DEFINISI
Leukemia adalah keganasan pada sel darah putih yang disebabkan oleh
mutasi pada bone marrow pluripotent. Proses keganasan ini karakterisitik
dengan adanya diferensiasi dan proliferasi pada transformasi keganasan
hemopoitik stem cells yang merusak sel-sel normal. Hal ini mengakibatkan
adanya anemia, trombositopenia, dan menurunnya fungsi normal dari sel-sel
leukosit. Semakin lama sel-sel leukemia tadi akan menginfiltrasi organ tubuh
lainnya, kemudian merusak jaringan yang normal. 1,2
Menurut klasifikasi French-American-British (FAB) system, Leukemia
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Acute Myeloid Leukemias
2. Acute Lymphoblastic Leukemias
3. Chronic Myelocytic Leukemias
4. Chronic Lymphocytic Leukemias. 1,3
2. EPIDEMIOLOGI
Acute Myeloid Leucemias (AML) 80% terjadi pada dewasa dan 15-20 %
pada anak-anak. Dengan jumlah insidensi lebih banyak pada pria daripada
wanita. Daerah yang dilaporkan banyak kasus AML adalah daerah industri. Di
dunia, Eropa Timur memiliki jumlah penderita AML terbanyak.
Pada Chronic Lymphocytic leucemias (CLL) lebih sering terjadi pada usia
tua, yang terbanyak adalah terdiagnosis awal pada usia 50 tahun. Penyakit
ini seringkali tidak menimbulkan gejala.
4,5
3. ETIOLOGI
Penyebab leukemia belum diketahui. Pada beberapa kasus disebabkan
karena faktor genetik dimana ada peningkatan insidensi leukemia dalam
riwayat keluarga. Penyebab lain adanya berhubungan dengan kelainan
genetik seperti pada Blooms, Down Klinefelters dan Fanconis syndrome.
Pemakaian radioterapi dengan dosis diatas 1 Gy dan penggunaan obat pada
kemoterapi pada terapi kanker dapat menyebabkan leukemia. Hal lainnya
yang dapat memicu leukemia adalah radiasi yang berasal dari daerah industri
dan militer.1,2,3
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Pada Leukemia Akut terdapat manifestasi klinis berupa :
a. Diawali gejala demam disertai infeksi bakteri, jamur, dan virus yang
rekuren pada paru-paru, kulit, saluran napas dan rongga mulut.
d. Peningkatan
terjadinya
infeksi
karena
defisiensi
atau
ketidaknormalan granulosit
e. Terjadi splenomegaly, hepatomegaly, dan lymphadenopathy
f. Pada rongga mulut terdapat pembengkakan ginggiva, perdarahan
ginggiva, mucosa yang pucat, ulserasi pada mukosa, purpura, dan
limfadenopati pada kelenjar leher.
5. PATOGENESIS
Leukemia terjadi karena adanya mutasi pada bone marrow pluripotent
yang mengakibatkan terjadi keganasan dan sel-sel darah tidak normal yaitu
terjadi sel leukemic, dan merusak produksi sel darah merah, neutrofil, dan
platelet. Sel-sel yang termutasi menghambat proses hematopoisis. Sel-sel
leukemic memasuki peredaran darah dan menyerang jaringan retikuloendotelial,
terutama limpa, hati, kelenjar limfe, dan susunan syaraf pusat. Stem sel memiliki
pertumbuhan atipik dan berpotensi menjadi imatur. Clone yang termutasi
6. DIAGNOSIS
a. Leukemia Akut :
Setelah ditemukan manifestasi klinis yang menunjukkan gejala leukemia,
perlu dilakukan pemeriksaan darah Complete Blood Count (CBC) yang akan
menunjukkan peningkatan leukosit, tetapi pada beberapa kasus jumlah
leukosit akan tetap normal. Pada kasus ini disebut subleukemic atau
aleukemic
leucemia.
Kebanyakan
kasus
leukemia
terdapat
banyak
granulositik dan limfositik yang imatur atau sel-sel yang belum matang
terdapat pada pembuluh darah perifer. Kemudian diikuti adanya gejala
anemia dan trobositopenia. Apabila terdapat gambaran diatas positif, maka
diperlukan pemeriksaan biopsi
disertai perdarahan.
dilakukan
kemoterapi
dan
pemberian
obat
seperti
kasus
leukemia
akut
yang
parah,
selain
mendapat
perdarahan dan hiperplasi ginggiva. Hal yang perlu dihindari oleh dokter
gigi adalah ekstraksi karena adanya resiko anemia dan perdarahan. 4
b. Leucemia Kronis
Pada CML, perlunya monitoring pada pasien yang terdiagnosis
leukemia, tetapi tidak menimbulkan gejala. Karena apabila gejala penyakit
leukemia timbul, maka perlu diberikan busalfan. Selain itu pasien juga
diberikan kemoterapi dan terapi radiasi, tetapi biasanya kesembuhan
2,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Ciesla Betty. Hematologi in Practice, F.A Davis Company, Philadelphia,
2007; p. 159-93
2. Lynch, Brightman, Greenberg. Burket: Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosa dan
Terapi, Edisi Sembilan, Binarupa Aksara, 2003 ; p.443-8
3. Stone M Richard. The Difficult Problem of Acute Myeloid Leukemia in the
Older Adult ; CA Cancer J Clin, 2002; Vol 52;p.363-71
4. Abbot L Brian. Chronic Lymphocytic Leukemia : Recent Advances in
Diagnosis and Treatment. The Oncologist J, Vol 11 ; p. 21-30
5. Cawson R.A, Odell E.W. Cawsons Essentials of Oral Pathology And Oral
Medicine, 7 th Ed . Churchill Livingstone, 2002 ; p.296-8.
6. http://www.opt.indiana.edu/V543. Diakses pada 25 Pebruari 2009
7. http://content.answers.com. Diakses pada 25 Pebruari 2009
8. www.memorialhermann.org. Diakses pada 25 Pebruari 2009
9. www.aloeveratreatment.com. Diakses pada 25 Pebruari 2009
10. www.merckmedicus.com. Diakses pada 25 Pebruari 2009
11. https://inside.dental.upenn.edu. Diakses pada 25 Pebruari 2009
12. www.medical-dictionary.thefreedictionary.com. Diakses pada 25 Pebruari
2009
13. Niinimaki, Saari, Jartii, Seuri, Riikonen, Paakko, Mottonen, Lanning. High
Body Mass Index Increases thr Risk for Osteonecrosis in Children With
Acute Lymphoblastic Leukemia. Journal of Clinical Oncology, Vol 25, No
12 ; p. 1498-1502