ABSTRAK
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya, karena
penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Judul tesis ini adalah: Optimalisasi Tugas Pokok, Peran Dan Fungsi Polri Di
Tingkat KOD Dalam Menciptakan Situasi Keamanan Yang Kondusif Guna
Mewujudkan Kamdagri Pasca Terjadinya Gempa Bumi (Tinjauan Penanganan
Gempa Bumi Di Wilayah Hukum Polres Bantul). Didalamnya secara garis
besar membahas hal-hal yang berkaitan dengan berbagai aktivitas dan kegiatan
kepolisian
dan
implikasinya
dalam
menciptakan
situasi
dan
kondisi
kamtibmas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembahasan dalam tulisan ini
masih sangat sederhana, kurang mendalam, dan mungkin banyak kekurangan.
Untuk itu koreksi, saran, dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan
demi perbaikan selanjutnya.
Penulisan naskah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan
ucapan terima kasih disertai penghargaan yang tulus kepada Yth:
1.
Bapak
.........
atas
bimbingan
dan
tuntunannya
selama
penulis
mengikuti pendidikan.
2.
dan
kesabaran
telah
memberikan
yang dengan
bimbingan
dan
tuntunannya.
3.
4.
Yogyakarta,
2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halama
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK... ......................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
B. Rumusan masalah
C. Kerangka konseptual
1. POLRI
Kepolisian
Negara
Republik
Indonesia
wilayah
Bantul
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
5. Peran
POLRI
dalam
penanganan
situasi
kritis:
BAB III
BAB V
BAB
VI
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Apa yang Harus dilakukan POLRI?
BAB I
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Korban tewas menurut laporan terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1
Juni 2006 pukul 07:00 WIB, berjumlah 6.234 orang, dengan rincian: Yogyakarta 165 orang,
Kulon Progo 26 orang, Gunung Kidul 69 orang, Sleman 326 orang, Klaten 1.668 orang,
Magelang 3 orang, Boyolali 3 orang, Purworejo 5 orang, Sukoharjo 1 orang dan korban
terbanyak di Bantul 3.968 orang. Sementara korban luka berat sebanyak 33.231 orang dan
12.917 lainnya menderita luka ringan. Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah
terkena bencana. Informasi menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini roboh.
pengungsi
diperlukan
dalam
upaya
penyelamatan,
b.
c.
d.
Salak, ds. Pugeran, ds. Semoyo, ds. Trebah, ds. Pudak, ds. Kayu
Gerit, ds. Karang, ds. Semilir, ds. Langgeran kulon, ds. Langgeran
wetan, ds. Gn.Botak, ds. Doga, ds.Karang Sari.
e.
Sektor
(Kapolsek)
merupakan
manajer
kepolisian
tingkat
bawah
B.
RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka rumusan permasalahan yang
C.
KERANGKA KONSEPTUAL
Inti wacana dari kerangka konseptual ini adalah seputar persoalan yang
mempunyai relevansi langsung dengan tugas, peran dan fungsi Polri dalam
menangani situasi kritis yaitu bencana alam, seperti dikemas dalam rumusan
masalah dimuka. Faktor paling utama adalah profesionalisme Polri dan fasilitas
yang dimiliki Polri dalam mendukung kegiatan operasi kepolisian. Selain itu
1.
Polri mendapat mandat dari Negara dengan atribut yang melengkapinya, yaitu
UU No. 2 tahun 2002 pasal 13 (Polri memiliki tugas pokok dalam mewujudkan
harkamtibmas, pelayan / pengayom, pelindung serta penegak hukum). Dalam
melaksanakan tugas pokok tersebut secara spesifik diatur sebagaimana Pasal
13, bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: a.
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Dan sesuai dengan Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002,
bahwa dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Melakukan
koordinasi,
pengawasan,
dan
pembinaan
teknis
perundang-undangan lainnya;
h.
i.
memberikan
bantuan
dan
pertolongan
dengan
k.
Memberikan
pelayanan
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
2.
Gangguan Kamtibmas.
Gangguan
Kamtibmas
menurut
Skep
Kapolri
No.
Pol:
Ancaman Faktual (AF), adalah bentuk gangguan yang sudah nyata dalam
arti perubahan dalam masyarakat yang terbentuk melalui situasi dan
kondisi yang menjadi sebab atau sumber kesempatan atau peluang bila
kesempatan atau peluang itu tidak dicegah atau ditiadakan. Perwujudan
Ancaman Faktual ini adalah gangguan Kamtibmas berupa bentuk-bentuk
peristiwa berupa kejahatan, pelanggaran yang dirumuskan di dalam
semua perundang-undangan dan peraturan-peraturan serta bentukbentuk gangguan yang dapat terjadi yang secara keseluruhan menjadi
urusan Kepolisisan.
b.
Police Hazard (PH), adalah situasi dan kondisi sedemikian rupa (ambang
gangguan) yang menuntut kehadiran Polisi untuk melakukan tindakantindakan
Kepolisian
guna
menjamin
terciptanya
keamanan
dan
ketertiban.
c.
Kriminogen (FKK) dan Police Hazard (PH) adalah ancaman yang sangat
potensial terjadinya gannguan nyata atau Ancaman Faktual (AF), sehingga
harus menjadi prioritas utama bagi kesatuan KOD untuk mengantisipasinya.
3.
Teori Gunung Es
Dalam memahami gangguan Kamtibmas di Organisasi Kepolisian sering di
dengar Teori Gunung Es, yang menjelaskan tentang gangguan Kamtibmas serta
konsep penanggulangannya yang divisualisasikan dengan bentuk gunung es
yang tergambar menjadi 3 (tiga) bagian :
GANGGUAN
NYATA
GAKKUM
AF
I
PREVENTIF
PH
II
AMBANG
GANGGUA
N
FKK
PRE-EMTIF
Keterangan :
III
POTENSI
GANGGUA
N
a.
nyata,
yang
teraktualisasi
pada
jenis-jenis
pelanggran
dan
kejahatan
kriminalitas yang hal ini kalau dibiarkan akan menjadikan situasi dan kondisi
di negara Kesatuan Republik Indonesia ini menjadi tidak aman, tidak kondusif
yang berpengaruh pada keamanan dalam negeri tidak terwujuds. Pelanggran
dan kejahatan kriminalitas tersebut kongretnya adalah sebagai berikut :
pembunuhan,
penipuan,
pengelapan,
perampokan,
perkosaan,
Perusakan
Pada dimensi II (PH) adalah dimensi yang disebut dengan istilah ambang
c.
Pada dimensi III (FKK) adalah dimensi yang disebut dengan istilah potensi
gangguan,
yaitu
segala
faktor-faktor
yang
bisa
berpengaruh
terjadinya
tingkat
kesejahteraan
masyarakat
rendah,
kondisi
sosial
(ambang gangguan) dan bisa juga akan menjadi Ancaman Faktual (gangguan
nyata). Maka permasalahan-permasalahan yang ada pada potensi gangguan ini
harus ditangai dengan baik.
kegiatan yang bersifat Pre-emtif yaitu kegiatan yang dilakukan sejak dini untuk
menangani
potensi
gangguan
agar
tidak
berkembang
menjadi
ambang
baik
daripada
mengobati
dan
dalam
menanggulangi
gangguan
Kamtibmas pola penanganan preventif dan preemtif adalah lebih baik daripada
penegakan hukum, karena diantisipasi sejak dini terhadap permasalahanpermasalahan yang diperkirakan akan menjadi gangguan Kamtibmas.
Maka
dalam konteks tulisan ini pula menurut penulis sangat relevan jika Community
Policing yang intinya adalah pemecahan masalah Kamtibmas (Problem Solving)
dan Kemitraan dengan masyarakat (Partnership) yang orientasinya adalah
pelibatan
masyarakat
untuk
ikut
terlibat
dalam
upaya-upaya
menjaga
keamanan dan ketertiban dijadikan sebagai salah satu konsep Kepolisian untuk
diterapkan dengan optimal guna menanggulangi gangguan Kamtibmas.
4.
Analisis SWOT
Opportunities,
threats) adalah
a.
digunakan serta anggaran yang mungkin dapat diperoleh dari sumbersumber yang diperkirakan.
4)
b.
Kelemahan
ini
adalah
merupakan
kebalikan
dari
kekuatan
dan
dan
jumlahnya,
apa
kelemahannya,
demikian
juga
dengan
daya
saja kelemahannya.
4)
Peluang-peluang (Opportunities).
Peluang-peluang yang ada dan dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan
Ancaman (Treats).
Ancaman merupakan hal yang harus dihadapi, disini dapat diperoleh
ancaman potensial dari Faktor Korelatif Kriminogen (FKK), Police Hazards (PH)
dan Ancaman Faktual (AF).
A.
HIPOTESIS PENELITIAN
Dengan melihat latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka
hipotesis yang digunakan sebagai landasan kerja dalam penelitian ini, adalah
tugas pokok, peran dan fungsi Polri ditingkat KOD dalam menciptakan situasi
keamanan yang kondusif guna mewujudkan kamdagri pasca terjadinya gempa
bumi di wilayah hukum Polres Bantul dapat berjalan dengan baik.
2.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
berupa informasi tentang tugas pokok, peran dan fungsi Polri ditingkat KOD
(Polres Bantul)
METODE PENDEKATAN
1.
Metode penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif analisis.
Penelitian
dilakukan
dengan
mengunakan
metode
wawancara
(indepth
metode observasi
2.
Pendekatan penelitian
F.
PENGERTIAN-PENGERTIAN
1.
alam,
manusia
dan/atau
oleh
keduanya
yang
mengakibatkan
korban
2.
Gempa bumi adalah fenomena alam lainnya yang jika terjadi secara
3.
dua benua dan dua samudera terbentang di garis katulistiwa serta terletak
pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia merupakan wilayah
teritorial yang sangat rawan terhadap bencana seperti gempa bumi, letusan
gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan kekeringan, serta kebakaran
hutan/bencana asap.
4.
5.
bagi
bangsa
Indonesia.
Selama
ini
merupakan
penanggulangannya
telah
6.
7.
bencana adalah orang/sekelompok orang yang terusir dan atau atas dasar
kemauan sendiri meninggalkan tempat kehidupan semula, karena terancam
keselamatan dan keamanannya atau karena adanya rasa ketakutan oleh
ancaman dari kelompok/ golongan sosial tertentu sebagai akibat dari konflik
atau
kekerasan
lain
yang
menyebabkan
kekacauan
di
masyarakat
lingkungannya.
8.
Penanganan
pengungsi
diperlukan
dalam
upaya
penyelamatan,
9.
Kamdagri
Berdasarkan Undang-Undang Kepolisian No. 2 Tahun 2002 tentang
a.
dipaksa atau terpaksa melarikan diri atau meninggalkan rumah atau tempat
tinggal mereka sebelumnya, sebagai akibat dari dan/atau dampak buruk
bencana;
10.
kata optimal yang artinya paling baik atau sempurna, Optimalisasi bisa juga
disebut mengoptimalkan yang artinya menjadikan maksimal atau menjadikan
sempurna, jadi optimalisasi dalam konteks tulisan ini adalah cara-cara atau
segala usaha yang ditempuh oleh Kapolres selaku Pimpinan di KOD dalam
menyempurnakan/memaksimalkan penerapan tugas pokok, peran dan fungsi
Polri ditingkat KOD dalam menciptakan situasi keamanan yang kondusif guna
mewujudkan kamdagri pasca terjadinya gempa bumi di wilayah Bantul agar
dapat berjalan lebih mantap guna menanggulangi gangguan Kamtibmas dan
hasil yang diharapkan juga menjadi lebih sempurna dari kondisi yang
sebelumnya sehingga keamanan dalam negeri dapat terwujud.
11.
Kamtibmas
Berdasarkan UU NO. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
potensi
dan
kekuatan
masyarakat
dalam
menangkal,
BAB II
SEJARAH DAN STRUKTUR POLRI
A. Sejarah
Tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia,
Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain
menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga
terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai operasi
ketenteraan bersama-sama persatuan angkatan bersenjata yang lain. Keadaan
seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-satunya
persatuan bersenjata yang relatif lebih lengkap.
Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas
pasukan polisi ini segera mengisytiharkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik
Indonesia yang sewaktu itu dipimpin oleh Inspektur Kelas I Polisi Mochammad
Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan
pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah
perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat
maupun persatuan bersenjata lain yang patah semangat akibat kekalahan
perang yang panjang.
Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang di dalamnya juga terdapat
ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan alasan ingin menghalau
tentara Jepang dari negara tersebut. Pada kenyataannya pasukan Sekutu
tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh
karena itu perang antara sekutu dengan pasukan Indonesiapun terjadi di
mana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 November 1945, yang dikenal
sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu kemudiannya dijadikan sebagai
Hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh rakyat
Indonesia.
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya menjadi sangat penting dalam
sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi
lebih dari itu karena semangat perwiranya mampu menggetarkan dunia dan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenal kewujudan bangsa dan negara
Indonesia di mata dunia. Kini tugas Polri yang utama ialah mengekalkan
keamanan dan ketertiban di dalam negeri, Polri juga semakin sibuk dengan
A.
B.
C.
Organisasi
Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai ke kewilayahan. Organisasi
Polri Tingkat Pusat disebut Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri);
sedang organisasi Polri Tingkat Kewilayahan disebut Kepolisian Negara Republik Indonesia
Daerah (Polda).
Mabes Polri
Unsur Pimpinan
Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri).
Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kapolri dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Wakil Kapolri (Wakapolri)
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), adalah unsur pelaksana pendidikan dan staf
khusus yang berkenaan dengan pendidikan tinggi dan pengembangan ilmu dan teknologi
kepolisian
Sekolah Staf dan Pimpinan Kepolisian (Sespimpol), adalah unsur pelaksana pendidikan
dan staf khusus yang berkenaan dengan pengembangan manajemen Polri
Akademi Kepolisian (Akpol), adalah unsur pelaksana pendidikan pembentukan Perwira
Polri
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat)
Divisi Hubungan Masyarakat (Div Humas)
Divisi Pembinaan Hukum (Div Binkum)
Divisi Pertanggungjawaban Profesi dan Pengamanan Internal (Div Propam), adalah
unsur pelaksana staf khusus bidang pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal
Divisi Telekomunikasi dan Informatika (Div Telematika), adalah unsur pelaksana staf
khusus bidang Informatika yang meliputi informasi kriminal nasional, informasi
manajemen dan telekomunikasi
Pusat Polri
Rumah Sakit Pusat Polri dikepalai oleh seorang Brigadir Jenderal (Brigjen).
Pusat Keuangan.
Polda
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana utama
Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri. Polda bertugas menyelenggarakan tugas Polri pada
tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah
(Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri. Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda
(Wakapolda).
Polda membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Wilayah (Polwil), dan Polwil
membawahi Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort (Polres) atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia Resort Kota (Polresta). Baik Polwil maupun Polres dipimpin oleh seorang
Komisaris Besar (Kombes). Lebih lanjut lagi, Polres membawahi Polsek, sedang Polresta
membawahi Polsekta. Baik Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Komisaris Polisi
(Kompol).
Polri kini
Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri
bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam
masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional mahupun antarabangsa, sebagaimana yang
ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia,
untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di
Kamboja (Asia).
BAB III
KONDISI WILAYAH PENELITIAN
1.
2.
a.
b.
c.
d.
Kepadatan penduduk
e.
: 217 340
berdasarkan
pada
Usamu
Seirei
nomor
13
sedangakan
kualitas maupun kuantitas berkaitan dengan gempa bumi yang terjadi di D.I.
Yogyakarta berdasarkan sumber dari Satkorlak Prop. DIY tanggal 30 Mei 2006
pukul 15.00 WIB.
Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007 LS dan 110,286
BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa
Candi Borobudur yang terletak tak jauh dari lokasi gempa mengalami
kerusakan namun tidak berarti.
Data-data lain dapat dijelaskan meliputi;
a. Data Korban
N
O
WILAYAH
KORBAN
MD
LB
LR
BANTUL
3.481
6.445
3.141
SLEMAN
212
696
3.084
KODYA
163
224
59
KULON
PROGO
26
252
171
GUNUNG
KIDUL
69
747
560
JUMLAH
3.95
1
8.36
4
7.01
5
b. Data Kerusakan
BANGUNAN
N
O
WILAYAH
RMH
PEND
DK
S
E
K
O
L
A
H
TMP
IBAD
AH
KANT
OR
BANTUL
29.30
1
SLEMAN
1.865
KODYA
6.851
KULON
PROGO
9.150
24
36
31
GUNUNG
KIDUL
21.72
9
JUMLAH
68.8
96
2
4
36
31
WILAYAH
KORBAN
MD
LB
LR
POLDA
POLTABES
SLEMAN
BANTUL
KULON
PROGO
GUNUNG
KIDUL
JUMLAH
13
N
O
WILAYAH
M
A
K
O
M
A
K
O
P
O
L
S
E
K
R
U
M
D
I
N
A
S
R
A
M
A
R
S.
B
H
Y
R
U
M
A
H
POLDA
2
5
SLEMAN
5
7
BANTUL
2
6
KULON
PROGO
2
9
e.
GUNUNG
KIDUL
4
0
JUMLAH
4
0
1
4
2
DARI
JENIS
JUML
AH
GUBERNUR
AKPOL
Perlengkap
an
tidur,
pakaian
1.288
potong
TANOTO
FOUNDATION/P
P
BHAYANGKARI
Indomie,
aqua, susu
1000,
800,
1000
POLDA JATIM
Indomie,
biskuit,
aqua, susu,
beras
7 truk
KAPOLRES
SURABAYA
TIMUR
Mie,
biskuit,
aqua,
selimut
175
dus
BHAYANGKARI
AKPOL
Beras,
indomie,
biskuit,
selimut
8, 10,
1, 29
K
ET
La
ng
su
ng
ke
Po
lre
s
Ba
nt
ul
e.
KAPOLRI
Sabun
mandi+cuci
, mie
139,
500,
750
POLDA
METROJAYA
Kebutuhan
pokok
11
truk
JENIS
J
M
L
RES
BANTUL
Anggota Polres
Bantul
Mie instan,
biskuit,
aqua,
selimut
1
7
5
RES GN.
KIDUL
Anggota Polres
Gn. Kidul
Mie instan,
peralatan
tidur
/
mandi
3
5
2
RES KL.
PROGO
Anggota Polres
Kl. Progo
Mie instan,
sabun mandi
/ cuci, air
mineral,
biskuit,
minyak
goreng
5
0
0
d
u
s
PETRAN,
UH
KELUARGA
VETERAN
Mie instan,
air mineral,
susu
7
0
d
u
s
RES
BANTUL
Polsek
Bambang
lipuro
Mie instan,
biskuit,
selimut,
training
1
3
7
d
N
O
WILAYA
H
u
s
4.
RES GN
KIDUL
Polsek
Panggang
Air mineral,
mie instan
3
0
0
d
u
s
RES
SLEMAN
Anggota Polres
Sleman
Mie instan,
sabun mandi
/ cuci, air
mineral,
biskuit,
selimut,
training
9
4
8
d
u
s
POLTAB
ES YKA
Anggota
Poltabes Yka
Mie instan,
sabun mandi
/ cuci, air
mineral,
susu
9
6
0
d
u
s
internasional
meningkatnya
secara
signifikan
dinamika,
telah
eskalasi
dan
berdampak
negatif
kompleksitas
pada
ancaman
semakin
gangguan
kamtibmas. Demikian pula yang terjadi di wilayah hukum Polres Bantul pasca
Gempa Bumi, ancaman gangguan kamtibmas muncul dalam berbagai bentuk
kerawanan yang melekat dalam segenap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (berdasarkan perkiraan intelijen tahun 2007),
meliputi :
a.
Bantul
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
b.
POLSEK
BANTUL
JETIS
SEWON
SEDAYU
KASIHAN
PAJANGAN
PLERET
PIYUNGAN
BANGUNTAPA
N
IMOGIRI
DLINGO
BAMBANGLIPU
RO
PANDAK
SANDEN
SRANDAKAN
PUNDONG
KRETEK
JUMLAH
2
18
6
21
20
11
4
10
5
28
4
2
6
3
4
3
4
4
1
5
2
17
4
26
9
28
5
5
3
17
4
3
7
3
5
2
3
1
3
TAHUN
2
18
3
52
32
8
10
5
6
32
10
1
4
5
5
5
2
10
2
0
2
39
12
61
20
36
16
12
9
45
9
3
16
9
13
7
6
17
3
3
2
17
10
65
45
9
5
23
9
53
6
4
8
11
9
11
3
6
4
KET
Tah
un
200
6
han
ya
sam
pai
deng
an
bula
n
Okto
ber.
N
O
1
2
JENIS
PERISTIWA
Pencurian
dengan
Pemberatan
Pencurian
TAHUN
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
31
21
56
47
67
13
19
18
KET
Tah
un
200
6
3
4
5
6
7
8
9
dengan
Kekerasan
Curanmor
Kebakaran
Pembakaran
Pembunuhan
Penganiayaan
Berat
Uang Palsu
Narkotik
JUMLAH
c.
13
4
2
23
8
7
18
8
3
23
17
1
8
39
16
3
14
22
21
1
10
13
83
81
11
11
6
2
12
15
1
10
17
4
han
ya
sam
pai
deng
an
bula
n
Okto
ber.
N
O
1
2
AKIBA
T
LAKA
Luka
Berat
Luka
TAHUN
200
2
200
3
200
4
2005
200
6
11
27
25
23
25
14
41
27
44
48
KET
Tahu
n
2006
Ringan
3
Mening
gal
Dunia
26
20
32
Kerugi
an
Rp.
64.
240
.00
0
Rp.
112
.27
5.0
00
Rp.
60.
030
.00
0
33
37
Rp.
86.62
5.000
Rp.
91.
600
.00
0
hany
a
samp
ai
deng
BAB IV
PELAKSANAAN TUGAS POKOK, PERAN DAN FUNGSI
POLRI TINGKAT KOD SAAT TERJADINYA GEMPA BUMI
A.
yang
obyeknya
adalah
memulihkan
dan
membantu
situasi
penanggulangan
bencana
(Gempa
Bumi)
bersifat
upaya
baik
pemerintah
maupun
masyarakat.
Aktifitas
tersebut
meliputi:
a.
Tanggap
Darurat,
yang
dilaksanakan
secara
terencana,
terkoordinir dan terpadu pada kondisi darurat dalam waktu yang relatif
singkat dengan tujuan untuk menolong, menyelamatkan jiwa/harta
benda dan lingkungan serta mengurangi dampak akibat bencana melalui
pemberian bantuan moral dan material kepada korban bencana.
d.
kembali
dalam
umum/sosial,
rangka
rumah
pemulihan
penduduk
dan
sarana,
prasarana,
lingkungan
sesuai
fasilitas
standar
b.
Penanganan Pengungsi
Kegiatan penanganan pengungsi meliputi upaya operasional yang bersifat
Rekonsiliasi,
berupa
dukungan
upaya
untuk
menciptakan
Operasional
dilakukan
guna
melancarkan
upaya
adalah
obat-obatan,
tenda-tenda
darurat,
pakaian,
Komunikasi,
dengan
diselenggarakan
secara
koordinatif
dan
terpadu
baik
dari
dalam
negeri
maupun
manca
negara
untuk
mengadakan komunikasi.
f.
darat untuk satuan wilayah. Pelatihan SAR yang lebih fokus pada
masalah penanganan korban gempa bumi. Selama ini SAR hanya dimiliki
oleh satuan-satuan Brigade Mobil (Brimob), sehingga kemampuan SAR
anggota kepolisian seperti Polres Bantul, nyaris ala kadarnya bahkan
tidak memiliki kemampuan SAR yang memadai.
g.
melaksanakan
penanggulangan
bencana
dan
penanganan
C.
b.
Banyaknya Asrama
kerusakan .
c.
d.
e.
2.
Masyarakat
a.
b.
c.
3.
ALAM
D.
1.
Kemanusiaan :
2.
a.
b.
Pengamanan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Back Up Brimob :
-
Mengaktifkan
dan
meningkatkan
patroli
siskamling,
3.
4.
BAB V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN
TUGAS POKOK, PERAN DAN FUNGSI POLRI DI TINGKAT KOD
2.
Faktor Internal.
Dari hasil pelaksanaan tugas pokok, peran dan fungsi polisi dalam
dan
menjalankan
tugas
pokok,
peran
dan
fungsinya
dalam
proses
penanganan pasca Gempa bumi dipengaruhi oleh berbagai aspek. Dibawah ini
dapat digambarkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aparat hukum
(Polri) dalam menanggulangi gangguan kamtibmas, yaitu sebagai berikut;
a.
Faktor Kekuatan :
Sebagaimana yang diuraikan dalam SWOT (strenght, weaknesses,
dan
pengamanan
swakarsa
yang
tumbuh berkembang
di
Adanya Kode Etik polri dan Kode Etik Profesi Polri yang bisa
Keinginan
kuat
para
pimpinan
Polri
untuk
menjamin
4)
Adanya kebijakan rekrutmen Polri The local boy for local job dalam
kesulitan
dalam
mengenal
wilayah
penugasannya
dan
dan
ilmu
yang
diperoleh
melalui
berbagai
kegiatan
Bantul yang secara kuantitas dan kualitas cukup baik, merupakan suatu
kekuatan
yang
dapat
mendukung
pelaksanaan
tugas
operasional
b.
Kelemahan :
1)
2)
Guna
memaksimalkan
masyarakat
dan
memberdayakan
program
Community Policing
pemberantasan
tindak
kejahatan
5)
Kecenderungan
anggota
untuk
menghindar
dari
masyarakat
penjagaan,
pengawalan,
adsministrasi
di
kantor
dan
untuk
mengetahui
permasalahan
yang
menimpa
masyarakat.
7)
Kecenderungan
anggota
untuk
menghindar
dari
masyarakat
8)
Petugas
Babinkamtibmas
sebenarnya
harus
berperan
dan
tugas
babinkamtibmas
terkesan
sebagai
orang
3.
FAKTOR EKSTERNAL
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan Community
Policing masyarakat di Polres Semarang timur adalah sebagai berikut :
a. Peluang :
1)
policing
dalam
bentuk-bentuk
kegiatan
Harapan
masyarakat
akan
kebutuhan
rasa
aman
dan
mayarakat
kegiatan-kegiatan
untuk
sebagaim
mau
berperan
upaya
aktif
mewujudkan
dalam
situasi
pengamanan
swakarsa
dalam
rangka
menjaga
5)
bersama-sama
terhadap
terjadinya
melakukan
tindak
upaya-upaya
kejahatan
dalam
mencegah
rangka
6)
dan
menanggulangi
dalam
rangka
kejahatan
mewujudkan
di
lingkungan
keamanan
dan
ketertiban masyarakat.
7)
8)
b. Kendala :
1)
2)
Tingginya
tingkat
kesibukan
masyarakat
mengakibatkan
4)
5)
6)
7)
BAB VI
4.
gempa
kontijensi
tersebut,
Polres
Bantuan Kemanusiaan
Evakuasi korban.
Pertolongan korban / perawatan.
Bantuan sosial (kebutuhan pokok).
Barak-barak pengungsian.
b.
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
Pengamanan terhadap :
Harta benda korban.
Keamanan lingkungan / daerah (tempat tinggal, posko).
Kamtibcar Lantas.
Bantuan (kebutuhan pokok, uang).
Distribusi bantuan.
Jalur distribusi bantuan.
Kunjungan Pejabat.
Kekuatan Personil
a. Organik Polda D.I Yogyakarta:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
2)
:
:
:
:
:
:
:
1.309 Pers
1.060 Pers
890 Pers
620 Pers
600 Pers
1.257 Pers
5.736 Pers
:
:
11 Pers
100 Pers
Bantul
3)
4)
5)
6)
7)
2.
110
300
25
110
291
937
Pers
Pers
Pers
Pers
Pers
Pers
Kendaraan Bermotor
N
O
WILAYAH
RANMOR
Roda 2
Roda 4
Roda 6
POLDA
851
281
112
POLTABES
377
55
SLEMAN
257
51
BANTUL
237
35
KULON PROGO
197
31
GUNUNG KIDUL
202
37
2.121
490
148
JUMLAH
3.
:
:
:
:
:
:
b)
2 Unit
c)
Ambulance
17 Unit
d)
Satwa
25 Ekor
b.
Evakuasi korban :
1)
2)
Pengamanan :
1)
2)
3)
4)
5.
Konseptual
baik
Polri
maupun
masyarakat
menginginkan
terciptanya situasi kamtibmas yang kondusif. Namun dalam tataran yang lebih
operasional kondisi kondusif tersebut ternyata sulit untuk didefinisikan.
Namun demikian secara umum kondisi kamtibmas yang kondusif dapat dilihat
dari indikator-indikator yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
Adanya perasaan dilindungi dari segala macam bahaya yang datang dari
lingkungannya.
e.
situasi
rawan
konflik
dan
gangguan
keamanan
keamanan.
d. Tidak dilanggarnya pranata-pranata sosial yang diperlukan untuk
menjaminkelangsungan hidup bersama.
e. Tidak adanya perilkau-perilaku anggota masyarakata yang tidak
normatif dan meresahkan sehingga masyarakat menganggap hal
itutidak boleh dibiarkan.
Sedangkan dalam tataran yang lebih makro, situasi dan kondisi
kamtibmas yang diharapkan ditandai dengan :
a. Berjalannya
dengan
efektif
program-program
pembangunan
lembaga-lembaga
sosial
kemayarakatan
sebagai
disinggung
pada
bab-bab
terdahulu,
Polres
Bantul
akibat Tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, topan) dan dapat
memperkirakan keadaan geografis terkini akibat bencana tersebut. Serta dapat
memperkirakan
kondisi
korban
berdasarkan
jenis
bencana
yang
memantau rumah sakit, sumber-sumber tenaga (listrik, air, bahan bakar), jalur
komunikasi, di tempat lokasi yang masih bisa digunakan. Dan mereka selalu
siap untuk memberikan panduan terhadap setiap personil Polri maupun
lembaga bahkan masyarakat umum lainnya yang memerlukan bantuan.
bencana.
Dan
tim
'pembuka
jalur
transportasi'
telah
yg
bertugas
membangun
pemancar
darurat
diposko-posko.
Kalangan profesi bisa langsung bekerja melalui jaringan yang telah terbentuk.
Kebutuhan
akan
Dokter2
bisa
diperkirakan
lewat
koordinasi
Saya tahu, ide2 diatas mungkin terasa terlalu 'ideal' atau terlalu
A.
1.
Tindakan kepolisian
a.
b.
1)
H.
SUSILO
BAMBANG
YUDHOTONO,
Wakil
untuk
menyerahkan Bantuan.
2)
Melakukan Pengawalan
desa:
Desa
Bantul,
desa
Palbapang,
desa
Ringinharjo.
3)
4)
5)
Patroli
ke
Barak
barak
pengungsian,
rumah
6)
Patroli
gabungan
bantuan,
untuk
pencurian,
mencegah
perampokan
di
perampasan
perumahan
7)
2.
Tindakan kemanusiaan
a.
b.
c.
KK
100.000,-/ KK
di
bulan,
uang
peralatan
dapur
Rp.
3.
Mendukung
dan
mensosialisasikan
langkah-langkah
tindakan
Kenali
lingkungan
tempat
anda
bekerja
dan
tinggal
Alat
yang
harus
ada
1.
Kotak P3K
2.
Senter/lampu Battery
3.
Radio
4.
disetiap
tempat
Jika
1.Lindungi
anda
kepala
dan
berada
badan
dalam
anda
dari
bangunan
reruntuhan
untuk
menghindari
terjadinya
Tsunami.
e. Jika anda tinggal didaerah pegunungan, apabila
terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin
terjadi longsoran.
SESUDAH
a.
Jika
1.Keluar
TERJADI
anda
dari
berada
bangunan
GEMPABUMI
dalam
tesebut
bangunan.
dengan
tertib.
Periksa
lingkungan
sekitar
anda
membahayakan
(mematikan
listrik,
tidak
karena
kemungkian
masih
terdapatreruntuhan.
Jangan
berjalan
d.
disekitar
daerah
gempa,
(apabila
terjadi
gempa
susulan).
BAB VII
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Tugas pokok, peran dan fungsi Polri di tingkat KOD (Polres Bantul)
pokok, peran dan fungsinya guna menciptakan situasi keamanan yang kondusif
dengan memberdayakan semua elemen dan lembaga masyarakat. Penerapan
tugas pokok, peran dan fungsi kepolisian dalam menangani gempa bumi
dengan melibatkan unsur back-up, baik dari satuan atas (Mabes Polri dan Polda
DIY) dan juga satuan lain yang secara sukarela mendukung tugas-tugas
kepolisian (sebagaimana ditegaskan dalam UU No.2 tahun 2004 psl 13 ayat 1).
3.
REKOMENDASI
1.
pembentukan
pelatihan
relawan
antisipasi
bencana
alam
secara
nasional. Tujuannya agar niat baik setiap rang yg ingin jadi relawan,
bisa
terujud
dengan
baik.
Konkritnya,
pelatihan2
dimulai
untuk
koordinasi
antar
lembaga
mulai
disiapkan
untuk
kebaikan
kita
pengamat
meteorologi
dan
geofisika,
pengusaha,
tim
SAR,
dan
keselamatan bangunan.
3. Sosialisasi dan menciptakan sarana kampanye kesadaran akan
bangunan gedung yang aman terhadap bahaya gempa.
4. Fasilitasi dan pendampingan kepada Pemda dalam meningkatkan
kesadaran akan kesiagaan terhadap bahaya gempa pada bangunan
gedung dan perumahan.
c. Pedoman
Disamping standar dan pedoman teknis yang secara relatif telah ada,
masih diperlukan pengembangan petunjuk-petunjuk teknis yang lebih
operasional dan mudah dipahami oleh masyarakat, khususnya dalam
rangka pengembangan perumahan dan fasilitas umum yang berbasis
kepada keswadayaan masyarakat.
Beberapa Persoalan Penanggulangan Bencana Yang Harus Dibenahi:
1. Aspek Perubahan Paradigma
Aspek ini akan merubah cara pandang penanggulangan bencana yang biasanya
hanya bersifat respont menjadi penanggulangan yang sifatnya
menyeluruh/komprehensif.
2. Aspek Kebijakan
Prasyarat bagi efektifnya penanggulangan bencana adalah adanya arah dan
komitmen politik yang tercermin pada kebijakan baik yang konstitusional,
perundangan, peraturan daerah, maupun kebijakan eksekutif maupun unsur
sektoral.
3. Aspek Kelembagaan
Aspek ini adalah pengaturan-pengaturan kelembagaan yang mencerminkan
tatanan kekuasaan dan kewenangan perangkat-perangkat pemerintahan untuk
secara efektif menangani bencana.
4. Aspek Mekanisme
Kalau kebijakan adalah pelafalan, kelembagaan adalah pengaturan wadahnya,
koordinasi adalah penyelarasannya, maka mekanisme adalah tata cara dan tata
gerak dari kesemua unsur itu.
C.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bayley Wiliiam G, 1995,
The Encyclopedia of Police Science (second edition), Newyork & London,
Garland Publishing.
Bayley David H , 1994,
Police for the Future (diterjemahkan dan disadur oleh Kunarto), Jakarta, Cipta
Manunggal.
------------, 1997,
Ham dan Polri , Jakarta,Cipta Manunggal.
-----------,1998,
Tri Brata, Jakarta, Cipta Manunggal.
Mangun Wijaya YB, 1999,
Menuju Indonesia yang serba baru, Jakarta, Gramedia.
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 1999,
Sejarah Kepolisian di Indonesia.
Perguruan tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), 2003,
Kinerja Polri Pasca Polri Mandiri (Laporan Hasil Penelitian), Jakarta, PTIK
Rahardjo, Satjipto, 1998,
Mengkaji Kembali Peran dan Fungsi Polri dalam Masyarakat di Era Reformasi ,
makalah Seminar Nasional tentang Polisi dan Masyarakat dalam Era Reformasi,
Jakarta, PTIK.
Dokumen :
Skep Kapolri No.Pol.: Skep/1673/X/1994 tanggal 13 Oktober 1994, dan Juklak Kapolri
No.Pol.: Juklak/11/X/1994 tanggal 12 Oktober 1994, tentang Pokok-pokok
kemitraan antara Polri dengan Instansi dan masyarakat.
Keputusan Kapolri No.Pol. : KEP/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi Polri pada Tingkat Kewilayahan.