Galaksi
Galaksi
Galaksi-galaksi muda tersebut memberikan wawasan baru tentang tahuntahun pembentukan alam semesta, hanya beberapa miliar tahun setelah peristiwa
Big Bang (dentuman besar yang menandai awal terbentuknya alam semesta, -red).
Teleskop Hubble telah mendeteksi bintang-bintang berwana biru safir yang berada
didalam kesembilan galaksi tersebut. Bintang-bintang muda itu usianya hanya
beberapa juta tahun dan sedang dalam proses pengubahan elemen-elemen
tinggalan Big Bang (hidrogen dan helium) menjadi elemen yang lebih berat.
Bintang-bintang tersebut kemungkinan belum mulai melepas elemen-elemen dari
inti bintang ke lingkungan sekelilingnya.
Cahaya biru yang dilihat oleh Hubble menunjukkan keberadaan bintangbintang muda, sementara ketiadaan sinar inframerah, menunjukkan bahwa galaksi
ini adalah betul-betul galaksi muda tanpa adanya generasi bintang yang lebih
awal, jelas Sangeeta Malthora, salah seorang peneliti dari Arizona State
University di Tempe.
Galaksi-galaksi itu pertama kali diidentifikasi oleh James Rhoads dari
Arizona State University dan Chun Xu dari Shanghai Institute of Technical
Physics di Shanghai, China. Tiga diantara galaksi-galaksi tersebut kelihatannya
sedikit berbeda bukannya berbentuk gumpalan yang bundar, namun sedikit
melebar di salah satu sisinya (mirip seperti bentuk berudu/kecebong). Ini
merupakan pertanda bahwa galaksi-galaksi tersebut mungkin sedang berinteraksi
dan bergabung dengan galaksi lain untuk membentuk struktur yang lebih besar
dan kohesif.
Galaksi-galaksi tersebut diamati melalui perangkat Hubble Ultra Deep
Field (HUDF) bersama dengan Advanced Camera for Surveys (ACS) dan Near
Infrared Camera and Multi-Object Spectrometer pada Hubble, dan Infrared Array
Camera pada Spitzer. Sementara itu, pengamatan berbasis darat di European
Southern Observatory memanfaatkan perangkat Infrared Spectrometer and Array
Camera.
Mengamati dan menganalisis galaksi sekecil itu dalam jarak yang
sedemikian jauh merupakan batas kemampuan yang dimiliki kebanyakan teleskop
terkuat yang dikenal saat ini. Citra diambil dengan filter warna yang berbeda
dengan ACS, dibantu dengan ekspos yang diambil melalui perangkat yang disebut
grism kombinasi dari prisma dan grating yang berfungsi mempertahankan
berkas sinar pada panjang gelombang yang dipilih. Grism menyebarkan warnawarni yang dipancarkan galaksi tersebut dalam bentuk jejak cahaya pendek
(trails). Analisis terhadap trails memungkinkan pengenalan emisi dari gas
hidrogen yang berpendar, menghasilkan data, baik jarak maupun perkiraan
mengenai tahapan formasi bintang.
Andromeda
Galaksi Andromeda adalah salah satu galaksi di luar galaksi Bima Sakti
yang dapat dilihat dengan mata telanjang, asalkan dilihat pada malam yang cerah,
tanpa bulan dan tanpa polusi cahaya. Strukturnya mirip dengan galaksi Bima Sakti
yaitu berbentuk spiral. Jaraknya sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Nama lain dari
galaksi Andromeda adalah Messier 31, M31, or NGC 224.
Letaknya di langit adalah di belahan langit utara, sekitar 41 derajat di
sebelah utara khatulistiwa langit, baik diamati sekitar bulan September, oktober,
November. Dengan mata telanjang, galaksi ini nampak seperti kabut tipis kecil di
langit utara, tapi jika diamati dengan teropong yang dapat menampakkan bintang
bintang redup di tepian galaksi Andromeda, ternyata ukuran Andromeda bisa lebih
dari 7 kali diamter sudut bulan. Galaksi ini berisi sekitar 1 triliun bintang, dan
bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 300 km/detik.
Bima Sakti
bintang raksasa yang terbentuk, berumur pendek, dan meledak sebagai supernova
yang memancarkan cahaya menyilaukan," ujar Ketua tim peneliti, DR. Felix
Lockman, dari NRAO. Sebab, Awan Smith membawa energi sangat besar berupa
gas hidrogen yang cukup untuk membentuk jutaan bintang seukuran Matahari.
Awan Smith merupakan gumpalan gas yang berukuran panjang mencapai 11.000
tahun cahaya dan lebar 2.500 tahun cahaya. Objek tersebut saat ini berada 40.000
tahun cahaya dari Bumi dan 8.000 tahun cahaya dari piringan Bimasakti. Objek
yang pantas disebut kabut monster di ruang kosmos ini bergerak dengan
kecepatan 240 kilometer perdetik dan diperkirakan menabrak piringan galaksi
Bimasakti dengan kemiringan 45 derajat. Tabrakan akan terjadi di pinggir
piringan Bimasakti yang jarak ke pusatnya hampir sama dengan jarak tata surya
kita ke pusat galaksi. Namun, posisinya jauh dari tata surya kita, diperkirakan
berjarak 90 derajat terhadap pusat piringan. "Kami tidak tahu dari mana asalnya,
apalagi orbitnya membingungkan, namun kami katakan bahwa ia mulai
berinteraksi dengan bagian terluar Bimasakti," tandas Lockman.
DAFTAR PUSTAKA
http://spaceflightnow.com
http://3.bp.blogspot.com
http://www.e-smartschool.com/PNU/001/PNU0010008.asp