Silvy Veronica
13011042
Kerusakan Fisik
Area Eksternal:
Kerusakan gedung/rumah :999
Kerusakan parsial perusahaan tetangga
Area Setempat:
Kerusakan parah resornicol production plant pada sekitar reaktor oksidasi Plant
Cymene dan rak pipa sistem utilitas dirusak oleh daya ledakan dan hantaman puing
reruntuhan. Lima belas pabrik terdekat terkena dampak ledakan.
5. Analisis Kejadian
Berikut kejadian yang menyebabkan kecelakaan dibagi menjadi 2 bagian. Yang pertama,
dimulai dengan shutdown darurat untuk melepaskan interlock. Kedua, dimulai dengan
melepaskan interlock menuju ledakan dan api.
Pada tanggal 21 April pukul 23.20, terdapat masalah pada sistem suplai steam dan
diperintahkan untuk mematikan semua penggunaan steam semua pabrik.
Pada pukul 23.32, shutdown darurat memicu interlock dan shutdown darurat
diterapkan
untuk
semua
proses
pada
pabrik
produksi
resorsinol.
Dengan memicu interlock, valve beroperasi secara otomatis dan suplai udara ke
reaktor oksidator digantikan dengan nitrogen. Air pendingin dialihkan dari air
sirkulasi ke air pendingin darurat.
Udara dalam reactor oksidasi digantikan dengan nitrogen dan pengadukan berlanjut
mengakibatkan temperatur turun secara bertahap.
Pada tanggal 22 April pukul 0.40, ditetapkan bahwa reaktor oksidasi belum menurun,
jadi interlock dilepaskan untuk mengubah air pendingin dari air pendingin darurat ke
air sirkulasi.
Dengan melepaskan interlock, valve secara otomatis beroperasi dan suplai nitrogen
dan pengadukan reaktor oksidasi berhenti. Pada waktu yang bersamaan, air pendingin
digantikan dari air pendingin darurat menjadi air sirkulasi.
Fasa cair yang lebih tinggi dari reaktor oksidasi tidak memiliki koil pendingin dan
dekomposisi panas dari peroksida organik tidak dapat dihilangkan sehingga
temperatur meningkat secara bertahap. (Temperatur terus turun untuk fasa cair yang
lebih rendah dimana terdapat koil pendingin)
Operator tidak mengenal kenaikan temperatur pada fasa cair yang lebih tinggi.
Peroksida organik terus membentuk dekomposisi panas dan temperatur terus
meningkat.
Untuk mengamankan laju alir dari air pendingin darurat penting untuk mendinginkan
reaktor, perlu meningkatkan sumber tekanan, bagaimana pun juga hal ini tidak
otomatis dan dilakukan atas permintaan operator pabrik resorsinol.
Bahkan setelah tekanan dari air pendingin darurat ditingkatkan dan laju alir air
pendingin darurat diamankan, penurunan temperatur sangat lamban.
Temperatur target untuk menjaga kestabilan setelah shutdown darurat dan kecepatan
target untuk penurunan temperatur tidak tersedia di manual operasi.
Kondisi ini dikonfirmasi oleh tampilan digital pada layar utama DCS jadi sulit untuk
menentukan pola penurunan temperatur.
Kondisi untuk menentukan kondisi stabil untuk melepaskan interlock tidak tersedia
dalam manual untuk shutdown darurat.
c. Dengan melepas interlock, suplai nitrogen diakhiri untuk jangka waktu yang lama
dan pemberhentian pengadukan menyebabkan temperatur meningkat.
<Terkait dengan pemberhentian pengadukan>
Sekali pengadukan berhenti, fasa cair bagian atas tidak dapat didinginkan.
Termometer yang memacu interlock adalah hanya pada bagian yang lebih bawah
dari reaktor oksidasi dan tidak di bagian yanh lebih atas.
Tidak ada alarm untuk mendeteksi gas untuk pengadukan yang belum berhenti.
Operator tidak menyadari bahwa posisi dari termometer gagal untuk menunjukkan
kenaikan temperatur di semua bagian reaktor dan hasilnya mereka gagal untuk
mengamati kenaikan temperatur yang tidak normal.
Manual operasi dan latihan pelatihan bahan tidak dinyatakan bahwa suplai nitrogen
akan diberhentikan ketika interlock dilepaskan.
Temperatur dimana peroksida organik akan mulai dekomposisi tidak jelas diketahui
oleh semua pekerja menghasilkan kegagalan untuk peringatan kenaikan temperatur.
1)
2)
3)
Pola temperatur
d. Ulasan resiko prosedur operasi untuk shutdown darurat dari reakor oksidasi
dan peralatan