Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP dan PL) Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia menyatakan bahwa prevalensi penderita HIV pada tahun 2014 di Indonesia mencapai 22.869 jiwa, AIDS 1.876 jiwa dengan jumlah penderita HIV/AIDS yang meninggal sebanyak 9.795 jiwa. Salah satu peta penyebaran HIV/AIDS terbanyak berada di Provinsi Jawa Timur. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur hingga akhir September 2014 jumlah prevalensi kasus HIV adalah 15.841 jiwa, AIDS 6.900 jiwa, dan jumlah penderita HIV/AIDS yang meninggal 4.800 jiwa. Sementara itu, prevalensi HIV/AIDS pada usia remaja di Indonesia juga telah meningkat dengan cepat. Data terbaru tahun 2014, menunjukkan terdapat 150,296 kasus HIV dan 55,799 kasus AIDS di Indonesia, dari sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987 sampai bulan September tahun 2014. Terdapat 12 provinsi di Indonesia dengan kasus HIV/AIDS terbesar, yaitu DKI Jakarta, JawaTimur, Papua, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Banten, Riau dan DIY.4 Berdasarkan data Ditjen PP & PL Kemenkes RI pada 17 Oktober 2014 kasus AIDS paling tinggi pada rentang usia 20 29 yakni sebanyak 18,352 tahun. Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat masih belum menaruh perhatian serius terhadap penularan serta pencegahan penyakit HIV/AIDS. Dibutuhkan upaya meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan wawasan seperti melakukan motivasi, edukasi dan sosialisasi mengenai HIV/AIDS. Selama ini, beberapa metode serta media motivasi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS hanya terbatas pada media cetak, media elektronik. Namun hal tersebut masih memiliki kekurangan, seperti biaya yang mahal, penyampaian informasi yang kurang menarik, dan cenderung monoton.7
Media untuk motivasi, edukasi dan sosialisasi melalui
batik dapat
menjadi solusi strategis yang mampu meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan
wawasan masyarakat mengenai HIV/AIDS. Batik merupakan karya warisan budaya asli bangsa Indonesia yang telah mengalami perkembangan seiring dengan perjalanan waktu. Perkembangan yang terjadi telah membuktikan bahwa seni kerajinan batik sangat dinamis dan dapat menyesuaikan dirinya, baik dalam dimensi bentuk, ruang, dan waktu.8 Saat ini, batik tidak hanya difungsikan sebagai bahan baju, namun, banyak digunakan sebagai bahan celana, rok, tas, dompet, topi, sepatu, corak alatalat tulis, dan lain-lain.9 Keunggulan edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS melalui batik adalah dapat mengaplikasikan metode look, feel and action yang bias mengajak masyarakat untuk mengetahui dan memahami HIV/AIDS lebih mudah, karena informasi motivasi, edukasi dan sosialisasi ini lebih bisa ditangkap dan dipahami oleh masyarakat secara langsung dengan menggunakan produk batik. Tidak hanya bisa dimengerti oleh pemakainya, namun makna motivasi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS ini juga dapat dipromosikan kepada orang lain yang melihat batik saat digunakan. Oleh karena itu, penyebarluasan kepedulian, pengentahuan, wawasan mengenai HIV/AIDS lebih luas dan lebih bisa diterima. Inovasi strategis ini juga memperkenalkan batik tidak hanya kepada masayarakat Indonesia saja tetapi juga masyarakat global agar mencintai produk batik warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki nilai estetik yang tinggi. Selain itu, masyarakat juga mampu meresapi nilai-nilai edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS melalui media batik. Desain batik BATAVIA (Batik Peduli HIV/AIDS) adalah solusi strategis dalam upaya motivasi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS melalui media batik yang notabene berbasis kearifan lokal. Keunggulan desian batik BATAVIA ini yaitu dapat mengetahui dan memahami HIV/AIDS lebih mudah, karena informasi dalam motivasi, edukasi dan sosialisasi bisa ditangkap oleh masyarakat secara langsung dengan menggunakan produk batik ini. Inovasi strategis ini juga sebagai ajang memperkenalkan batik lebih luas di Indonesia dan dunia untuk dapat meresapi nilai-nilai motivasi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS melalui media yang berbeda dari biasanya yaitu batik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, kami ingin mengkaji dan mendesain media inovatif BATAVIA (Batik Peduli HIV/AIDS) sebagai solusi strategis dalam upaya preventif penyakit HIV/AIDS berbasis kearifan lokal yang dapat meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai HIV/AIDS.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mengkaji dan mendesain media inovatif BATAVIA (Batik Peduli HIV/AIDS) sebagai solusi strategis dalam upaya motivsi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS berbasis kearifan lokal yang dapat meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai HIV/AIDS.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karyatulisi lmiah ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu mengenai media inovatif berkaitan
dengan BATAVIA (Batik Peduli HIV/AIDS) sebagai solusi strategis dalam upaya motivasi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS berbasis kearifan lokal yang dapat meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai HIV/AIDS.
2.
Memberikan informasi mengenai peran dari media inovatif BATAVIA (Batik
Peduli HIV/AIDS) sebagai solusi strategis dalam upaya motivasi, edukasi dan sosialisasi HIV/AIDS berbasis kearifan lokal yang dapat meningkatkan kepedulian, pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai HIV/AIDS.