Golda Ab SBG Faktor Risiko Dss
Golda Ab SBG Faktor Risiko Dss
Abstrak: Penyebab kematian utama infeksi dengue adalah sindrom syok dengue (SSD). Faktor
risiko SSD yang telah banyak diteliti adalah strain virus, predisposisi genetik, infeksi sekunder,
gizi lebih, dan faktor usia (5-9 tahun). Faktor lain yang dikaitkan dengan infeksi dengue berat
(SSD) adalah golongan darah AB. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui golongan darah
AB sebagai faktor risiko SSD pada anak dengan mengikutsertakan faktor infeksi sekunder, gizi
lebih, dan usia 5-9 tahun. Dilakukan penelitian cross sectional dengan pemilihan sampel secara
consecutive sampling terhadap anak usia satu bulan sampai 14 tahun yang menderita demam
dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), atau SSD berdasarkan kriteria WHO. Pemeriksaan
golongan darah memakai metode slide test. Faktor risiko dianalisis dengan uji ki-kuadrat (X2)
dan analisis regresi logistik. Berdasarkan analisis (X2) diperoleh hasil bahwa golongan darah
AB merupakan faktor risiko SSD (RP 2,306; IK 95% 1,147-4,634; p=0,044). Berdasarkan
analisis regresi logistik didapatkan hanya golongan darah AB yang merupakan faktor risiko
SSD, sedangkan infeksi sekunder, gizi lebih, dan usia 5-9 tahun bukan merupakan faktor risiko
SSD. Kesimpulan penelitian ini adalah golongan darah AB merupakan faktor risiko SSD pada
anak meskipun dengan mengikutsertakan faktor infeksi sekunder, gizi lebih, dan usia 5-9 tahun.
Kata kunci: sindrom syok dengue, golongan darah AB, faktor risiko
383
Abstract: Dengue shock syndrome (DSS) was the major cause of mortality in dengue infection.
The risk factor of DSS that most studied was viral strain, genetic predisposition, secondary
infection, overweight, and age 5-9 years old. The aim of this study is to identify AB blood group as
risk factor of DSS in children along with secondary infection, overweight, and age 5-9 years old
factors. Cross sectional study with consecutive sampling was performed in children aged one
month until 14 years old children with dengue fever (DF), dengue hemorrhagic fever (DHF), or
DSS according to 2005 WHO criteria. Blood type was examined by slide test method. Risk factor
was analyzed by chi square test (X2) and logistic regression. Based on chi square test (X2), AB
blood group is risk factor for DSS (PR 2.306; 95% CI 1.147-4.634; p=0.044). Based on logistic
regression analysis, only AB blood group is risk factor of DSS, meanwhile secondary infection,
overweight, and age 5-9 years old are not risk factor of DSS. This study conclude that AB blood
group is risk factor for DSS in children even along with secondary infection, overweight, and age
5-9 years old factors.
Keywords: dengue shock syndrome, AB blood group, risk factor
Pendahuluan
Penyakit infeksi dengue sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di daerah
tropis, terutama di kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan,
Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.1 Pada tahun 2005, di
wilayah Asia Tenggara terjadi peningkatan kasus infeksi
dengue sebanyak 19% dan peningkatan kasus kematian
sebanyak 43%. Di Indonesia peningkatan kasus tersebut
sebanyak 53%. Setiap tahun terjadi 500 000 kasus infeksi
dengue berat yaitu demam berdarah dengue/sindrom syok
dengue (DBD/SSD) yang memerlukan perawatan rumah sakit.
Mortalitas sekitar 1-5% atau kurang lebih 24 000 jiwa yang
meninggal. Angka kematian dapat meningkat lebih dari 20%
bila penatalaksanaan tidak tepat, tetapi apabila ditangani
dengan baik di ruang intensif, angka kematian dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%.2 Sindrom syok dengue
yang merupakan komplikasi berat DBD dapat menyebabkan
kematian lebih dari 50% jika tidak ditangani secara tepat dan
cepat.3
Perbedaan DBD dan demam dengue (DD) adalah pada
DBD terjadi kebocoran plasma (plasma leakage), abnormalitas hemostasis termasuk trombositopenia, dan diatesis
hemoragik. Kebocoran plasma yang berat menyebabkan
hipotensi dan syok (SSD). WHO mengklasifikasikan DBD
384
DD/DBD
n=67
Jenis kelamin
Laki-laki
34 (50,7%)
Perempuan
33 (49,3%)
Usia (tahun)
7,4 + 3,6
Lama sakit di rumah 4,2 + 1,1
(hari)
Manifestasi perdarahan
Tes tourniquet
43 (64,2%)
Petekie spontan
16 (23,(%)
Perdarahan hidung
12 (17,9%)
Perdarahan saluran cerna
Hepatomegali
18 (26,9%)
Gambaran laboratorium
pada saat datang
Hemoglobin (g/dL)
12,5 + 1,5
Hematokrit (%)
36,5 + 4,3
Trombosit (/mm3 )
78 000
+ 40 000
SSD
n=25
14 (56%)
11 (44%)
7,2 + 3,4
4,9 + 0,9
p=0,654
25 (100%)
5 (20%)
9 (36%)
p=0,000*
p=0,693
p=0,066
p=0,005*
p=0,000*
21 (84%)
14,2 + 2,9
41,7 + 8,6
49 000
+ 29 000
p=0,489
p=0,007*
p=0,080
p=0,020*
p=0,269
Golongan darah
Golongan AB
Golongan non AB
Infeksi
Primer
Sekunder
Status gizi
Gizi lebih
Gizi baik dan
kurang
Kelompok usia
5-9 tahun
<5 atau >9 tahun
Rasio
prevalens
(IK 95%)
4
63
5
20
2,306
(1,147-4,634)
p=0,044*
21
46
3
22
2,588
(0,851-7,876)
6
61
5
20
1,841
(0,869-3,900)
p=0,146*
26
37
11
12
1,214
(0,307-1,999)
p=0,587
p=0,060*
385
-1,371
1,594
Exp (B)
0,254
4,922
IK 95%
0,062-1,038
0,056
Diskusi
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa golongan
darah AB merupakan faktor risiko untuk terjadinya SSD. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Kalayanarooj et al9
pada tahun 2007 yang menyimpulkan bahwa golongan darah
AB merupakan faktor risiko untuk terjadinya infeksi dengue
berat pada infeksi sekunder.
Sistem golongan darah ABO secara statistik berhubungan dengan kondisi kesehatan atau penyakit tertentu.
Hubungan golongan darah dengan infeksi terjadi karena
mikroorganisme tertentu mempunyai struktur dengan
aktivitas seperti golongan darah.9,10 Produk gen A dan B
adalah glycosyltransferase yang memodifikasi membran sel
untuk mensintesis antigen A dan B. Antigen tersebut adalah
karbohidrat; karbohidrat imunodominan pada determinan A
adalah N-acetyl-D-galactosamine, dan pada determinan B
adalah D-galactose. Walaupun antigen golongan darah
merupakan antigen sel darah merah, sebenarnya beberapa
antigen tersebar luas pada berbagai jaringan manusia dan
terdapat pada sebagian besar sel epitel dan endotel sesuai
dengan genotip individu ABO. Beberapa penulis
berpendapat bahwa antigen golongan darah ABO disebut
sebagai antigen histo-blood group ABO karena secara primer
merupakan antigen jaringan.11-13
Dalam keadaan normal, jika antigen A dan B tidak
terdapat dalam sel darah merah, antibodi yang sesuai
(isohemaglutinin) ada dalam plasma. Antibodi tersebut
predominan IgM dan secara alamiah antibodi tersebut bisa
dirangsang oleh zat-zat yang alami terdapat di alam. Beberapa
protein virus dengue merupakan protein glycosilated dan
antibodi, khususnya IgM yang dihasilkan oleh pasien
terinfeksi virus dengue diduga bereaksi silang dengan sel
pejamu diantaranya sel eritrosit dan sel endotel.9,11,14,15
Menurut teori ADE yang dikemukakan oleh Halstead,
antibodi serotype cross-reactive yang terbentuk pada infeksi
virus dengue sebelumnya berperan sebagai opsonin virus
sehingga menyebabkan jumlah virus yang menginfeksi
makrofag atau sel mononuklear meningkat dan juga
meningkatkan replikasi virus dalam sel tersebut. Jumlah
monosit yang terinfeksi virus meningkat menyebabkan
386
12. NCBI. The ABO blood group (diunduh 28 Januari 2008). Tersedia
dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books.
13. Garratty G. Relationship of blood groups to disease: do blood
group antigens have a biological role? Rev Med Inst Mex Seguro
Soc. 2005;43:113-21.
14. Lei HY, Yeh TM, Liu HS, Lin YS. Immunopathogenesis of dengue virus infection. J Biomed Sci. 2001;8:377-88.
15. Viele M, Donegan E. Blood banking and immunohematology.
Dalam: Parslow TG, Stites DP, Terr AI, Imboden JB, penyunting.
Medical immunology. Edisi ke-10. Philadelphia: McGraw-Hill;
2001.h.250-9.
16. Calhoun L, Petz LD. Erytrocyte antigens and antibodies. Dalam.
Beutler E, Lichtman MA, Coller BS, Kipps T, Seligsohn U,
penyunting. Williams hematology. Edisi ke-6. New York: McGrawHill; 2001.h.1843-57.
17. Pang T, Cardosa MJ, Guzman MG. Of cascade and perfect storms:
the immunopathogenesis of dengue haemorrhagic fever-dengue
shock syndrome (DHF/DSS). Immunol and Cell Biol. 2007;85:435.
18. Tantracheewathorn T, Tantracheewathorn S. Risk factors of dengue shock syndrome in children. J Med Assoc Thai. 2007;
90(2):272-7.
19. Hammond SN, Balmaseda A, Perez L, Tellez Y, Saborio SA. Differences in dengue severity in infants, children, and adults in a 3years hospital-base study in Nicaragua. Am J Trop Med Hyg.
2006;73:1063-70.
20. Guzman MG, Kouri G. Advances in dengue diagnosis. Clin Diagn
Lab Immunol. 1996;3(6):621-7.
21. Vaughn DW, Nisalak A, Kalayanarooj S, Solomon T, dung NM,
Cuzzubbo A, el al. Evaluation of rapid immunochromatographic
test for diagnosis of dengue virus infection. J Clin Microbiol.
1998;36(1):234-8.
22. Sang CT, Hoon LS, Cuzzubbo A, Devine P. Clinical evaluation of
rapid immunochromatographic test for the diagnosis of dengue
virus infection. Clin Diagn Lab Immunol. 1998;5(3):407-9.
SS
387