Anda di halaman 1dari 17

Laporan Program Pengenalan Klinik

Blok 3.4 Masalah Pada Dewasa I


Di Puskesmas Brebah

Oleh
Arif Budi Santoso/ 12711048
Rosalina Febrianti/ 12711049
Kelompok : 7B
Tutor : dr. Novyan Lusiana

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahhirabbilalamin, puji syukur kami panjatkan kehardirat Allah
Subnahahuwataala karna berkat rahmat, nikmat dan hidayahNya kegiatan Program
Pengenalan Klinik (PPK) Blok 3.3 Masalah Pada Remaja ini dapat berlangsung dan
selesai dengan hikmah yang luar biasa. Tak lupa shalawat serta salam kami limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad Salallahhualaihiwasalam yang
membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang seperti saat ini
serta yang sangat kita nanti-nantikan syafaatnya diyaumul kiyamah kelak.
Syukur Alhamdulillah, Laporan penugasan dalam Kegiatan Program Pengenalan
Klinik Blok Masalah Pada Remaja Semester V (lima) Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Indonesia 2015 yang dilaksanakan terhadap responden wanita (50) yang memiliki
masalah pada kulit, yaitu gatal yang sangat serta kemerahan di sela paha di Puskesmas
Prambanan, Sleman, Yogyakarta.
Sehubungan dengan telah terlaksanakannya kegiatan Program Pengenalan Klinik
(PPK) penulis banyak mempelajari mengenai keluhan, penyebab, tanda, klasifikasi,
diagnosis banding, penanganan dan hal lain yang berkaitan dengan masalah pada remaja
(terutama kulit). Semoga dengan terselesaikannya laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis terlebih bagi pembaca, sehingga amal ibadah dari manfaat tulisan ini bisa
menjadi tabungan kami di yaumul hisab kelak. Amin. Terima kasih.
Wassalammualaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 19 April 2015

DAFTAR ISI
Judul...1
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

Kata Pengantar...2
Daftar isi.....3
A. Deskripsi Kasus4
1. Identitas..4
2. Anamnesis..4
3. Pemeriksaan fisik6
4. Pemeriksaan penunjang10
5. Ringkasan dan daftar masalah..10
6. Diagnosis..11
7. Usulan terapi11
8. Prognosis..12
B. Pembahasan....13
C. Kesimpulan17
D. Daftar Pustaka19
E. Lampiran20

A. DESKRIPSI KASUS
I.

IDENTITAS

Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama

: Ny. S
: 41 tahun
: Perempuan
: Kawin
: Islam

Suku Bangsa
Warga Negara
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

: Jawa
: Indonesia
: SMP
: Petani
: Centonorejo,

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

brebah, Sleman
II.

ANAMNESIS (Alloanamnesis/ autoanamnesis)


o Keluhan utama
: OD mata merah dan nyeri
o Keluhan Tambahan
: OD nyeri, pegel, sensasi benda asing, kabur, nrocos, silau
jika terkena sinar
o Riwayat penyakit sekarang
Onset
: 3 hari
Durasi
: sepanjang hari
Frekuensi
: Sering
Kualitas
: perih dengan skala 8 (0-10)
Sifat serangan :
Lokasi
: OD
Gejala simtomatik
: banyak air mata, injeksi konjungtiva edem palpebra OD
Evolusi
:
Faktor provokasi
: Cahaya
Faktor memperingan : Istirahat dan tidak terkena cahaya
Riwayat pengobatan : diberikan insto 7 hari yang lalu
Anamnesis system
:
- SSP
: Dalam batas normal
- Indera
: OD nyeri, injeksi konjungtiva, serta mengalami
-

penurunan penglihatan
Kardiorespirasi
: Dalam batas normal
GIT
: Dalam batas normal
Urogenital
: Dalam batas normal
Muskuloskeletal
: Dalam batas normal
Integumentum : Dalam batas normal

o Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat penyakit serupa

: Setahun yang lalu OD trauma karena

terkena ranting kayu


- Riwayat operasi dan sakit berat
:- Riwayat penggunaan obat dan jamu : tetes mata
- Riwayat lain terkait DD
:o Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat penyakit serupa
:- Riwayat sakit berat
:- Riwayat atopi/alergi keluarga : o Riwayat kondisi lingkungan social kerja dan sehari-hari

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

III.

Sosial Rumah asal

: cukup baik, banyak tetangga dengan jarak antara

rumah berkisar 20 meter


Sosial tempat kerja
Fisik rumah asal

: Sawah 500 meter dari rumah


: Cukup luas, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1

dapur, 1 ruang tv
Luas bangunan
Ventilasi dan cahaya

:
: kurang. Ada ventilasi di bagian depan, dan di

dapur, ruang tengah cenderung gelap.


Limbah dan jamban
: ada kamar mandi di dekat dapur dengan jamban

cukup bersih. Limbah baik, ada tempat pembuangan khusus di belakang rumah.
Tempat bermain
: halaman depan rumah luas, ada bagian yang

disemen untuk menjemur padi


Sumber air bersih
: Sumur

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Gizi
: Konsumsi makanan cukup
Tanda Vital
:
- Tekanan darah : 110/90 mmHg
- Nadi
: 79 kali/menit
- Respirasi
: 20 kali/menit
- Suhu
: 37 derajat celcius
Keadaan spesifik
Kepala

mata
Leher
Thorak
Abdomen
Genital
Ekstremitas
b. Status Lokalis
Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan
Visus Jauh
Refraksi
Koreksi

:
: mata kanan merah, palpebra edema, keluar banyak air
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal
: Dalam batas normal

OD
5/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

OS
20/20
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

Visus dekat
Proyeksi Sinar
Persepsi Warna

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan
1. Sekitar mata
Supersilia
2. Kelopak mata
Pasangan
Gerakan
Lebar rima
Kulit
Tepi kelopak
Margointermarginalis
3. Apparatus lakrimalis
Sekitar
glandula
lakrimalis
Sekitar

OD

OS

Tenang

Tenang

Bengkak
Bebas
5mm
Tenang
Normal
Tidak ada radang

Normal
Bebas
11 mm
Tenang
Normal
Tidak ada radang

Bengkak

Tidak bengkak

saccus Bengkak

Tidak bengkak

lakrimalis
Uji floresin
Uji regurgitasi
4. Bola mata
Pasangan
Gerakan
Ukuran
5. Tekanan bola mata
6. Konjungtiva
Palpebra superior
Palpebra inferior
Fornik
Bulbi
7. sklera
episklera
8. Kornea
Ukuran
Kecembungan
Limbus

Tidak dilakuan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Sejajar
Tidak ada gangguan
Normal 11mm
Palpasi terasa kenyal

Sejajar
Tidak ada gangguan
Normal 11mm
Palpasi terasa kenyal

(normal)

(normal)

Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Injeksi (+)
Hiperemia
Hiperemia

Tenang
Tenang
Tenang

11mm
Normal
Tenang/ jernih

11mm
Normal
Tenang/ jernih

Injeksi (-)
Tenang
Tenang

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

Permukaan

Terdapat Goresan pada

Licin

Lateral kornea arah


vertikal dengan panjang
goresan 2mm
Terdapat Goresan pada

Medium

Jernih

Lateral kornea arah


vertikal dengan panjang
goresan 2mm
Dinding belakang
Uji floresin
Placido
9. Kamera okuli anterior
Ukuran kedalaman
Isi
10. Iris
Warna
Pasangan
Gambaran
Bentuk
11. Pupil
Ukuran
Bentuk
Tempat
Tepi
Reflek direct
Reflek indirect
12. Lensa
Ada/ tidak
Kejernihan (shadow

Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Jernih
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Jernih

Tidak dangkal
Jernih

Coklat
Simetris
Tajam/ baik
Normal/ bulat

Coklat
Simetris
Tajam/ baik
Normal

3 mm
Bulat
Central
Bebas/ reguler
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

3 mm
Bulat
Central
Reguler
+
+

Ada
Jernih

Ada
Jernih

test)
Letak
Warna kekeruhan
13. Korpus
vitreum (funduskopi)
14. Reflek

fundus -

di tengah belakang iris


-

di tengah belakang iris


-

(funduskopi)

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

Kesimpulan Pemeriksaan
OD
Terdapat Goresan pada

OS
Tidak ditemukan adanya kelainan

Lateral kornea arah vertikal dengan


panjang goresan 2mm
IV.

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


o Fluorescein
o Histopatologi

V.

RINGKASAN DAN DAFTAR MASALAH


Dari pemeriksaan dilapangan, pasien mengalami trauma kornea yang diakibatkan
oleh ranting/ kulit padi 7 hari yang lalu, awalnya terasa gatal sehingga pasien
menggosok-gosok matanya. Kemudian pasien merasakan keluhan memberat 3 hari
yang lalu berupa mata sulit dibuka karena perih, air mata keluar banyak, silau dan
sakit ketika melihat cahaya, mata kanan mendadak tidak bisa digunakan untuk
melihat objek. Satu tahun yang lalu pasien juga mengalami trauma mekanis pada
kornea yang di akibatkan oleh ranting kayu dengan gejala yang sama. Hal ini
dimungkinkan, adanya trauma berulang di mata yang sama sehingga terjadi abrasi
pada kornea. Pada pemeriksaan fisik, terlihat ada goresan vertikal pada kornea mata
dekstra, injeksi konjungtiva, edem palpebra, ditambah pemeriksaan visus terdapat
penurunan visus dan fotofobia. Semua gejala yang ditemukan mengarah ke abrasi
kornea yang disebabkan oleh trauma mekanis.

VI.

DIAGNOSIS BANDING
a. Abrasi Kornea
b. Keratitis
c. Konjungtivitis Akut
d. Iritis Akut
e. Glaukoma Akut

VII.

DIAGNOSIS SEMENTARA
a. OD: Abrasi Kornea

VIII. USULAN TERAPI


Umum:
a. Anjuran : pasien segera di rujuk ke spesialis mata untuk mendapatkan
pemeriksaan yang lengkap guna mengetahui pasti kondisi kornea dan
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

mendapatkan terapi yang sesuai dan optimal. Selain itu pasien dianjurkan
istirahat bila perlu bedrest beberapa hari dan tetap harus menjaga
higienitas diri dan lingkungan, terumata kebersihan tangan sebelum
menyentuh mata.
b. Larangan : pasien tidak dianjurkan untuk menggosok mata, tidak
melakukan aktivitas berat sampai kondisi membaik untuk mencegah

trauma ulang yang akan memperparah.


Farmakoterapi:
a. Lokal:
1. Analgesik Diclofenac (Voltaren) 0,1%
2. Sodium Hyaluronate (HA) 0,3% kombinasi dengan levofloxacin 0,5 %
Sodium Hyaluronate sering digunakan sebagai pengganti air
mata untuk mata kering karena terbukti meningkatkan stabilitas film
air mata, mengurangi tingkat penguapan air, selain itu sodium
hyaluronate ini terbukti dalam mempercepat penyembuhan luka pada
kornea akibat trauma mekanis seperti yang di alami pasien. Sebuah
penelitian di China membuktikan keefektivitasan sodium hyaluronate
0,3% dalam 3 hari, mengurangi luas dimensi luka kornea dan
mempercepat penutupan luka. efektivitas HA dalam 3 hari mencapai
86,67%, dan dalam 7 hari dimensi area luka berkurang dari 8,5 mm
menjadi 0,02 mm serta persentase penutupan luka dalam 7 hari
mencapai 94,73%. (Lin dan Gong, 2015)
3. Antibiotik profilaksis
Fluorokuinolon (misalnya, ofloxacin) dapat diberikan 1-2 tetes
perhari sebagai antibiotik spektrum luas, toksisitas dan resistensi

rendah. (Verma, 2014)


Gentamicin 1%
tobramycin (tobrex) 0,3% 1-2 tetes setiap 6 jam
Trimethoprim/polimyxin B, 1 tetes 3 kali sehari selama 7-10 hari

b. Sistemik : tidak perlu diberikan jika sudah diberikan analgesic topikal


kecuali jika ada gejala tambahan misal demam dan lain-lain
c. Tindakan : Abrasi kornea umumnya memiliki prognosis yang baik dengan
terapi topical, salah satu indikasi tindakan adalah jika benda asing yang
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

menyebabkan abrasi masing tertinggal pada mata (seperti pada kasus


abrasi kornea pasien satu tahun yang lalu karena ranting pohon).
IX.

Prognosis
o Ad Visam
: visus akan baik jika lesi pada kornea dapat ditangani dengan baik
o Ad sanam
: baik
o Ad Vitam
: baik
o Ad kosmetikam: baik

B. PEMBAHASAN
Abrasi Kornea
Abrasi kornea adalah kondisi dimana hilangnya permukaan epitel lapisan mata
kornea yang disebabkan oleh trauma mekanis ke permukaan mata .Trauma tumpul kornea
dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea.
Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan
ketajaman penglihatan. Benda asing dan abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi
yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata,
kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi),
laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel)
oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh
dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.
Ada dua kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas
lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran
descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan oleh
karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan
tertusuknya mata oleh jari. (Ilyas, 2002)
Anatomi
Dinding bola mata bagian depan ialah kornea yang merupakan jaringan yang
jernih dan bening, bentuknya dan bening, bentuknya hampir sebagai lingkaran dan sedikit
lebih lebar pada arah transversal (12mm) dibanding arah vertikal. Kornea disisipkan ke
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
0

sklera di limbus. Kornea dewasa rata-rata mempunyai ketebalan 0,54mm di tengah,


sekitar 0,65 mm di tepi dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai 5 lapisan yang berbeda-beda.Dimulai dari lapisan epitel, membran
Bowman, stroma, membran descemen dan lapisan endotel. (James, 2006)
Klasifikasi
Abrasi kornea dapat diklasifikasikan sebagai traumatis, benda asing terkait, lensa
kontak yang terkait, atau spontan. Lecet kornea spontan juga dikenal sebagai erosi
berulang. Sebuah abrasi kornea traumatis adalah abrasi kornea klasik di mana trauma
mekanis dengan hasil mata dalam cacat di permukaan epitel. Abrasi kornea traumatis
sering disebabkan oleh kuku, cakar, potongan kertas atau karton, make-up aplikator,
perkakas tangan, cabang, dan daun. Abrasi kornea benda asing terkait cacat pada epitel
kornea yang tertinggal setelah penghapusan atau mencabut spontan dari benda asing
kornea. Abrasi kornea benda asing biasanya disebabkan oleh potongan karat, kayu, kaca,
plastik, fiberglass, atau bahan nabati yang telah menjadi tertanam dalam kornea. Mata
yang telah mengalami abrasi traumatis sebelumnya atau mata yang memiliki cacat yang
mendasari di epitel kornea rentan terhadap masalah ini. (Ilyas, 2002)
Epidemiologi
Pada tahun 1983 di sebuah rumah sakit umum di Inggris, 6 persen dari semua
kasus baru mata. Trauma menyumbang 66 persen dari atau 4 persen dari semua kasus;
lecet kornea atau benda asing kornea atau konjungtiva menyumbang 80 persen dari kasus
mata trauma atau 3 persen dari semua kasus. (Ilyas, 2002)
Etiologi
Menusuk di mata, misalnya dengan kuku, tanaman, atau sikat make up.
Kotoran, pasir, serbuk gergaji, abu, atau benda asing lainnya meniup ke mata dan
tertangkap di bawah kelopak mata.
Kimia luka bakar .
Agresif menggosok mata.

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
1

Penggunaan lensa kontak yang salah.


Infeksi mata. Seperti keratitis
Tidak melindungi mata selama operasi sementara di bawah anestesi umum. Jika mata
tidak ditutup selama operasi, kornea dapat mengering, membuat mata lebih rentan
terhadap abrasi kornea. (Ilyas, 2002)
Faktor Resiko
Faktor risiko untuk abrasi kornea meliputi:
Memiliki kornea kering atau lemah
Memakai lensa kontak
Bekerja dalam pengaturan dengan bahaya mata, seperti logam atau berkebun
Berpartisipasi dalam olahraga di mana cedera mata disengaja dapat terjadi. (Ilyas,
2002)
Gejala
Nyeri yang mungkin memperburuk saat membuka atau menutup mata
Sebuah perasaan bahwa benda asing di mata
Penglihatan kabur
Robek
Kemerahan
Sensitivitas terhadap cahaya
Sakit kepala
Patofisiologi
Ada dua kategori lecet: dangkal (yang tidak melibatkan membran Bowman) dan
dalam (mereka yang menembus membran Bowman, tetapi tidak pecah membran
Descemet itu). Lecet mungkin hasil dari benda asing, lensa kontak, bahan kimia, kuku,
sikat rambut, cabang-cabang pohon, debu dan sejenisnya.
Kornea memiliki sifat penyembuhan yang luar biasa. Lesi yang murni epitel
PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
2

sering sembuh dengan cepat dan sempurna tanpa jaringan parut. Lesi yang
memperpanjang bawah Bowman lebih cenderung meninggalkan bekas luka permanen.
Proses penyembuhan epitel dimulai ketika sel-sel epitel basal mengalami mitosis,
memproduksi sel-sel baru yang menempati luka segar. Sel-sel basal epitel mematuhi
untuk stroma dalam dua cara: mereka mengeluarkan membran basal dan mereka
mengandung hemidesmosomes, yang pada dasarnya pasak penjaga roda yang menonjol
melalui permukaan posterior sel basal dan ke stroma, masing-masing diadakan di tempat
oleh urat saraf penahan. Setiap gangguan produksi sel basal akan membuat mata lebih
rentan terhadap erosi berulang. (Vaughan, 2000)
Diagnosis
Meskipun lecet kornea dapat dilihat dengan ophthalmoscopes , celah lampu
mikroskop memberikan perbesaran yang lebih tinggi yang memungkinkan untuk evaluasi
yang lebih menyeluruh. Untuk membantu dalam melihat, sebuah uji fluorescein dengan
slitlamp yang mengisi cacat kornea umumnya akan menghasilkan cahaya biru kobalt.
Pencarian benda asing misalnya bekas serpihan ranting kayu atau padi di bawah kelopak
mata juga perlu dilakukan. (James, 2006)
Pengobatan
Pengobatan akan bervariasi tergantung pada sifat dari luka. Obat tetes mata
antispasmodic dapat diterapkan untuk meringankan ketidaknyamanan yang disebabkan
oleh gerakan otot mata. Jika abrasi yang disebabkan oleh benda asing, tetes mata atau
salep antibiotik mungkin diresepkan untuk mencegah infeksi . Salep tidak digunakan
untuk mengobati luka tembus karena ada kemungkinan bagi mereka mengalami
kerusakan struktur mata. Setiap benda asing di mata atau pada permukaan bagian dalam
kelopak mata akan dibuang dengan mencuci menggunakan cairan steril secara
menyeluruh (irigasi). Ini diikuti dengan alat bedah steril jika perlu.
Mata akan dievaluasi ulang dalam waktu 24 jam. Jika abrasi kornea tetap ada atau
gejala tidak membaik dalam waktu kurang lebih 3-4 hari, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan. Umumnya, gejala akan membaik setelah 3-4 hari terapi. Cedera yang lebih

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
3

serius, mungkin memerlukan pemeriksaan dan tindakan lebih lama (biasanya dalam
waktu 48-92 jam). Jika komplikasi menciptakan jaringan parut yang ekstrim, prosedur
laser dapat dilakukan untuk menghaluskan bekas luka dan mengembalikan permukaan
kornea untuk memperbaiki penglihatan (keratectomy phototherapeutic). (Lennox, 2004)

Komplikasi
Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara baik atau
minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada daerah membrane
descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi pelepasan pada lapisan kornea
hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE) dalam beberapa bulan atau hingga
beberapa tahun. (Mark, 2007)
Pencegahan
Pencegahan bertujuan untuk menghindari cedera pada kornea atau memberikan
pengobatan dini sesegera mungkin setelah terjadinya cedera.
Untuk menghindari melukai kornea:
Jangan menggosok mata.
Memakai kacamata keselamatan atau kacamata pelindung ketika berpartisipasi dalam
olahraga, pekerjaan halaman, konstruksi, atau kegiatan lain yang bisa melukai mata.
Cara terbaik adalah memakai kacamata yang sepenuhnya mengelilingi mata dan
sentuhan kulit. Jika tidak, benda asing masih bisa terbang di bawah gelas dan masuk
ke mata. Hal ini terutama penting selama bekerja dengan objek yang berpotensi
dengan kecepatan tinggi, seperti memalu paku atau grinding logam.
Cuci tangan sebelum memegang lensa kontak, melepas lensa kontak saat tidur (bagi
pengguna lensa kontak). (Mark, 2007)
Prognosis
Waktu penyembuhan tergantung pada ukuran dari abrasi kornea. Kebanyakan lecet

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
4

sembuh dalam dua sampai tiga hari, sementara lecet yang lebih besar yang melibatkan lebih
dari satu setengah dari luas permukaan kornea dapat mengambil empat sampai lima hari.
Pada pasien dengan lecet kornea traumatis yang dirawat di kantor-kantor oftalmologi, 28 %
telah berulang gejala sampai tiga bulan setelah cedera. (Mark, 2007)

C. KESIMPULAN
Pasien mengalami abrasi kornea yang disebabkan oleh trauma mekanis
Penyebab trauma yang paling umum adalah:
- Goresan dari kuku (manusia dan hewan).
- Benda asing (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman, cabang pohon,
-

dll).
Curling besi.
Menggosok mata secara berlebihan
Overexposure sinar ultraviolet
Arc pengelasan paparan cahaya
Penggunaan lensa kontak yang lama
Kuas Makeup
Kertas pemotongan
Cairan kimia
Sebuah benda asing yang tertangkap di bawah kelopak mata, yang kemudian
mengganggu kornea setiap kali Anda berkedip.

Penyebab lainnya adalah kondisi mata yang mendasari, seperti:


Ketidakmampuan untuk sepenuhnya menutup kelopak mata.
Kelainan posisi tutup.
Kondisi mata kering yang parah
Blepharitis parah, kronis (kelopak mata meradang).

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
5

D. DAFTAR PUSTAKA
Batterburry, Mark., Trauma :Ophthalmology. Elsevier, London, 2007. Hal : 76,78.
Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004.
Hal: 259,264-5.
Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta,
2002.Hal : 263-6.
James, Bruce., Trauma :Oftamologi edisi kesembilan . E r l a n g g a , J a k a r t a ,
2 0 0 6 . H a l : 177,181,182,184.
Lin, Tong., Gong., Sodium hyaluronate eye drops treatment for superficial corneal
abrasion caused by mechanical damage: a randomized clinical trial in the Peoples
Republic of China. Department of Ophthalmology, Eye and ENT Hospital of Fudan
University, Shanghai, 2015. Hal: 687-694
Vaughan, Daniel,G., Trauma :Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya
Medika, Jakarta,2000. Hal: 380,384.
Verma, Arum., 2014, Corneal Abrasion, Medscape, dilihat 17 april 2015 dari
http://emedicine.medscape.com/article/1195402-overview
Web b , L e n n o x . A . , T ra u m a : M a n u a l o f E y e E m e r g e n c i e s . Butterworth
Heinemann,London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
6

E. LAMPIRAN

PPK BLOK 3.4 MASALAH PADA DEWASA I

1
7

Anda mungkin juga menyukai