Anda di halaman 1dari 8

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Pertumbuhan didefenisikan sebagai pertambahan kuantitas

konstituen

seluler

dan

struktur

organisme

yang

dapat

dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah,


pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan
parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan
pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi
pertumbuhan populasi, begitu juga dengan mikroba.
Mikroba akan mengalami empat tahapan dalam proses
pertumbuhannya yaitu: (1) Fase lamban (lag), pada fase ini
tidak ada pertambahan populasi, namun sel mengalami
perubahan

dalam

komposisi

kimiawi

dan

ukurannya

bertambah. (2) Fase logaritma (log) atau eksponensial, pada


tahap ini sel membelah dengan laju konstan, aktivitas
metabolik konstan, dan keadaan pertumbuhan seimbang. (3)
Fase statis, dimana penumpukan produk beracun/kehabisan
nutrien. Beberapa sel mati dan yang lain hidup membelah,
pada

tahap

ini

jumlah

sel

hidup

tetap.

(4)

Fase

penurunan/kematian, pada tahap ini sel mati lebih banyak


daripada terbentuknya sel baru. Laju kematian mengalami
percepatan menjadi eksponensial (Setiawan, 2009).
Dalam
pertumbuhannya
setiap
makhluk

hidup

membutuhkan nutrient yang cukup serta kondisi lingkungan


yang

mendukung

demi

proses

pertumbuhan

tersebut,

termasuk juga mikroba. Hastuti (2007) mengatakan bahwa


terdapat

beberapa

pertumbuhan

faktor

mikroba,

yang

antara

dapat

lain:

mempengaruhi

suhu,

kelembapan,

tekanan osmotik, cahaya, pH, AW dan nutrient.


Nutrient yang dibutuhkan oleh mikroba untuk bisa tumbuh
adalah air, sumber karbon, aseptor elektron, nitrogen oksigen,

mineral dan faktor penumbuh. Apabila faktor-faktor tersebut


memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan
mikroba, maka mikroba dapat tumbuh dan berkembang biak
(Tarigan, 1988).

II.

II.1

TINJAUAN PUSTAKA

Kegunaan Nutrient
Untuk keperluan

hidupnya

semua

makhluk

hidup

memerlukan bahan makanan. Bahan ini diperlukan untuk


sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi. Demikian
juga dengan mikroba, untuk kehidupannya membutuhkan
bahan-bahan organik dan anorganik dari lingkungannya.
Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi),
sedang

proses

penyerapannya

(Suriawiria, 1985).
Bahan makanan

yang

disebut

dibutuhkan

proses

nutrisi

mikroba

pada

umumnya dapat dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air,


sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron,
sumber

mineral,

faktor

tumbuh,

dan

sumber

nitrogen

(Waluyo, 2005). Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber


nutrient ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan
dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan
higienis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan
sumber

nutrient

bagi

pertumbuhan

mikroba

sehingga

mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini.


Menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah salah satu
cara untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrient

bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali (Anonimous,


2006)
a. Air
Air merupakan komponen utama sel mikroba dan
medium. Fungsi air adalah sebagai sumber oksigen untuk
bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi
sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme. Air
merupakan bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90%, dan
bagian lain sebanyak 10-20% terdiri dari protoplasma,
dinding sel, lipida untuk cadangan makanan, polisakarida,
polifosfat, dan senyawa lain.
b. Sumber Energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu
senyawa organik atau anorganik yang dapat dioksidasi.
Berdasarkan sumber energi mikroba dibedakan menjadi jasad
fototrof yaitu mikroba yang menggunakan bantuan energi
cahaya

dan

jasad

menggunakan

kemototrof

energi

yaitu

dari

mikroba
reaksi

yang
kimia.

c. Sumber Karbon
Sumber karbon untuk mikroba dapat berbentuk senyawa
organik

maupun

anorganik.

Senyawa

organik

meliputi

karbohidrat, lemak, protein, asam amino, asam organik,


garam asam organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang merupakan
sumber karbon utama terutama untuk tumbuhan tingkat
tinggi (Jawetz, 2001).
Berdasarkan sumber karbon, mikroba dibedakan menjadi
:
1. Mikroba autotrof
Mikroba autotrof adalah mikroba yang memerlukan
sumber karbon dalam bentuk anorganik, seperti CO2
dan senyawa karbonat.

2. Mikroba heterotrof.
Mikroba heterotrof adalah mikroba yang memerlukan
sumber karbon dalam bentuk senyawa organik. yang
dibedakan lagi menjadi jasad saprofit yaitu mikroba
yang

dapat

menggunakan

bahan

organik

yang

berasal dari sisa jasad hidup atau sisa jasad yang


telah mati. Mikroba heterotrof yang kedua adalah
parasit yaitu jasad yang hidup di dalam jasad hidup
lain menggunakan bahan dari inangnya. Jasad ini
dapat

menyebabkan

penyakit

pada

inangnya

(Nugraha, 2010).
d. Sumber Aseptor Elektron
Proses oksidasi biologi merupakan proses pengambilan
dan pemindahan elektron dari substrat. Karena elektron
dalam sel tidak berada dalam bentuk bebas, maka harus ada
suatu

zat

yang

dapat

menangkap

elektron

tersebut.

Penangkap elektron ini disebut aseptor elektron. Aseptor


elektron ialah agensia pengoksidasi. Pada mikroba yang
dapat berfungsi sebagai aseptor elektron ialah O2, senyawa
organik,

NO3-,

NO2-,

N2O,

SO4

=,

CO2,

dan

Fe3+.

Penggolongan mikroba berdasarkan sumber donor elektron


yakni jasad litotrof yaitu jasad yang dapat menggunakan
donor elektron dalam bentuk senyawa anorganik seperti H2,
NH3, H2S, dan S. Sementara jasad organotrof adalah jasad
yang menggunakan donor elektron dalam bentuk senyawa
organik (Sumarsih. 2008).

e. Sumber Mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun
utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur mineral lainnya yang

diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang
digunakan dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu,
Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu. Unsur yang digunakan dalam
jumlah besar disebut unsur makro, dalam jumlah sedang
disebut unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit disebut
unsur mikro. Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan
(impurities) pada garam unsur makro, dan dapat masuk ke
dalam medium lewat kontaminasi tempatnya atau lewat
partikel debu. Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur
mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan osmose,
kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi
(redox potential) medium.
f. Faktor Tumbuh
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau
penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis
dari sumber karbon yang sederhana. Berdasarkan struktur
dan

fungsinya

dalam

metabolisme,

faktor

tumbuh

digolongkan menjadi asam amino sebagai penyusun protein;


base purin dan pirimidin sebagai penyusun asam nukleat; dan
vitamin sebagai gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim.
g. Sumber Nitrogen
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam
nukleat, yaitu 10% dari berat kering sel bakteri. Jenis
senyawa nitrogen yang digunakan bakteri tergantung pada
jenisnya.

Sumber

mikroorganisme
prokariot

nitrogen

adalah

mampu

yang

garam

mereduksi

paling

utama

ammonium.
nitrogen

untuk

Beberapa

molekul

(N2).

Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino sebagai


sumber nitrogen, jadi yang mengandung nitrogen organik.

Tidak

semua

mikroorganisme mampu mereduksi sulfat,

beberapa diantaranya memerlukan H2S atau sistein sebagai


sumber sulfat (Setiawan, 2007).

2.2

Pengaruh pH dalam penyerapan nutrient


Unsur-unsur nutrien yang dibutuhkan oleh mikroba untuk

bisa tumbuh tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa


faktor, termasuk pH. Mineral dalam nutrient biasanya hidup
hanya pada pH tertentu. Pada pH rendah atau bersifat
masam,

beberapa

unsur

mikro

lebih

banyak

tersedia

terutama dalam bentuk kation diantaranya Fe, Mn, Zn dan


Cu. Bila pH tiba-tiba naik maka bentuk ion dari kation
tersebut berubah menjadi hidroksida/oksida
Pada umumnya proses oksidasi terjadi bila didukung oleh
pH yang tinggi sedangkan pada pH yang rendah/masam akan
terjadi reduksi. Mn, Fe, dan Cu dalam kondisi teroksidasi.
Pembentukan besi (III) dan mangan (IV) dipengaruhi oleh pH,
pada pH antara 6,9 7,2. Reaksi pembentukan Fe (III) dapat
terjadi dengan cepat, sedangkan reaksi pembentukan Mn (IV)
akan lambat bila pH dibawah 9,5
2.3

Pengaruh Tekanan dalam penyerapan nutrient


Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan

pertumbuhan mikroba. Umumnya tekanan 1-400 atm tidak


mempengaruhi

atau

hanya

sedikit

mempengaruhi

metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Tekanan hidrostatik


yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat
menghambat

sintesis

RNA,

DNA,

dan

protein,

serta

mengganggu

fungsi

transport

membran

sel

maupun

mengurangi aktivitas berbagai macam enzim.


Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan
denaturasi protein. Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup
pada tekanan tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba
yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000
pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut dalam
umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh
adalah bakteri Spirillum (Dewangga, 2011).
Tekanan osmose sangat erat hubungannya dengan
kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan
hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu
terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan
hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa,
yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel, sel
membengkak

dan

akhirnya

pecah

(Pratiwi,

2009).

Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan mikroba dapat


dikelompokkan menjadi: (1) mikroba osmofil, adalah mikroba
yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi. Contohnya adalah
khamir. (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat
tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi. Contohnya
yaitu Halobacterium. (3) mikroba halodurik, adalah kelompok
mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat
tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 % (Hamid, 2009).

III.
Nutrisi

adalah

PENUTUP

substansi

organik

yang

dibutuhkan

organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan,


pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan
cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. Untuk keperluan
hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan.
Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan
untuk

mendapatkan

energi.

Demikian

juga

dengan

mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahanbahan organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan
tersebut disebut dengan nutrient (zat gizi), sedang proses
penyerapanya disebut proses nutrisi.
Mikroorganisme

memerlukan

nutrisi

untuk

memenuhi

kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk


sintesa

protoplasma

dan

bagian-bagian

sel

lain.

Setiap

mikroorganisme mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga


memerlukan

nutrisi

tertentu

pula.

Susunan

kimia

sel

mikroorganisme relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa


yang terkandung di dalam sel.
Nutrisi sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan
mikroorganisme. Karena jika nutrisi terhambat atau kurang
memenuhi syarat, maka proses untuk tumbuh pada bakteri pun
terganggu dan terhambat.

Anda mungkin juga menyukai