Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi
Epidural hematoma adalah perdarahan akut pada lokasi epidural. Fraktur tulang
kepala dapat merobek pembuluh darah, terutama arteri meningea media yang masuk di dalam
tengkorak melalui foramen spinosum dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan
dalam os temporale.
Perdarahan yang terjadi menimbulkan epidural hematoma. Desakan oleh hematom
akan melepaskan duramater lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah
besar.
Hematoma epidural (EDH) merupakan kumpulan darah diantara duramater dan tabula
interna karena trauma. Pada penderita traumatik hematoma epidural, 85-96% disertai fraktur
pada lokasi yang sama. Perdarahan berasal dari pembuluh darah-pembuluh darah di dekat
lokasi fraktur.
2.2 Insiden dan Epidemiologi
Di Amerika serikat, 2 % dari kasus trauma kepala mengakibatkan hematoma epidural
dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi kejadian hematoma
epidural hampir sama dengan angka kejadian di Amerika Serikat. Orang yang beresiko
mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki masalah berjalan dan sering jatuh.
60% penderita hematoma epidural adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi
pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien
yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan dengan perbandingan 4:1
2.3 Anatomi Otak
2.4 Patofisiologi
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan duramater.
Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang arteria meningea

media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di daerah bersangkutan.
Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.
Artei meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen spinosum dan
jalan antara duramater dan tulang di permukaan dan os temporale. Perdarahan yang terjadi
menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan melepaskan duramater lebih
lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah besar.
Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada lobus
temporalis otak ke arah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial lobus
mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim medis.
Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteria yang mengurus formation
retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini terdapat
nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi
pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada
daerah ini, menyebabkan kelemahan respon motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau
sangat cepat, dan tanda babinski positif.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong ke arah
yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-tanda lanjut
peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasoi dan gangguan tanda-tanda
vital dan fungsi pernafasan.
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa keluar hingga
makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan
sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan merasakan
nyeri kepala yang progresif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara
dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut
interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena cidera primernya hampir selalu berat
atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar.
Sumber perdarahan :
1. Artery meningea (lucid interval 2-3 jam)
2. Sinus duramatis

3. Diploe (lubang yang mengisi kalvaria kranii) yang berisi A.diploica dan Vena
Diploica
Epidural hematoma merupakan kasus yang paling emergensi di bedah saraf karena
progresifitasnya yang cepat karena duramater melekat erat pada sutura sehingga langsung
mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah mudah herniasi trans dan infra
tentorial. Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala
yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksan
dengan teliti.
2.5 Etiologi
Hematoma epidural dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja, beberapa
keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya benturan pada kepala
pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat trauma kepala, yang biasanya
berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan laserasi pembuluh darah.
Pada keadaan yang normal, sebenarnya tidak ada ruang epidural pada kranium. Dura
melekat pada kranium. Perdarahan biasanya terjadi dengan fraktur tengkorak bagian temporal
parietal yang mana terjadi laserasi pada arteri atau vena meningea media. Pada kasus yang
jarang, pembuluh darah ini dapat robek tanpa adanya fraktur. Keadaan ini mengakibatkan
terpisahnya perlekatan antara dura dengan kranium dan menimbulkan ruang epidural.
Perdarahan yang berlanjut akan memaksa dura untuk terpisah lebih lanjut, dan menyebabkan
hematoma menjadi massa yang mengisi ruang.
Oleh karena arteri meningea media terlibat, terjadi perdarahan yang tidak terkontrol,
maka akan mengakibatkan terjadinya akumulasi yang cepat dari darah pada ruanng epidural,
dengan peningkatan tekanan intra kranial (TIK) yang cepat, herniasi dari unkus dan kompresi
batang otak.
2.6 Gejala Klinis
Pada anamnesa didapatkan riwayat cedera kepala dengan penurunan kesadaran. Pada kurang
lebih 50 persen kasus kesadaran pasien membaik dan adanya lucid interval diikuti adanya
penurunan kesadaran secara perlahan sebagaimana peningkatan TIK. Pada kasus lainnya,
lucid interval tidak dijumpai, dan penurunan kesadaran berlangsung diikuti oleh detoriasi

progresif. Epidural hematoma terkadang terdapat pada fossa posterior yang pada beberapa
kasus dapat terjadi sudden death sebagai akibat

Secara klinis ditandai dengan penurunan kesadaran yang disertai lateralisasi (ada
ketidaksamaan antara tanda-tanda neurologis sisi kiri dan kanan tubuh) yang dapat berupa
hemiparese/ hemiplegia, pupil anisokor, adanya refleks patologis satu sisi, adanya lateralisasi
dan jejas pada kepala menunjukan lokasi dari EDH. pupil anisokor/dilatasi dan jejas pada
kepala letaknya satu sisi dengan lokasi EDH sedangkan hepiparese/hemiplegia letaknya
kontralateral dengan EDH. lucid interval bukan merupakan tanda pasti adanya EDH karena
dapat terjadi pada perdarahan intrakranial yang lain, tetapi lucid interval dapat dipakai
sebagai patokan dari prognosis klien EDH (karena otak mempunyai kesempatan untuk
melakukan kompensasi). Nyeri kepala yang hebat dan menetap tidak hilang dengan
pemberian analgesik.

Anda mungkin juga menyukai