Anda di halaman 1dari 7

ABELL 1835

Galaksi Terjauh Dari Bumi

Sebuah galaksi yang juga merupakan galaksi terjauh yang di ketahui


manusia telah di ketemukan (Maret 2004) oleh sekelompok Astronom asal
Eropa dan Amerika melalui teleskop Huble. Galaksi ini di beri nama Abell
1835 IR1916. Galaksi ini berjarak sekitar 13.230 milliar tahun cahaya dari
galaksi kita (Bimasakti /Milky Way). Cahayanya sudah merambat di alam
semesta 470 milliar tahun setelah peristiwa Bigbang (ledakan besar asal
mula alam semesta) yang mana saat itu alam semesta baru berusia 3% dari
usianya yang sekarang.
Jika dari bumi menuju bulan anda hanya membutuhkan 1,3 detik
saja. Maka galaksi tersebut dapat di capai dalam 13.230.000.000.000 tahun
(13 milliar 230 ribu juta tahun).
Jika anda dapat menempuh perjalanan dari Jakarta ke Denpasar
selama satu detik. Maka untuk mencapai galaksi terebut anda membutuhkan
waktu selama 3.969.000.000.000.000 tahun (3 triliun 969 ribu milliar
tahun).

Penemuan 9 Galaksi Kecil

Pengamatan secara bersama oleh Teleskop Antariksa Hubble


(NASA/ESA) dan Teleskop Antariksa Spitzer (NASA) telah menemukan 9 dari
galaksi yang paling kecil, redup, dan kompak yang pernah ditemukan di alam
semesta. Bersinar dengan kecerlangan jutaan bintang, masing-masing galaksi
yang baru ditemukan itu berukuran ribuan kali lebih kecil daripada galaksi kita,
Bimasakti.
Model konvensional untuk evolusi galaksi memprediksi bahwa galaksi
kecil di alam semesta pada masa awal kelak akan menjelma menjadi galaksi masif
melalui penggabungan. Kesembilan material pembangun galaksi yang semula
dideteksi oleh teleskop Hubble kelihatannya berkontribusi terhadap pembentukan
alam semesta seperti yang kita ketahui sekarang. Menurut Nor Pirzkal, dari ESA,
galaksi-galaksi tersebut adalah galaksi bermassa paling kecil yang pernah diamati
secara langsung di alam semesta pada masa awal.
Pirzkal semula dikejutkan dengan penemuan bahwa galaksi-galaksi
terebut diperkirakan memiliki massa yang sangat kecil. Teleskop Antariksa Spitzer
lantas digunakan untuk melakukan pengukuran yang lebih presisi terhadap massa
galaksi-galaksi tersebut. Spitzer lantas mengkonfirmasikan bahwa galaksi-galaksi
yang baru ditemukan itu merupakan sebagian dari komponen terkecil yang
membangun alam semesta.

Galaksi-galaksi muda tersebut memberikan wawasan baru tentang tahuntahun pembentukan alam semesta, hanya beberapa miliar tahun setelah peristiwa
Big Bang (dentuman besar yang menandai awal terbentuknya alam semesta, -red).
Teleskop Hubble telah mendeteksi bintang-bintang berwana biru safir yang berada
didalam kesembilan galaksi tersebut. Bintang-bintang muda itu usianya hanya
beberapa juta tahun dan sedang dalam proses pengubahan elemen-elemen
tinggalan Big Bang (hidrogen dan helium) menjadi elemen yang lebih berat.
Bintang-bintang tersebut kemungkinan belum mulai melepas elemen-elemen dari
inti bintang ke lingkungan sekelilingnya.
Cahaya biru yang dilihat oleh Hubble menunjukkan keberadaan bintangbintang muda, sementara ketiadaan sinar inframerah, menunjukkan bahwa galaksi
ini adalah betul-betul galaksi muda tanpa adanya generasi bintang yang lebih
awal, jelas Sangeeta Malthora, salah seorang peneliti dari Arizona State
University di Tempe.
Galaksi-galaksi itu pertama kali diidentifikasi oleh James Rhoads dari
Arizona State University dan Chun Xu dari Shanghai Institute of Technical
Physics di Shanghai, China. Tiga diantara galaksi-galaksi tersebut kelihatannya
sedikit berbeda bukannya berbentuk gumpalan yang bundar, namun sedikit
melebar di salah satu sisinya (mirip seperti bentuk berudu/kecebong). Ini
merupakan pertanda bahwa galaksi-galaksi tersebut mungkin sedang berinteraksi
dan bergabung dengan galaksi lain untuk membentuk struktur yang lebih besar
dan kohesif.
Galaksi-galaksi tersebut diamati melalui perangkat Hubble Ultra Deep
Field (HUDF) bersama dengan Advanced Camera for Surveys (ACS) dan Near
Infrared Camera and Multi-Object Spectrometer pada Hubble, dan Infrared Array
Camera pada Spitzer. Sementara itu, pengamatan berbasis darat di European
Southern Observatory memanfaatkan perangkat Infrared Spectrometer and Array
Camera.
Mengamati dan menganalisis galaksi sekecil itu dalam jarak yang
sedemikian jauh merupakan batas kemampuan yang dimiliki kebanyakan teleskop
terkuat yang dikenal saat ini. Citra diambil dengan filter warna yang berbeda
dengan ACS, dibantu dengan ekspos yang diambil melalui perangkat yang disebut
grism kombinasi dari prisma dan grating yang berfungsi mempertahankan
berkas sinar pada panjang gelombang yang dipilih. Grism menyebarkan warnawarni yang dipancarkan galaksi tersebut dalam bentuk jejak cahaya pendek
(trails). Analisis terhadap trails memungkinkan pengenalan emisi dari gas
hidrogen yang berpendar, menghasilkan data, baik jarak maupun perkiraan
mengenai tahapan formasi bintang.

Andromeda

Galaksi Andromeda adalah salah satu galaksi di luar galaksi Bima Sakti
yang dapat dilihat dengan mata telanjang, asalkan dilihat pada malam yang cerah,
tanpa bulan dan tanpa polusi cahaya. Strukturnya mirip dengan galaksi Bima Sakti
yaitu berbentuk spiral. Jaraknya sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Nama lain dari
galaksi Andromeda adalah Messier 31, M31, or NGC 224.
Letaknya di langit adalah di belahan langit utara, sekitar 41 derajat di
sebelah utara khatulistiwa langit, baik diamati sekitar bulan September, oktober,
November. Dengan mata telanjang, galaksi ini nampak seperti kabut tipis kecil di
langit utara, tapi jika diamati dengan teropong yang dapat menampakkan bintang
bintang redup di tepian galaksi Andromeda, ternyata ukuran Andromeda bisa lebih
dari 7 kali diamter sudut bulan. Galaksi ini berisi sekitar 1 triliun bintang, dan
bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 300 km/detik.

Bima Sakti

Gumpalan awan raksasa yang mengandung gas hidrogen dalam volume


sangat besar tengah melesat mendekati piringan Galaksi Bima Sakti, tempat tata
surya kita berada. Tabrakan dahsyat yang diperkirakan terjadi antara 20-40 juta
tahun lagi akan menghasilkan kembang api spektakuler di langit. Objek tersebut
diberi nama Awan Smith, diambil dari nama Gail Smith, seorang astronom AS
yang mendeteksinya pertama kali pada tahun 1963 saat meneliti di Universitas
Leiden, Belanda.
Sejak ditemukan, para astronom masih berdebat apakah awan tersebut
benar-benar mendekati galaksi Bimasakti atau menjauhinya. Rekaman data yang
ada selama ini masih terbatas dan tidak jelas apakah objek tersebut bagian dari
kabut Bimasakti atau masih bergerak ke arahnya. Sejauh ini, para peneliti hanya
mendeteksi gas dan tidak ada satupun bintang di dalamnya.
Satu-satunya cara melihtanya adlah dengan teleskop radio karena gas
dingin tidak memancarkan cahaya, tetapi memantulkan gelombang radio. Jika
dilihat dari Bumi, lebar gumpalan awan tersebut sebanding dengan 30 kali lebar
Bulan. Dari kepala ke ujung ekornya cukup untuk menyelimuti rasi bintang Orion.
Hasil pengamatan baru menggunakan teleskop radio terkendali paling besar di
dunia, Teleskop Green Bank (GBT) di Virginia Barat, AS, menunjukkan bahwa
objek tersebut bergerak ke arah galaksi Bimasakti. Bahkan, seperti dilaporkan
gabungan tim astronom dari Observatorium Astronomi Radio
Nasional AS (NRAO) dan Universitas Winconsin Whitewater dalam
pertemuan Masyarakat Astronomi Amerika ke-211 di Austin, Texas baru-baru ini,
gaya dorongnya telah menyentuh kabut Bimasakti. "Jika tabrakan terjadi, hal
tersebut akan memicu lahirnya formasi bintang-bintang baru. Akan banyak

bintang raksasa yang terbentuk, berumur pendek, dan meledak sebagai supernova
yang memancarkan cahaya menyilaukan," ujar Ketua tim peneliti, DR. Felix
Lockman, dari NRAO. Sebab, Awan Smith membawa energi sangat besar berupa
gas hidrogen yang cukup untuk membentuk jutaan bintang seukuran Matahari.
Awan Smith merupakan gumpalan gas yang berukuran panjang mencapai 11.000
tahun cahaya dan lebar 2.500 tahun cahaya. Objek tersebut saat ini berada 40.000
tahun cahaya dari Bumi dan 8.000 tahun cahaya dari piringan Bimasakti. Objek
yang pantas disebut kabut monster di ruang kosmos ini bergerak dengan
kecepatan 240 kilometer perdetik dan diperkirakan menabrak piringan galaksi
Bimasakti dengan kemiringan 45 derajat. Tabrakan akan terjadi di pinggir
piringan Bimasakti yang jarak ke pusatnya hampir sama dengan jarak tata surya
kita ke pusat galaksi. Namun, posisinya jauh dari tata surya kita, diperkirakan
berjarak 90 derajat terhadap pusat piringan. "Kami tidak tahu dari mana asalnya,
apalagi orbitnya membingungkan, namun kami katakan bahwa ia mulai
berinteraksi dengan bagian terluar Bimasakti," tandas Lockman.

DAFTAR PUSTAKA
http://spaceflightnow.com
http://3.bp.blogspot.com
http://www.e-smartschool.com/PNU/001/PNU0010008.asp

Anda mungkin juga menyukai