal
III.
dapur, 1 ruang tv
Luas bangunan
Ventilasi dan cahaya
:
: kurang. Ada ventilasi di bagian depan, dan di
cukup bersih. Limbah baik, ada tempat pembuangan khusus di belakang rumah.
Tempat bermain
: halaman depan rumah luas, ada bagian yang
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Gizi
: Konsumsi makanan cukup
Tanda Vital
:
- Tekanan darah : 110/90 mmHg
- Nadi
: 79 kali/menit
- Respirasi
: 20 kali/menit
- Suhu
: 37 derajat celcius
Keadaan spesifik
Kepala
mata
Leher
Thorak
Abdomen
Genital
Ekstremitas
b. Status Lokalis
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan
Visus Jauh
Refraksi
Koreksi
:
: mata kanan merah, palpebra edema, keluar banyak air
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
OD
5/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
OS
20/20
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Visus dekat
Proyeksi Sinar
Persepsi Warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan
1. Sekitar mata
Supersilia
2. Kelopak mata
Pasangan
Gerakan
Lebar rima
Kulit
Tepi kelopak
Margointermarginalis
3. Apparatus lakrimalis
Sekitar
glandula
lakrimalis
Sekitar
OD
OS
Tenang
Tenang
Bengkak
Bebas
5mm
Tenang
Normal
Tidak ada radang
Normal
Bebas
11 mm
Tenang
Normal
Tidak ada radang
Bengkak
Tidak bengkak
saccus Bengkak
Tidak bengkak
lakrimalis
Uji floresin
Uji regurgitasi
4. Bola mata
Pasangan
Gerakan
Ukuran
5. Tekanan bola mata
6. Konjungtiva
Palpebra superior
Palpebra inferior
Fornik
Bulbi
7. sklera
episklera
8. Kornea
Ukuran
Kecembungan
Limbus
Tidak dilakuan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sejajar
Tidak ada gangguan
Normal 11mm
Palpasi terasa kenyal
Sejajar
Tidak ada gangguan
Normal 11mm
Palpasi terasa kenyal
(normal)
(normal)
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi (+)
Hiperemia
Hiperemia
Tenang
Tenang
Tenang
11mm
Normal
Tenang/ jernih
11mm
Normal
Tenang/ jernih
Injeksi (-)
Tenang
Tenang
Permukaan
Licin
Medium
Jernih
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Jernih
Tidak dangkal
Jernih
Coklat
Simetris
Tajam/ baik
Normal/ bulat
Coklat
Simetris
Tajam/ baik
Normal
3 mm
Bulat
Central
Bebas/ reguler
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
3 mm
Bulat
Central
Reguler
+
+
Ada
Jernih
Ada
Jernih
test)
Letak
Warna kekeruhan
13. Korpus
vitreum (funduskopi)
14. Reflek
fundus -
(funduskopi)
Kesimpulan Pemeriksaan
OD
Terdapat Goresan pada
OS
Tidak ditemukan adanya kelainan
V.
VI.
DIAGNOSIS BANDING
a. Abrasi Kornea
b. Keratitis
c. Konjungtivitis Akut
d. Iritis Akut
e. Glaukoma Akut
VII.
DIAGNOSIS SEMENTARA
a. OD: Abrasi Kornea
mendapatkan terapi yang sesuai dan optimal. Selain itu pasien dianjurkan
istirahat bila perlu bedrest beberapa hari dan tetap harus menjaga
higienitas diri dan lingkungan, terumata kebersihan tangan sebelum
menyentuh mata.
b. Larangan : pasien tidak dianjurkan untuk menggosok mata, tidak
melakukan aktivitas berat sampai kondisi membaik untuk mencegah
Prognosis
o Ad Visam
: visus akan baik jika lesi pada kornea dapat ditangani dengan baik
o Ad sanam
: baik
o Ad Vitam
: baik
o Ad kosmetikam: baik
B. PEMBAHASAN
Abrasi Kornea
Abrasi kornea adalah kondisi dimana hilangnya permukaan epitel lapisan mata
kornea yang disebabkan oleh trauma mekanis ke permukaan mata .Trauma tumpul kornea
dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea.
Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan
ketajaman penglihatan. Benda asing dan abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi
yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata,
kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi),
laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel)
oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh
dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.
Ada dua kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas
lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran
descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan oleh
karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan
tertusuknya mata oleh jari. (Ilyas, 2002)
Anatomi
Dinding bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan jaringan yang
jernih dan bening, bentuknya dan bening, bentuknya hampir sebagai lingkaran dan sedikit
lebih lebar pada arah transversal (12mm) dibanding arah vertikal. Kornea disisipkan ke
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I
1
0
1
1
1
2
sering sembuh dengan cepat dan sempurna tanpa jaringan parut. Lesi yang
memperpanjang bawah Bowman lebih cenderung meninggalkan bekas luka permanen.
Proses penyembuhan epitel dimulai ketika sel-sel epitel basal mengalami mitosis,
memproduksi sel-sel baru yang menempati luka segar. Sel-sel basal epitel mematuhi
untuk stroma dalam dua cara: mereka mengeluarkan membran basal dan mereka
mengandung hemidesmosomes, yang pada dasarnya pasak penjaga roda yang menonjol
melalui permukaan posterior sel basal dan ke stroma, masing-masing diadakan di tempat
oleh urat saraf penahan. Setiap gangguan produksi sel basal akan membuat mata lebih
rentan terhadap erosi berulang. (Vaughan, 2000)
Diagnosis
Meskipun lecet kornea dapat dilihat dengan ophthalmoscopes , celah lampu
mikroskop memberikan perbesaran yang lebih tinggi yang memungkinkan untuk evaluasi
yang lebih menyeluruh. Untuk membantu dalam melihat, sebuah uji fluorescein dengan
slitlamp yang mengisi cacat kornea umumnya akan menghasilkan cahaya biru kobalt.
Pencarian benda asing misalnya bekas serpihan ranting kayu atau padi di bawah kelopak
mata juga perlu dilakukan. (James, 2006)
Pengobatan
Pengobatan akan bervariasi tergantung pada sifat dari luka. Obat tetes mata
antispasmodic dapat diterapkan untuk meringankan ketidaknyamanan yang disebabkan
oleh gerakan otot mata. Jika abrasi yang disebabkan oleh benda asing, tetes mata atau
salep antibiotik mungkin diresepkan untuk mencegah infeksi . Salep tidak digunakan
untuk mengobati luka tembus karena ada kemungkinan bagi mereka mengalami
kerusakan struktur mata. Setiap benda asing di mata atau pada permukaan bagian dalam
kelopak mata akan dibuang dengan mencuci menggunakan cairan steril secara
menyeluruh (irigasi). Ini diikuti dengan alat bedah steril jika perlu.
Mata akan dievaluasi ulang dalam waktu 24 jam. Jika abrasi kornea tetap ada atau
gejala tidak membaik dalam waktu kurang lebih 3-4 hari, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan. Umumnya, gejala akan membaik setelah 3-4 hari terapi. Cedera yang lebih
1
3
serius, mungkin memerlukan pemeriksaan dan tindakan lebih lama (biasanya dalam
waktu 48-92 jam). Jika komplikasi menciptakan jaringan parut yang ekstrim, prosedur
laser dapat dilakukan untuk menghaluskan bekas luka dan mengembalikan permukaan
kornea untuk memperbaiki penglihatan (keratectomy phototherapeutic). (Lennox, 2004)
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik atau
minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah membrane
descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada lapisan kornea
hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan atau hingga
beberapa tahun. (Mark, 2007)
Pencegahan
Pencegahan bertujuan untuk menghindari cedera pada kornea atau memberikan
pengobatan dini sesegera mungkin setelah terjadinya cedera.
Untuk menghindari melukai kornea:
Jangan menggosok mata.
Memakai kacamata keselamatan atau kacamata pelindung ketika berpartisipasi dalam
olahraga, pekerjaan halaman, konstruksi, atau kegiatan lain yang bisa melukai mata.
Cara terbaik adalah memakai kacamata yang sepenuhnya mengelilingi mata dan
sentuhan kulit. Jika tidak, benda asing masih bisa terbang di bawah gelas dan masuk
ke mata. Hal ini terutama penting selama bekerja dengan objek yang berpotensi
dengan kecepatan tinggi, seperti memalu paku atau grinding logam.
Cuci tangan sebelum memegang lensa kontak, melepas lensa kontak saat tidur (bagi
pengguna lensa kontak). (Mark, 2007)
Prognosis
Waktu penyembuhan tergantung pada ukuran dari abrasi kornea. Kebanyakan lecet
1
4
sembuh dalam dua sampai tiga hari, sementara lecet yang lebih besar yang melibatkan lebih
dari satu setengah dari luas permukaan kornea dapat mengambil empat sampai lima hari.
Pada pasien dengan lecet kornea traumatis yang dirawat di kantor-kantor oftalmologi, 28 %
telah berulang gejala sampai tiga bulan setelah cedera. (Mark, 2007)
C. KESIMPULAN
Pasien mengalami abrasi kornea yang disebabkan oleh trauma mekanis
Penyebab trauma yang paling umum adalah:
- Goresan dari kuku (manusia dan hewan).
- Benda asing (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman, cabang pohon,
-
dll).
Curling besi.
Menggosok mata secara berlebihan
Overexposure sinar ultraviolet
Arc pengelasan paparan cahaya
Penggunaan lensa kontak yang lama
Kuas Makeup
Kertas pemotongan
Cairan kimia
Sebuah benda asing yang tertangkap di bawah kelopak mata, yang kemudian
mengganggu kornea setiap kali Anda berkedip.
1
5
D. DAFTAR PUSTAKA
Batterburry, Mark., Trauma :Ophthalmology. Elsevier, London, 2007. Hal : 76,78.
Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004.
Hal: 259,264-5.
Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta,
2002.Hal : 263-6.
James, Bruce., Trauma :Oftamologi edisi kesembilan . E r l a n g g a , J a k a r t a ,
2 0 0 6 . H a l : 177,181,182,184.
Lin, Tong., Gong., Sodium hyaluronate eye drops treatment for superficial corneal
abrasion caused by mechanical damage: a randomized clinical trial in the Peoples
Republic of China. Department of Ophthalmology, Eye and ENT Hospital of Fudan
University, Shanghai, 2015. Hal: 687-694
Vaughan, Daniel,G., Trauma :Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya
Medika, Jakarta,2000. Hal: 380,384.
Verma, Arum., 2014, Corneal Abrasion, Medscape, dilihat 17 april 2015 dari
http://emedicine.medscape.com/article/1195402-overview
Web b , L e n n o x . A . , T ra u m a : M a n u a l o f E y e E m e r g e n c i e s . Butterworth
Heinemann,London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.
1
6
E. LAMPIRAN
1
7