Emil-LARING Kul.1
Emil-LARING Kul.1
Emil Anwar
Bgn THT FK UNSRI
ANATOMI LARING
Ligamen
Tirohioid
FISIOLOGI LARING
Fungsi laring terutama untuk Fonasi dan Respirasi. Selain itu juga berperan untuk
proteksi, sirkulasi, menelan, batuk dan emosi.
Fungsi Fonasi.
Laring dengan pita suaranya merupakan generator suara atau sumber bunyi
karena adanya :
- pendekatan (adduksi) pita suara kanan dan kiri yang baik.
- peregangan pita suara menentukan tinggi rendahnya nada.
Fungsi menelan :
Gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laring dan mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring merupakan fungsi laring dalam proses menelan.
Fungsi batuk :
Dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk trakea maupun sekret dari
Paru dapat dikeluarkan.
Fungsi emosi :
Laring dapat mengekspresikan emosi, misalnya berteriak, mengeluh, menangis
dan lainnya.
PEMERIKSAAN LARING
I. Laringoskopi tidak langsung (indirect laryngoscopy).
Pada pertengahan abad 19 ditemukan I kali cara melihat laring dengan mengguna
kan kaca laring.
II. Laringoskopi langsung (direct laryngoscopy).
Pada awal abad 20, Jackson menemukan Laringoskop, alat yang dapat diguna
kan melihat laring secara langsung.
III. Mikrolaringoskopi.
Beberapa waktu kemudian, Kleinsasser menggabungkan penggunaan laringoskop
dengan mikroskop yang dikenal dengan pemeriksaan Mikrolaringoskopi yang sekarang
sering digunakan untuk bedah mikro dan bedah laser.
IV. Radiologi.
Berbagai cara pemeriksaan radiologi mulai dari foto soft tissue leher sampai CT
scan laring sangat membantu dalam diagnosis dan terapi kelainan laring.
V. Stroboskopi dan kinematografi.
Kedua pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi fungsi laring dengan
mengamati getaran pita suara menggunakan kilatan cahaya dan kamera kecepatan
tinggi.
KELAINAN LARING
Pada umumnya adanya kelainan pada laring biasanya ditandai dengan gejala klinik
berupa Suara serak (disfonia) dan sumbatan (obstruksi) laring.
Trauma laring
Penyebab trauma laring yang tersering adalah trauma tumpul akibat benturan
leher pada kecelakaan mobil/motor, olahraga bela diri, terkena tangkai pompa air
dan gantung diri.
Ballenger membagi penyebab trauma laring atas :
I.Trauma mekanik.
1. Eksterna
: trauma tumpul/tajam, komplikasi trakeostomi atau
krikotirotomi.
2. Interna
: tindakan endoskopi, intubasi endotrakea atau
pemasangan NGT.
II. Luka bakar laring.
1. Luka bakar termal : tertelan makanan/minuman panas, terhirup udara/
gas panas.
2. Luka bakar kimia : basa kuat (NaOH, KOH), amonia, natrium hipoklorit
(clorox), Orthophenylphenol (Lysol).
III. Trauma radiasi : biasanya pada radioterapi tumor ganas leher.
IV. Trauma autogen : penggunaan suara yang berlebihan.
4. Krepitasi tulang.
Adanya obstruksi jalan nafas dan emfisema subkutis menunjukkan kerusakan laring
berat.
Diagnosis.
Terdapatnya salah satu manifestasi klinik diatas merupakan dasar perkiraan
adanya trauma yang berat dan merupakan indikasi untuk melakukan pemeriksaan :
- Laringoskopi langsung/tak langsung melihat edem, hematoma, mukosa dan
tulang rawan yang bergeser serta paralisis pita suara.
- Rontgen foto leher dan dada mendeteksi adanya fraktur laring-trakea dan
Pneumotoraks.
- CT Scan laring menggambarkan panjang stenosis laring-trakea, derajat
trauma jaringan lunak atau fibrosis (trauma mukosa, jaringan lunak dan tulang rawan)
dan mengukur daerah paling sempit dari segmen yang obstruksi.
Terapi.
Terapi awal pada trauma laring adalah :
1. Mempertahankan aliran udara adekuat, mungkin diperlukan tindakan
trakeostomi.
2. Penilaian terhadap trauma dan menentukan terapi defenitif harus segera
dilakukan atau ditunda, tergantung pada keadaan klinisnya.
Indikasi eksplorasi laring adalah :
1. Sumbatan jalan nafas yang memerlukan trakeostomi.
2. Emfisema subkutis yang progresif.
3. Laserasi mukosa yang luas.
4. Tulang rawan krikoid yang terbuka.
5. Paralisis pita suara bilateral.