HUTANG)
Penilaian adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada suatu pos aset
pada saat akan dilaporkan atau disajikan dalam statemen keuangan pada tanggal
tertentu. Tujuan penilaian aset adalah mempresentasikan atribut pos-pos aset yang
berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan dengan menggunakan basis penilaian
yang sesuai. Hendriksen dan Van breda membahas konsep dasar penilaian aset untuk
tujuan pelaporan keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Basis
pengukuran untuk menilai aset yang paling valid adalah harga atau nilai pertukaran.
Nilai pertukaran dijadikan basis karena dianggap objektif sehingga memenuhi
kualitas keterandalan informasi. Nilai pertukaran itu sendiri dapat dipandang dari dua
sisi yaitu pertukaran dalam pemerolehan aset (nilai masukan) dan pertukaran dalam
pemanfaatan aset (nilai keluaran). Secara umum nilai masukan tersebut terdiri atas
kos historis, kos pengganti dan kos harapan sedangkan nilai keluaran terdiri atas
harga jual masa lalu, harga jual sekarang, dan nilai terrealisasi harapan.
Konsep nilai masukan dan keluaran sebenarnya berkaitan dengan konsep kesatuan
usaha
yang
dianggap
menguasai
sumber
ekonomik
(aset)
dan
harus
sebagai
preferensi
terhadap
metode-metode
akuntansi
yang
menghasilkan nilai paling rendah untuk aset dan pendapatan di satu sisi, dan
menghasilkan nilai paling tinggi untuk utang dan biaya, di sisi lain. Atau dengan kata
lain, konservatisme menghasilkan nilai buku ekuitas yang paling rendah. Berdasarkan
definisi tersebut, maka praktik konservatisme akuntansi sering memperlambat atau
menunda pengakuan pendapatan yang mungkin terjadi, tapi mempercepat pengakuan
biaya yang mungkin terjadi. Sementara itu, dalam penilaian aset dan utang, aset
dinilai pada nilai yang paling rendah dan sebaliknya, utang dinilai pada nilai yang
paling tinggi. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa konservatisme merupakan salah
satu kendala pengukuran.