Anda di halaman 1dari 12
Bab 8 Pengaruh Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal TUJUAN PEMBAHASAN TOPIK INI ADALAH: 1. Untuk mengetahui secara jelas efek dari diberlakukannya kebijaksanaan fiskal dan moneter secara bersama-sama. 2, Untuk memahami bagaimana terjadinya crowding out danefeknyadalam perekonomian. PENDAHULUAN Munculnya kondisi perekonomian seringkali tidak seperti yang diinginkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. seperti terjadinya inftasi yang tinggi, pengangguran, neraca pembayaran yang defisit dan lain sebagainya. Oleh sebab itulah maka Pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi dan mengantisipasi gejala-gejala negatif dari perekonomian yang tidak diinginkan dengan cara mengambil berbagai kebijaksanaan. Diantara kebijaksanaan yang diambil itu adalah kebijaksanaan fiskal dan kebjjaksanaan moneter yang sudah kita bahas pada bab sebelumnya. Keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah kebijaksanaan sering disebut dengan tujuan yang ingin dicapai. Alat untuk mencapai tujuan kebijaksanaan itu biasanya disebut dengan instrumen atau piranti kebijaksanaan. Baik kebijaksanaan fiskal maupun kabijaksanaan moneter mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan arah perubahan nilai variabel target yang menjadi tujuan kebijaksanaan, yang dibedakan menjadi : 1. Kebijaksanaan ekspansi, yaitu kebijaksanaan ekonomi makro yang mempunyai tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian; dan 2. Kebijaksanaan kontraksi, yaitu kebijaksanaan ekonomi makro yang tujuannya ialah untuk menurunkan kegiatan ekonomi dalam perekonomian. Kebijaksanaan ekspansi pada umumnya diambil pada masa-masa perekonomian sedang menghadapi banyak pengangguran dan belum dimanfaatkannya kapasitas produksi nasional secara penuh. Di lain pihak, kebijaksanaan kontraksi dilaksanakan pada masa-masa perekonomian dalam keadaan overemployment, yaitu keadaan dimana permintaan agregatif melampaui besarnya kapasitas produksi nasional, dan biasanya ditandai dengan tingginya tingkat inflasi. Selain itu, kebijaksanaan kontraksi ini diterapkan pada saat neraca pembayaran terus-menerus mengalami defisit. 100 SPAN IRE CMRP Dengan demikian, baik kebijaksanaan fiskal maupun kebijaksanaan moneter yang ekspansif selalu bertujuan untuk menurunkan tingkat pengangguran dan menaikkan tingkat pendapatan nasional. Sedangkan kebijaksanaan kontraktif bertujuan agar dapat menurunkan tingkat inflasi dan memperkecil defisit neraca pembayaran luar negeri. EFEKTIVITAS KEBLJAKSANAAN FISKAL DAN MONETER Untuk mengetahui pengaruh kebijaksanaan moneter dan fiskal, bentuk kurva IS dan kurva LM mempunyai pengaruh yang besar terhadap keefektivan kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal. Jika bentuk kurva IS semakin datar maka kebijaksanaan moneter semakin efektif. Sebaliknya jika kurva LM semakin mendatar, maka kebijaksanaan fiskallah yang semakin efektif. Dalam hal ini bentuk kurva LM biasanya dihubungkan dengan bentuk kurva permintaan, uang untuk spekulasi. sebagai contoh kita lihat gambar 8.1. dalam gambar tersebut bentuk standard kurva permintaan akan vang untuk spekulasi dinotasikan dengan L, yang tergambar pada kuadran timur laut. Sedangkan hasil kurva LM terlihat pada kuadran barat laut, yang dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu : 1. Daerah Klasik atau Clasiccal Range yaitu bagian dari kurva LM yang sejajar dengan sumbu tingkat bunga. yang disebut daerah klasik ialah bagian dari kurva LM dari titik C keatas. Ini adalah sebagai akibat dari bentuk kurva L, yang mulai dari titik c keatas berhimpit dengan sumbu tingkat bunga. Disebut daerah klasik sebab daerah ini menghasilkan kesimpulan -kesimpulan teoritis seperti yang dihasilkan oleh para pemikir ekonomi Klasik. 2. Daerah Serat Likuiditas atau Liquidity Trap Range yaitu bagian dari kurva LM yang sejajar dengan sumbu pendapatan nasional riil. Yang merupakan akibat dari sejajamya kurva L, dengan sumbu L,. Pada tingkat bunga yang demikian rendah, harga surat obligasi menjadi sangat tinggi sehingga semua orang meramalkan akan terjadi penurunan harga surat-surat obligasi. Dengan ramalan tersebut maka tambahan uang yang tersedia untuk spekulasi tidak lagi dibelikan surat berharga melainkan akan mereka simpan dalam bentuk uang. 3. Daerah Tengah atau Intermedite Range yaitu bagian dari kurva LM yang berada diantara daerah klasik dan jerat likuiditas. Pada daerah ini elastisitas tingkat bunga kurva LM. lebih besar dari pada nol, akan tetapi lebih kecil dari pada tidak terhingga. Dalam gambar 8.1, Daerah jerat likuiditas meliputi bagian kurva LM mulai dari titik A sampai titik B, daerah tengah meliputi bagian kurva LM dari titik B sampai titi, dan daerah Klasik adalah titik C keatas. Dengan melihat gambar 8.1 dan sistematika ini kita bisa lebih mudah untuk menganalisis efektivitas kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. EFEKTIVITAS KEBIJAKSANAAN FISKAL Dengan kebijaksanaan fiskal yang menggeser kurva IS, ke IS, dalam gambar 8.2, maka: 1. Padadaerah jerat tikuiditas, kebijaksanaan fiskal paling efektiv. Dengan menggeserkan kurva IS kekanan sejauh ab pendapatan nasional ekuilibrium meningkat sebesar ab juga, yaitu dari semula sebesar OY, menjadi OY,, 2. Pada daerah tengah, kebijaksanaan fiskal juga dapat menaikkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium, akan tetapi tidak seefektiv pada daerah jeratlikuiditas. Kebijaksanaan fiskal yang berhasil menggeser kurva IS kekanan sejauh cd, yang jaraknya sama dengan ab, menghasilkan peningkatan tingkat pendapatan nasional kurang dari cd yaitu hanya meningkat dari OY, menjadi OY, 3. Didaerah klasik kebijaksanaan fiskal sama sekali tidak efektiv. Kebijaksanna fiskal yang berhasil menggeser kurva IS sejauh ef, atau eg atau lebih besar lagi tidak akan meningkatkan pendapatan nasional ekuilibrium sama sekali yaitu tetap sebesar OY, Y Gambar 8.1 Bentuk Standar Kurva L, dan Kurva LM EFEKTIVITAS KEBIJAKSANAAN MONETER Kebijaksanaan moneter yang berhasil menggeser kurva LM dari LM, ke Lm, (lihat gambar 8.2) dengan titik ekuilibrium IS-LM yang berada pada : 1. Di daerah jerat likuiditas, kebijaksanaan moneter sama sekali tidak efektif. Hal ini disebabkan kebijaksanaan tersebut tidak berhasil menaikkan pendapatan nasional ekuilibrium. Dengan bergesernya kurva LM kekanan dengan kurvalS,, titik ekuilibrium. IS-LM tidak berpindah tempat dan tingkat bunga tetap setinggi Or,, dan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium tetap setinggi OY,. 102 Pe tT NR NTN RERIOED LH OO: BM TOMES SM COE RENEE METRE 2. Di daerah tengah, kebijaksanaan moneter mampu menaikkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium, akan tetapi tidak seefektif didaerah klasik. 3. Di daerah klasik, kebijaksanaan moneter adalah yang paling efektif. Karena dengan peningkatan jumlah wang beredar yang sama kalau dititik ekuilibrium IS-LM berada didaerah tengah, bertambah besarnya pendapatan nasional hanya sebesar Y,Y,, tetapi apabila titik ekuilibrium IS-LM berada didaerah klasik, tambahan pendapatan nasional ekuilibrium yang dibasilkan akan menjadi sebesar Y,Y,. Dari gambar 8.2 bisa kita lihat bahwa Y.Y, lebih besar dari pada Y,Y,, A. KEBIJAKSANAAN FISKAL, is‘ um Gambar 8.2. Keefektifan Kebijaksanaan Fiskal Lawan Kebijaksanaan Moneter 103 Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa didaerah Asumsi jerat likuiditas kebijaksanaan moneter tidak efektif yang biasa disebut dengan ungkapan “money does not matter” atau uang tidak berperan. i 1 0 Y Y Gambar 8.3 Kebijaksanaan Moneter dengan Investasi yang Inelastik Dengan menggunakan asumsi kurva permintaan investasi mempunyai bentuk dengan bagian yang sangat inelastik pada itngkat-tingkat bunga yang rendah, seperti yang digambarkan oleh kurva I pada kuadran barat daya, dihasilkan kurva IS yang juga mempunyai bagian yang sangat inelastik pada tingkat-tingkat bunga yang rendah. Kurva IS yang kita hasilkan tersebut alah kurva [S pada kuadran tenggara. Bagian kurva IS yang sejajar dengan sumbe tingkat bunga, elastisitasnya sebesar nol, sehingga dapat dikaatakan inelastik sempurna. Jika semula kurva LM yang terjadi adalah LM,, maka titik ekuilibrium IS-LM tercapai pada tingkat pendapatan sebesar OY,. Apabila tingkat pendapatan nasional ekuilibrium ini ternyata masih berada di bawah full employment income dan pemerintah ingin mengurangi tingkat pengangguran dengan melalui kebijaksanaan ekspansi moneter, maka dapat diramalkan bahwakebijaksanaan tersebut tidak akan berhasil. Sekalipun kebijaksanaan moneter berhasil menggeser kurva LM ke kana, tetapi dengan kurva IS yang daerahnya refevan berada pada bagian yang inelastik sempurna, makabergesernya kurva LM ke kanan tidak menghasilkan titik ekuilibrium IS-LM dengan tingkat pendapatan nasional yang lebih tinggi. Dari gambar 104 8.3 diatas jelas bahwa berhasilnya kurva LM digeser ke kanan, dari semula LM, dengan melalui kebijaksanaan moneter berhasil digeser ke LM,, titik potongnya dengan kurva IS tercapai pada tingkat pendapatan yang semula, yaita tetap sebesar OY, CROWDING OUT Dalam kebijaksanaan fiskal efek yang biasanya timbul dalam kegiatan ekonomi adalah adanya Crowding out. Crowding out pengeluaran investasi swasta oleh investasi pemerintah terjadi apabila penambahan pengelvaran pemerintah (investasi pemerintah), apakah itu dibeayai dengan penarikan pajak ataupun dengan pengeluaran obligasi, tidak dapat mendorong, kegiatan ekonomi/efeknya terhadap kegiatan ekonomi nol/, sebab kenaikan investasi pemerintah diimbangi dengan penuranan investasi swasta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa multipier pengeluaran pemerintah adalah kira-kira nol, Kira-kira nol, berarti bahwa setiap Rp 1.00 pengeluaran pemerintah dapat mengganti pengeluarn investasi swasta sebesar Rp.1.00 atau Kurang lebih dari Rp.1.00. Crowding out yang sempurna apabila Rp. 1.00 pengeluaran pemerintah menganti Rp.1.00 pengeluaran investas swasta. Crowding out dikatakan tidak sempurna apabila penggantian itu kurang dari Rp. 1.00 dan apabilapenggantian/ penurunan investasi swasta melebihi Rp. 1.00 dikatakan over crowding out. Munculnya perdebatan tentang crowding out itu didasarkan atas dua hal. Pertama adalah hasil dari strudi empiris dan kedua dilihat ari segi teoritis. Dari studi empiris pertama kali dijumpai ketika pengeluaran pemerintah AS ternyata tidak banyak berarti terhadap GNP. dan dari segi teoritus adalah kritikan yang didasrkan pada alat analisis IS-LM. Dalam IS-Lm, jika kurva LM vertikal, maka crowding out akan terjadi apabila elastisitas perminyaan akan uang terhadap itngkat bunga kecil (nol). Namun hal ini sangat jarang terjadi, dan menurat Blinder dan Solow apabila kebijaksanaan fiskal tidak efektif maka perekonomian tidak akan stabil. Hal inilah yang dibantah oleh Milton Friedman, yang mengatakan bahwa kebijaksanaan fiskal akan meningkatkan output hanya pada awalnya saja, dan jika terus-menerus dilakukan pada akhirnya akan menurunkan output. Sebab-sebab terjadinya Crowding Out Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya crowding out, diantaranya adalah kasus-kasus sebagai berikut: 1. Kasus Kurva LM Vertikal (Pendapat Kaum Klasik). Menurut pendapat para ahli ekonomi klasik, motivasi yang paling kuat dalam memegang uang adalah motiv transaksi. Pendapat ini jika diterjemahkan dalam kurva LM maka yang terjadi adalah kurva LM yang berbentuk vertikal.(gambar 8.4) Jika kurva LM vertikal, kebijaksanaan fiskal yang ek spansif tidak akan mempunyai efek terhadap GNP yang ditunjukkan oleh bergesernya kurva IS dari IS(G,) ke IS(G,.) Kebijaksanaan fiskal yang dilaksanakan hanya akan menaikkan tingkat bunga sehingga mempersulit investasi sektor swasta. Kenaikan dalam investasi oleh Pemerintah diimbangi dengan penurunan investasi di sektor swasta, sehingga permintaan agregat tidak berubah. Gambar 8.4. Crowding Out Versi Klasik 2. Crowding Out Tanpa Kurva LM yang Vertikal. ‘Ada 5 (lima) macam kasus untuk crowding out jenis ini: a. Kasus Knight: Kurva IS yang Horizontal. Knight berpendapat bahwa tidak seharusnya kita khawatir dengan adanya penurunan hasil dari investasi, sebab investasi mempunyai elastisitas yang sangat besar terhadap itingkat bunga, schingga jika digambarkan akan mengahsilkan bentuk kurva IS yang hoirzontal. Dua hal yang menyebabkannya adalah, pertama, jumlah modal yang ada selatif jauh lebih besar dibandingkan dengan tambahan modal, sehingga tambahan investasi tidak akan memberikan hasil yang besar. Kedua, karenadalam investasiterkandung investasi untuk pengetahuan, seprtiriset, sehingga turunnya produk marfinal dapat diimbangi dengan kemajuan teknologi. Jikadigambarkan dalam kurva IS-LM, maka kurvalS yang ‘horizontal berarti bahwa Kebijaksanaan fiskal tidak akan dapat menggeser kurva IS. Crowding akan terjadi, sebab pengeluaran pemerintah akan menyerap tabungan, sehingga akan mengurangi investasi. Akibatnya setiap penambahan pengeluaran pemerintah selalu diimbangi dengan penurunan investasi dalam jumlah yang sama. Dalam keadaan kurva IS yang horizontal ini, maka kebijaksanaan moneter yang diterapkan akan lebih efektiv dibandingkan jika menerapkan kebijaksanaan fiskal. Gambar 8.5. Crowding Out Versi Knight Kasus Keynes : Efek Ekspektasi. Menurut Keynes, dalam bukunya The General Theory of Employment, kemungkinan terjadinya crowding out disebabkankarena pemerintah dapat mempengaruhi keinginan masyarakat, sehingga dapat menaikkan permintaan akan uang kas serta menurunkan marginal efficiency of capital, dengan demikian dapat menghambatinvestasi. Akibatnya pengeluaran pemerintah dapat menurunan investasi. Secara grfaik dapat digambarkan (ihat gambar 8.6): Kenaikan dalam keinginan akan uang kertas menyebabkan kurva LM bergeser dari LM(G,) ke LM(G, ), dan penurunan dalam marginal efficiency tercermin pada pergeseran kurva IS dari IS(G,) ke IS(G,). Apabila pergeseran IS dan LM ini tidak menyebabkan perubahan dalam permintaan total (AD) maka akan terjadi crowding out. Namun demikian, perubahan permintaan total ini dapat positif, nol atau negatif, tergantung dari besarnya pergeseran antara 1S dan LM. 107 108 Gambar 8.6. Crowding Out Versi Keynes Kasus Ultrarasional: Substitusi Langsung. Asumsi yang diutarakan oleh Paul David dan John Scadding dalam kasus ini adalah adanya substitusi antara investasi pemerintah dan sektor swasta. Kesimpulan ini berasal dari penelitian Denision di As bahwa rasio tabungan terhadap GNP di Amerika tetap meskipun terdapat variasi dalam bebesarnya defisit anggaran belanja. Hal inimenunjukkan bahwa hutang swasta dan hutang pemerintah saling mengganti. Untuk menjelaskan terjadinya crowding out versi ultrarasional ini kita perhatikan gambar 8.7. Kenaikan pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman akan menyebabkan penurunan pengeluaran investasi, sehingga kurva IS tidak akan bergeser. Begitu pula dengan pengeluaran konsumsi pemerintah, yang dibiayai dengan penerimaan pajak, akan mengurangi konsumsi masyarakat dengan tidak mengurangi tabungan. Hal ini mengakibatkan tidak berubahnya permintaan agregat. Dengan demikian kebijaksanaan fiskal tidak mempunyai efek tethadap kurva IS maupun permintaan agregat dan tingkat bunganpun tetap, sehingga terjadilah crowding out. Gambar 8.7. Crowding Out Versi Ultrarasional 5. Kasus Friedman: Efek Permintaan dan Efek Selanjutnya. Friedman berpendapat bahwa terjadinya crowding out disebbkan karenaefek selanjutaya dari pembiayaan defisit dan bukan pada lereng kurva LM. Menurut dia, efek kebijaksanaan moneter relatif lebih besar diibanding kebijaksanaan fiskal. Untuk menunjukkan pernyataannya bahwaefek kebijaksanaan fiskal adalah kecil, Friedman menggambarkan kurva IS yang relatif datar, yang berarti bahwa pengertian investasi lebih luas. Secara grafik dapat digambarkan dalam gambar 8.8. dan dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa pengeluaran pemerintah dalam jangka pendek akan dapat menambah output. Namun, dalam jangka panjang, pembiayaan defisit dengan pinjaman akan terus berlangsung selama masih terdapat defisit sehingga asset swasta akan berkurang karena berkurangnya investasi. Akibatnya adalah kenaikan output yang sangat kecil. Hal ini bisaditunjukkan dengan bergesernyakurvalS ke kanan atas sebagai akibat bertambahnya pengeluaran pemerintah (efek permulaan). Efek selanjutnya adalah pinjaman terus dilakukan selama masih ada defisit, sehingga kurva IS bergeser kembali ke kiri bawah. Friedman berpendapat bahwa penambahan jumlah uang beredar untuk pembiayaan melalui pengeluaran pemerintah akan mempunyaiefek yang lebih besar terhadap GNP. 109 Gambar 8.8. Crowding Out Versi Friedman PERTANYAAN: {. Berdasarkan arah perubahan nilai variabel target yang menjadi tujuan, kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter mempunyai dua tujuan, Apakah tujuan itz dan jelaskan! 2. Dalam kondisi perekonomian yang bagaimana kebijaksanaan yang bersifat ekspansif diberlakukan? 3. Dalam kondisi perekonomian yang bagaimana putakebijaksanaan yang bersifat kontraktif ekspansif diberlakukan? 4. Apa pendapat Keynes tentang terjadinya crowding out? 5. Apa pula pendapat Friedman tentang terjadinya crowding out? 6. Bagaimana efektivitas kebijaksanaan fiskal dengan memakai pergeseran kura IS ? dan di dacrah manakah kebijaksanaan fiskal paling efektif ? 7. Bagaimana pula efektivitas kebijaksanaan moneter dengan memakai pergeseran kura LM ? dan di dacrah manakah Kebijaksanaan moneter paling efektif ? 110 JAWABAN: 1. Baik kebijaksanaan fiskal maupun kabijaksanaan moneter mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan arah perubahan nilai variabel target yang menjadi tujuan kebijaksanaan, yang dibedakan menjadi : 1. Kebijaksanaan ekspansi, yaitu kebijaksanaan ekonomi makro yang mempunyai tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian; dan 2. Kebijaksanaan kontraksi, yaitu kebijaksanaan ekonomi makro yang tujuannya ialah untuk menurunkan kegiatan ekonomi dalam perekonomian. 2. Kebijaksanaan ekspansi pada umumnya diambil pada masa-masa perekonomian sedang menghadapi banyak pengangguran dan belum dimanfaatkannya kapasitas produksi nasional secara penuh. Dengan demikian, baik kebijaksanaan fiskal maupun kebijaksanaan moneter yang ekspansif selalu berutjuan untuk menurunkan tingkat pengangguran dan menaikkan tingkat pendapatan nasional. 3. Kebijaksanaan kontraksi dilaksanakan pada masa-masa perekonomian dalam keadaan overemployment, yaitu keadaan dimana perminiaan agregatif melampaui besarnya kapasitas produksi nasional, dan biasanya ditandai dengan tingginya tingkat inflasi. Selain itu, kebijaksanaan kontraksi ini diterapkan pada saat neraca pembayaran terus- menerus mengalami defisit. 4, Menurut Keynes, dalam bukunya The General Theory of Employment, kemungkinan terjadinya crowding out disebabkankarena pemerintah dapat mempengaruhi keinginan masyarakat, sehingga dapat menaikkan permintaan akan uang kas serta menurunkan marginal efficiency of capital, dengan demikian dapat menghambat investasi. Akibatnya pengeluaran pemerintah dapat menurunan investasi. 5. Friedman berpendapat bahwa terjadinya crowding out disebbkan karenaefek selanjutnya dari pembiayaan defisit dan bukan pada lereng kurva LM. Menurut dia, efek kebijaksanaan moneter relatif lebih besar diibanding kebijaksanaan fiskal. Untuk menunjukkan pernyataannya bahwaefek kebijaksanaan fiskal adalah kecil, Friedman menggambarkan kurva IS yang relatif datar, yang berarti bahwa pengertian investasi lebih luas. 6. Dengan kebijaksanaan fiskal yang menggeser kurva IS maka: 1, Pada daerah jerat likuiditas. kebijaksanaan fiskal paling efektiv. 2. Pada daerah tengah, kebijaksanaan fiskal juga dapat menaikkan tingkat pendapatan ekuilibrium, akan tetapi tidak seefektiv pada daerah jerat likuiditas. 3, Didaerah klasik kebujaksanaan fidka sama sekali tidak efektiv. 7. Efektivitas kebijaksanaan moneter menggeser kurva LM pada : 1. Daerah jerat likuiditas, kebijaksanaan moneter sama sekali tidak efektif. Hal ini disebabjkan kebijaksanaan tersebut tidak berhasil menaikkan pendapatan nasional ekuilibrium. 2. Didaerah tengah kebijaksanaan moneter mampu menaikkan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium, akan tetapi tidak seefektif didaerah klasik. 3. Daerah klasik, kebijaksanaan moneter adalah yang paling efektif. 14

Anda mungkin juga menyukai