TRANSPORTASI
BAB 24
TRANSPORTASI
I. PENDAHULUAN
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedoman
pembangunan nasional. Pembangunan nasional dilaksanakan
merata di seluruh tanah air dan tidak hanya untuk suatu golongan
atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat,
serta harus benar-benar dapat dirasakan seluruh rakyat sebagai
perbaikan tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang menjadi
tujuan dan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 mengamanatkan bahwa dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PIP II)
pembangunan perhubungan yang meliputi transportasi, pos, dan
telekomunikasi harus diarahkan agar makin menunjang pertumbuh an ekonomi, stabilitas nasional serta upaya pemerataan dan penye baran pembangunan, dengan menembus isolasi dan keterbelakang an daerah terpencil sehingga akan makin memantapkan perwujudan
Wawasan Nusantara dan memperkukuh Ketahanan Nasional.
199
Wilayah Nusantara yang luas dan berkedudukan di khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan
keadaan alamnya yang memiliki berbagai keunggulan komparatif
merupakan modal dasar pembangunan nasional dengan wilayah
yang bercirikan kepulauan dan kelautan sebagai faktor dominannya. Oleh karena itu, wawasan penyelenggaraan pembangunan
nasional adalah Wawasan Nusantara, yang mencakup perwujudan
Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan
ekonomi, satu kesatuan sosial dan budaya, serta satu kesatuan
pertahanan dan keamanan. Untuk itu, perhubungan harus diselenggarakan secara efisien sehingga makin memperlancar arus lalu
lintas orang, barang, dan jasa termasuk informasi.
Dalam bab ini hanya dibahas pembangunan transportasi,
sedangkan pos dan telekomunikasi dibahas dalam bab tersendiri.
Dalam fungsinya melayani mobilitas orang, barang, dan jasa
baik lokal, regional, nasional maupun internasional, serta
peranannya sebagai pendukung pembangunan sektor lainnya, maka
pembangunan transportasi merupakan bagian yang amat penting
dari pembangunan nasional. Transportasi merupakan unsur vital
dalam kehidupan bangsa dan dalam memupuk kesatuan dan
persatuan bangsa. Pembangunan transportasi sebagai pendukung
pembangunan sektor lainnya dalam mewujudkan sasaran pembangunan nasional diselenggarakan melalui serangkaian program
pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu, serta berlangsung secara terus-menerus.
Penyelenggaraan sistem transportasi nasional mencakup
transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Sistem
transportasi nasional dikembangkan secara terpadu dan intermoda
untuk mewujudkan sistem distribusi nasional yang mantap dan
mampu memberikan pelayanan dan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi kepentingan masyarakat, serta dapat menjamin peningkatan
kesejahteraan rakyat dan pemerataan hasil pembangunan ke seluruh
wilayah Nusantara.
200
201
202
205
206
207
208
1. Tantangan
Dalam memasuki PJP II masih banyak wilayah di Kepulauan
Nusantara yang belum terlayani oleh jasa transportasi, khususnya
wilayah pedalaman, kawasan perbatasan, serta sebagian besar
kawasan timur Indonesia. Permasalahan yang dihadapi tidak hanya
penyediaan sarana dan prasarana transportasi, tetapi juga kemudahan pergantian antarmoda transportasi. Mengingat sifat geografi
negara Indonesia, pemenuhan kebutuhan jasa transportasi nasional
tidak dapat hanya bertumpu pada salah satu moda transportasi saja,
tetapi harus merupakan integrasi dari berbagai moda transportasi
sehingga pelayanan jasa transportasi dapat efisien dan memenuhi
kebutuhan masyarakat dan keperluan pembangunan. Dengan
demikian, tantangan pembangunan transportasi adalah bagaimana
menciptakan sistem transportasi yang andal, berkemampuan tinggi,
efisien, dan mampu menghubungkan Kepulauan Nusantara sebagai
satu kesatuan wilayah Nusantara sehingga mendukung terbentuknya kemampuan daya saing yang tinggi dalam segala aspek pada
tingkat internasional.
Upaya untuk melayani jasa transportasi di wilayah pedalaman
dan kawasan terpencil telah dilakukan melalui pengembangan
sistem transportasi perintis, baik transportasi darat, laut maupun
udara. Pembangunan prasarana jalan di seluruh pelosok tanah air
telah memperlancar roda perekonomian dan membuka wilayah
yang terisolasi dan terbelakang. Pembangunan jalan telah menghubungkan daerah produksi dengan daerah pemasarannya. Namun,
banyak daerah yang masih terisolasi, terutama di kawasan timur
Indonesia. Selain itu, jaringan jalan belum sepenuhnya menjangkau
daerah terbelakang di tingkat kabupaten dan desa. Angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan berperan penting sebagai
pengganti dan penunjang angkutan jalan raya, bahkan bagi banyak
masyarakat Indonesia menggunakan angkutan tradisional telah
membudaya dan besar peranannya dalam melayani kebutuhan
angkutan di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Angkutan
sungai, danau, dan penyeberangan perlu ditingkatkan sehingga
209
dapat diperluas jangkauan pelayanannya, terutama dalam menem bus keterisolasian dan mengatasi masalah kemiskinan di wilayah
yang tertinggal. Oleh karena itu, dalam PJP II merupakan tantangan pula bagaimana meningkatkan jaringan transportasi darat yang
meliputi angkutan sungai, danau, dan penyeberangan mampu
menjangkau seluruh daerah terpencil dan daerah pedalaman, ter utama di kawasan timur Indonesia.
Dalam kaitan pengembangan sistem transportasi darat,
pertumbuhan penduduk, dan kecenderungan bermukimnya pen duduk di wilayah perkotaan menuntut penyediaan sarana dan
prasarana transportasi yang andal dan dapat melayani kebutuhan
mobilitas penduduk perkotaan. Pertumbuhan perkotaan yang cepat
belum dapat diimbangi oleh sistem transportasi yang ada. Trans portasi perkotaan ditandai oleh kemacetan dan polusi yang tinggi.
Oleh karena itu, dalam pembangunan transportasi merupakan
tantangan pula untuk menciptakan sistem transportasi perkotaan
yang andal, aman, nyaman, terjangkau oleh masyarakat banyak,
dan mampu mengangkut penumpang dalam jumlah besar serta
berpolusi rendah.
Angkutan kereta api merupakan sarana transportasi yang tepat
untuk melayani kebutuhan masyarakat, terutama yang berpengha silan rendah serta kebutuhan pengangkutan barang dalam jumlah
besar secara cepat, aman, dan efisien. Angkutan kereta api diban ding dengan moda angkutan yang lain memiliki keuntungan, yaitu
tarifnya bersaing dan daya angkutnya yang besar. Pada kenya taannya tingkat pelayanan jasa angkutan kereta api masih rendah
dibandingkan dengan moda angkutan lainnya. Hal ini disebabkan
oleh prasarana dan sarana kereta api yang belum memadai untuk
melayani permintaan jasa angkutan kereta api, selain juga mutu
pelayanannya yang masih belum memuaskan pengguna j a s a .
Dengan demikian, menjadi tantangan pula meningkatkan pelayanan
angkutan kereta api agar mampu melayani kebutuhan masyarakat
serta mendorong gerak perekonomian secara efektif dan efisien.
210
211
213
Dunia usaha telah berkembang pesat dan telah menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi. Kemampuan usaha nasional yang
makin besar akan mendorong keikutsertaan usaha swasta yang
makin besar dalam pengembangan transportasi, bukan hanya dalam
pengusahaan transportasi, melainkan juga dalam pembangunan
prasarana, seperti jalan raya, kereta api, pelabuhan laut, dan
bandar udara. Hal itu akan didukung pula oleh kualitas sumber
daya manusia yang terus meningkat dengan meningkatnya derajat
pendidikan serta ketersediaan teknologi yang dapat meningkatkan
keekonomisan investasi di bidang transportasi.
IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN
PEMBANGUNAN
1. Arahan GBHN 1993
Pembangunan transportasi yang berperan sebagai urat nadi
kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan diarahkan pada terwujudnya sistem transportasi nasional yang
andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu,
tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien dalam menunjang dan
sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, mendukung
mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola distribusi
nasional, serta mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan
hubungan internasional yang lebih memantapkan perkembangan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka
perwujudan Wawasan Nusantara.
Sistem transportasi nasional ditata dan terus disempurnakan
dengan didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia
sehingga terwujud baik keandalan untuk pelayanan maupun keterpaduan antar- dan intramoda transportasi, serta disesuaikan dengan
perkembangan ekonomi, tingkat kemajuan teknologi, kebijaksanaan tata ruang, pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan kebijaksanaan energi nasional agar selalu dapat memenuhi kebutuhan
214
216
Pembangunan transportasi udara termasuk sarana dan prasarananya terus ditingkatkan agar lebih dapat diandalkan dalam
memenuhi kebutuhan jasa transportasi udara dalam negeri yang
mampu beroperasi secara optimal menjangkau seluruh wilayah
nasional dan kebutuhan penerbangan luar negeri yang kompetitif,
serta didukung oleh industri pesawat terbang, fasilitas pemeliharaan dan perbaikan pesawat terbang beserta komponennya yang
andal dan efisien. Transportasi udara perintis ditingkatkan dan
dikembangkan untuk dapat menjangkau semua daerah dan pulau
terpencil terutama yang belum dapat dijangkau dengan jaringan
transportasi darat dan laut, didukung peningkatan peran aktif
pemerintah daerah dan usaha swasta setempat. Mutu pelayanan
transportasi udara terus dikembangkan terutama melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan manajemen usaha termasuk
bidang pemasaran. Jangkauan, pola jaringan, armada pesawat
terbang, mutu pelayanan, dan daya saing penerbangan nasional
rute luar negeri makin ditingkatkan agar dapat memperbesar
pangsa pasar, dan arus wisata serta makin mampu berperan untuk
memenuhi keperluan jasa transportasi penumpang dan barang
dalam lalu lintas internasional.
Jasa meteorologi dan geofisika terus dikembangkan untuk
menunjang berbagai sektor pembangunan, khususnya penyediaan
informasi cuaca yang diperlukan demi terwujudnya kelancaran dan
keselamatan penyelenggaraan transportasi laut dan udara. Kebutuhan informasi cuaca dan geofisika yang terpercaya perlu didukung
oleh organisasi, kualitas sumber daya manusia, manajemen, dan
peralatan yang canggih.
Pencarian dan penyelamatan manusia sebagai akibat dari
musibah, bencana alam, dan bencana lainnya merupakan tugas
nasional, dan harus dilaksanakan secara terkoordinasi oleh berbagai pihak yang perlu terus dimantapkan melalui peningkatan
kemampuan organisasi, kualitas sumber daya manusia, manaje-men,
serta sarana dan prasarananya agar mampu menyelenggara-kan
bantuan penyelamatan dengan cepat dan tepat.
218
2. Sasaran
a.
Sasaran PJP II
Sasaran Repelita VI
219
220
TABEL 24-1
SASARAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI
DALAM PJP II
Janis Sasaran
Satuan
Akhir
Repelita V *)
PJP II
Akhir
Repelita VI
Akhir
Repelita VII
Akhir
Repelita VIII
Akhir
Repelita IX
Akhir
Repelita X
km
244,170.0
288,030.0
304,250.0
358,240.0
442,850.0
632,000.0
km
5,051.0
5,401.0
5,958.0
8,708.0
7,380.0
7,880.0
juta ton
138.5
187.0
221.0
332.4
505.8
778.0
Juta ton
172.1
210.3
283.5
398.9
575.5
883.3
Juta orang
82
122
17.5
25.1
36.0
51.9
Juta orang
2.5
9.8
13.8
19.8
28.4
40.8
221
223
1)
224
perbatasan; membangun jalan poros desa dengan prioritas desadesa tertinggal ke pusat-pusat pertumbuhan, lokasi pelayanan
pasar, tempat pendidikan dan kesehatan terdekat. Selain itu, juga
mengembangkan sistem transportasi regional di kawasan timur
Indonesia dengan memanfaatkan potensi geografis dan moda transportasi perintis untuk menggerakkan perekonomian di kawasan
timur Indonesia dengan transportasi laut sebagai intinya serta
mengembangkan jalur penyeberangan yang menghubungkan pulaupulau di Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku dengan kawasan
barat serta jalur-jalur yang membentuk angkutan penyeberangan
poros utara, tengah, dan selatan dengan tetap memperhatikan
keterpaduan dengan moda transportasi jalan raya. Kebijaksanaan
lainnya adalah mengembangkan pelabuhan strategis di kawasan
timur Indonesia dan kawasan barat Indonesia yang tertinggal dalam
rangka memacu pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan peran
armada rakyat dan perintis melalui perluasan jangkauan dan peningkatan frekuensi kunjungan kapal.
3) Mengembangkan Transportasi Perkotaan
Untuk mengembangkan transportasi perkotaan ditempuh kebijaksanaan, yaitu mengembangkan sistem transportasi masal yang
tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien serta terjangkau oleh
semua lapisan pemakai jasa transportasi; dan mengatasi kemacetan
dan gangguan lalu lintas serta mempertahankan kualitas lingkungan. Kebijaksanaan lainnya adalah meningkatkan sistem jaringan jalan dalam kota yang terintegrasi dengan sistem jaringan jalan
antarkota agar transportasi dalam kota dapat berfungsi baik dalam
melayani aktivitas lokal dan dalam melayani daerah sekitarnya;
mengembangkan keterpaduan antar- dan intramoda, sesuai dengan
rencana tata ruang kota serta pemanfaatan ruang jalur koridor
transportasi masal sebagai pusat-pusat kegiatan baru; dan mengembangkan manajemen transportasi perkotaan untuk mencapai tingkat
efisiensi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Selain itu, juga
meningkatkan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan transportasi
kota secara terpadu; meningkatkan peran serta swasta dalam
225
Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi di kembangkan kebijaksanaan, yaitu meningkatkan kualitas penye lenggaraan transportasi melalui peningkatan profesionalisme
manajemen, operasi, dan efisiensi; meningkatkan kelancaran,
ketepatan jadwal perjalanan, kecepatan, frekuensi, serta penye diaan fasilitas alih moda yang memadai; dan meremajakan armada
nasional baik armada laut maupun udara. Kebijaksanaan lainnya
226
ialah meningkatkan manajemen pengurusan perjalanan; mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dalam pelayanan transportasi; dan meningkatkan mutu keselamatan pelayaran melalui pembangunan fasilitas navigasi, kesyahbandaran, penjagaan laut dan
pantai serta pemeliharaan alur pelayaran. Khusus untuk angkutan
kereta api dikembangkan kebijaksanaan, yaitu membangun jalur
ganda kereta api khususnya pada lintas padat; menambah kapasitas
kereta penumpang kelas ekonomi untuk melayani masyarakat
berpenghasilan rendah; dan meningkatkan pelayanan angkutan peti
kemas dengan kereta api.
6) Meningkatkan Peran Serta Masyarakat
Dalam rangka mendorong peran serta swasta dalam pembangunan transportasi ditempuh kebijaksanaan, yaitu menciptakan
iklim berusaha yang sehat dan saling menghidupi; memberikan
kemudahan dan fasilitas bagi investor swasta di bidang transportasi
yang umumnya memerlukan dana yang besar, mengandung risiko
serta waktu pengembalian yang lama; memacu pengembangan
industri dalam negeri di bidang transportasi; mengembangkan sikap
positif masyarakat pengguna transportasi agar berperilaku tertib
dan disiplin dalam penggunaan lalu lintas; serta mendorong peningkatan efisiensi dalam pengelolaan usaha transportasi, baik oleh
swasta maupun BUMN.
7) Mengembangkan Sumber Daya Manusia dan
Teknologi
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dan teknologi di bidang transportasi diambil kebijaksanaan, yaitu
mengembangkan dan meningkatkan pendidikan dan pelatihan di
bidang transportasi di segala tingkatan meliputi bidang teknis dan
manajemen; meningkatkan pemanfaatan, pengembangan, dan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi transportasi; mendorong dan memberikan kesempatan yang lebih luas kepada swasta
dan BUMN serta perguruan tinggi untuk menyelenggarakan
227
pembangunan transportasi secara berkesinambungan, baik transportasi darat, laut maupun udara sehingga terwujud sistem transportasi
nasional yang andal, terpadu, efisien, berkemampuan tinggi dan
merata, serta terjangkau oleh masyarakat.
Dalam kaitan itu, dikembangkan konsep strategis dan kebijaksanaan dasar sistem transportasi nasional melalui beberapa kegiatan
pengkajian dan pengembangan, yaitu (1) pengkajian sistem transportasi nasional; (2) pengkajian mobilitas nasional; (3) pengkajian
transportasi regional; (4) pengkajian transportasi perkotaan; (5)
pengembangan sistem angkutan umum masal; (6) peningkatan
manajemen transportasi perkotaan; (7) peningkatan keselamatan
sistem transportasi; (8) pengkajian alih teknologi di bidang transportasi; dan (9) pengkajian sistem transportasi kawasan timur
Indonesia.
b. Program Pembangunan Prasarana Jalan dan
Jembatan
Tujuan program pembangunan prasarana jalan dan jembatan
adalah memantapkan dan memperluas jaringan jalan yang menghubungkan daerah pusat produksi dan pemasaran, daerah perkotaan
serta perdesaan dan menjangkau daerah tertinggal. Program ini
juga mendukung pembangunan sektor industri, pertanian, perdagangan, pariwisata, dan sektor lainnya. Kegiatan program pembangunan di bidang jalan dan jembatan meliputi (1) rehabilitasi dan
pemeliharaan jalan dan jembatan; (2) peningkatan jalan dan penggantian jembatan; dan (3) pembangunan jalan dan jembatan baru.
1) Rehabilitasi dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan ditujukan
untuk memelihara, merawat, dan memperbaiki kerusakan pada
seluruh ruas jalan yang ada serta menjaga agar kondisi jalan yang
sudah mantap dapat dipertahankan. Pemeliharaan jalan tersebut
dilakukan, baik secara rutin maupun secara berkala 2-3 tahun
229
230
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Jalan poros desa, dalam Repelita VI akan ditingkatkan pembangunannya dengan memberi prioritas pada desa tertinggal, yang
keadaan jalannya menjadi penyebab keterbelakangan disbanding
dengan desa lainnya. Sasaran di bidang prasarana jalan dalam
Repelita VI secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 24-2.
c. Program Pembangunan Transportasi Darat
Program pembangunan transportasi darat ditujukan untuk
menciptakan kelancaran, ketertiban, keamanan, keselamatan, dan
kenyamanan transportasi darat. Di samping itu, program tersebut
juga berfungsi untuk memadukan moda-moda transportasi lainnya
sehingga diperoleh jaringan transportasi antarmoda yang terpadu.
Program ini meliputi kegitan (1) pengembangan fasilitas lalu lintas
jalan; (2) pengembangan perkeretaapian; dan (3) peningkatan
angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.
1) Pengembangan Fasilitas Lalu Lintas Jalan
Tujuan kegiatan pengembangan fasilitas lalu lintas jalan adalah
menciptakan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan,
serta kenyamanan transportasi jalan raya. Kegiatan pengembangan
fasilitas lalu lintas jalan meliputi:
a)
b)
c)
pengadaan dan pemasangan lampu lalu lintas 178 unit, tersebar di 27 propinsi;
232
TABEL 2 4 - 2
SASARAN PEMBANGUNAN PRASARANA JALAN
1994/95-1998/99
Repelita VI
Janis Sasaran
Satuan
Akhir
Repelita *)
1994/95
1995196
1996197
1997198
1998199
Jumlah
28,300
78,336
12,030
38,551
82,396
21,539
43,223
87,634
24,616
47,830
89,528
25,840
55,998
90,288
38,175
213,700
428,180
120,000
km
km
m
km
Km
m
35,939
51,879
85,389
5,039
11,830
13,852
3,792
13,218
10,819
3,842
12,549
10,321
4,288
13,303
9,856
4,409
14,100
10,152
21,350
65,000
55,000
km
km
m
km
1,807
344
4,200
223
1,050
850
1,100
51
1,016
993
8,357
58
1,020
1,018
7,312
61
1,010
1,043
7,333
68
804
1,396
8,148
74
4,900
5,100
30,250
310
210,389
284,889
98,728
d)
e)
b)
c)
234
d)
e)
f)
d)
e)
238
TABEL 244
SASARAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU, DAN
PENYEBERANGAN 1994/951998/99
(lokasi)
Jenis Sasaran
Repelita VI
Akhir
Repelita V *)
1994/95
1995/96
1998/97
1997/98
1998/99
Jumlah
1. Pembangunan
dermaga/terminal
a. Sungai
dan danau
b.
Peryeberangan
55
33
13
8
12
9
12
9
12
8
11
7
60
41
2. Rehabilitasi dermaga/terminal
a Sungai dan danau
b. Peryeberangan
8
12
3
5
4
5
4
5
3
5
3
5
17
25
d) peningkatan kesadaran
keselamatan pelayaran.
masyarakat
maritim
terhadap
242
TABEL 24-5
SASARAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI LAUT
1994/95-1998/99
Repelita VI
Jenis Sasaran
1. Fasilitas pelabuhan
a. Dermaga
b. Gudang
c. Lapangan penumpukan
d. Terminal penumpang
2. Pengembangan keselamatan pelayaran
a. Menara suar
b. Rambu suar
c. Kapal navigasi
d. Pengerukan alur pelayaran
Satuan
m
m2
m2
m2
unit
unit
unit
juta m3
Akhir
Repelita V ')
1994/95
1995/98
1998/97
10,274.0
84,915.0
908,788.0
31,832.0
1,832.0
5,500.0
22,525.0
5,350.0
3,100.0
15,000.0
100,000.0
7,000.0
2,950.0
17,500.0
225,000.0
7,000.0
2,900.0
18,000.0
250,000.0
4,000.0
4,288.0
23,900.0
302,475.0
900.0
14,850.0
80,000.0
900,000.0
24,250.0
18.0
252.0
7.0
79.4
2.0
93.0
0.0
10.8
2.0
90.0
2.0
14.1
8.0
73.0
3.0
10.8
10.0
40.0
3.0
14.1
12.0
4.0
3.0
10.8
32.0
300.0
11.0
80.0
1997/98
1998/99
Jumlah
TABEL246
SASARAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI
UDARA 18041051888108
Jenis Sasaran
Satuan
Repelita V *)
1. pengembangan prasarana
a. Peningkatan fasilitas landasan
b. Peningkatan falitas terminal
c. peningkatan bangunan operasional
2.
Pengembangan sarana
a. Pengadaan pesawat udara
komersial
b. Pengadaan pesawat udara
nonkomersial
m2
m2
m2
buah
bush
Repelita VI
Akhir
100410
5
110,550
50,505
16,320
23,500
2,800
2,400
43
2
26
10
10
0
Jumlah
0
0
80
23
247
248
249
Tabel 247
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI
Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 1998/99)
(dalam juta
rupiah)
No.
Kode
Sektor/Sub Sektor/Program
06
06.1
06.1.01
06.1.02
06.1.03
062
06.2.01
06.2.02
06.2.03
06.3
06.3.01
06.3.02
06.3.03
06.4
06.4.01
06.4.02
06.4.03
06.5
06.5.01
1994/95
1994/95 1998/99
373.830,0
2.469.890,0
686.860,0
2.365.200,0
15.382.140,0
4.448.100,0
44.850,0
426.908,0
309.870,0
2.641.080,0
117.270,0
831.600,0
331.737,0
91.685,0
43.355,0
2.045.740,0
637.960,0
307.150,0
324.020,0
95.850,0
185.600,0
2.128.260,0
614.050,0
1.128.190,0
32.660,0
208.030,0
06.5.02
1.000,0
6.820,0