Anda di halaman 1dari 5

Tugas Hukum kontrak

Nama : Budi Eka Bayuwarsa


Nim

: 2011.06.0.0008

Perbedaan :
1. Kewenangan hukum
2. Kecakapan hukum
3. Kewenangan bertindak

Kewenangan hukum
Kewenangan hukum berarti, kecakapan untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai
pendukung hak dan kewajiban wewenang subyek hukum ini di bagi menjadi dua yaitu :
1. Wewenang Hukum (rechtsbevoegdheid) adalah kewenangan untuk menjadi
1

pendukung (mempunyai) hak dan kewajiban dalam hukum .

2. Wewenang untuk melakukan ( menjalankan) perbuatan hukum dan faktor-faktor


yang mempengaruhinya kewenangan hukum dimiliki oleh semua manusia sebagai
subyek hukum, sedangkan kewenangan bertindak dari setiap subyek hukum
dipengaruhi banyak faktor, misalnya saja faktor usia, statusnya (menikah atau
belum), status sebagai ahli waris (dalam lapangan hukum waris) dan lain-lain.

Kecakapan hukum
Orang perorangan bisa melakukan hubungan hukum, sebab manusia adalah pendukung
utama hak dan kewajiban dan orang menyimpulkan, bahwa kualitas yang demikian itu diberikan
kepada manusia, berkaitan dengan kepribadian manusia. Berangkat dari anggapan, bahwa semua
2
manusia mempunyai kepribadian, maka semua manusia adalah subyek hukum . . Salah satu

dari unsur perjanjian yang harus dipenuhi menyangkut kewenangan bertindak adalah, adanya
para pihak Sedikitnya dua orang pihak ini disebut subyek perjanjian, dapat manusia maupun
badan hukum dan mempunyai wewenang perbuatan hukum seperti yang ditetapkan undangundang. Dalam kalimat mempunyai wewenang perbuatan hukum seperti yang ditetapkan
undang-undang, berkaitan erat dengan salah satu syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam
Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu Kecakapan para pihak dalam membuat suatu perjanjian.
Cakap, artinya orang-orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Seorang yang
telah dewasa atau akil balik, sehat jasmani dan rohani dianggap cakap menurut hukum, sehingga
dapat membuat suatu perjanjian. Orang yang tidak dianggap tidak cakap menurut hukum
ditentukan dalam Pasal 1330 KUH Perdata, yaitu : Orang yang belum dewasa dan Orang
yang ditaruh di bawah pengampuan. Sehingga agar suatu tindakan dalam perjanjian dapat
menimbulkan akibat hukum yang sempurna, maka orang yang bertindak, pada saat tindakan
dilakukan, harus mempunyai kematangan berfikir yang secara normal mampu menyadari
sepenuhnya tindakannya dan akibat dari tindakannya. Orang yang secara normal mampu
menyadari tindakan dan akibat dari tindakannya dalam hukum disebut dengan cakap bertindak.
Mengenai batasan umur dewasa kebanyakan orang menyimpulkan hanya dari ketentuan Pasal
330 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : Batasan dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah menikah. Akan
tetapi dalam perkembangannya, hal tersebut di atas sedikit mengalami perubahan dengan adanya
ketentuan Pasal 47 dan 50 Undang-Undang Perkawinan yang selanjutnya disebut dengan UUP
dan Pasal 39 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
yang selanjutnya disebut UUJN, yang mensyaratkan seorang penghadap paling sedikit berumur
18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum untuk ini
3
dia bias dikatakan cakap bertindak .

Kewenangan bertindak
Kecakapan bertindak adalah kewenangan umum untuk melakukan tindakan hukum.
Kecakapan bertindak pada umumnya dan pada asasnya berlaku bagi semua orang. Setelah
manusia dinyatakan mempunyai kewenangan hukum maka kepada mereka diberikan
kewenangan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Untuk itu diberikan kecakapan
bertindak. Dari ketentuan Pasal 1329 BW, doktrin menyimpulkan bahwa semua orang pada
asasnya cakap untuk bertindak, kecuali undang-undang menentukan lain. Kewenangan bertindak
merupakan kewenangan khusus, yang hanya berlaku untuk orang tertentu dan untuk tindakan
hukum tertentu saja. Kewenangan bertindak diberikan dengan mengingat akan tindakan, untuk
mana diberikan kewenangan bertindak sehingga tidak ada ketentuan umum tentang kewenangan
bertindak. Karena tindakan hukum menimbulkan akibat hukum yang mengikat si pelakuyang
bisa membawa akibat yang sangat besar, maka kepada mereka yang belum atau belum
sepenuhnya bisa menyadari akibat dari tindakannya, perlu diberikan perlindungan dalam hukum.
Untuk itu, pembuat undang-undang (BW) mengaitkan lembaga hukum kecakapan bertindak
dengan umur dewasa. Kecakapan bertindak maupun kewenangan bertindak, keduanya berkaitan
dengan peristiwa melakukan tindakan hukum. Tindakan hukum merupakan peristiwa sehari-hari,
karena manusia dalam kehidupan bermasyarakat perlu mengadakan hubungan dengan anggota
masyarakat yang lain, dengan melakukan tindakan-tindakan hukum. Namun, terhadap asas
kecakapan bertindak ada pengecualiannya. Mereka yang cakap bertindak adakalanya oleh
undang-undang dinyatakan tidak wenang untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu.
Yang demikian itu tampak dalam pasal 1467; Pasal 1468; Pasal 1469; Pasal 1470; Pasal 1678;
Pasal 1601 i BW. Jadi, orang-orang tertentu, yang secara umum cakap bertindak adakalanya oleh
4
undang-undang dinyatakan tidak wenang untuk melakukan tindakan hukum tertentu .

Jika kalau seseorang mau melakukan perjanjian harus melengkapi 4 unsur keabsahan
perjanjian (syarat sahnya perjanjian) :
1.
2.
3.
4.

Unsur sepakat antara pihak


Unsur cakap
Suatu hal tertentu (obyek tertentu )
Suatu sebab yang halal

Ketentuannya :

Jika unsur 1 dan unsur 2 dilanggar maka bisa dibatalkan merupakan subyektif
Jika unsur 3 dan unsur 4 dilanggar maka bisa batal demi hukum merupakan obyektif

perbedaan dan akibat


Untuk menggambarkan betapa pentingnya membedakan lembaga "kecakapan bertindak" dan
"kewenangan bertindak" dapat dikemukakan bahwa akibat dari ketidakcakapan menutup
perjanjian lain sekali dengan akibat dari ketidak wenangan menutup perjanjian. Akibat dari
ketidak cakapan, perjanjian yang bersangkutan dapat dituntut pembatalannya oleh pihak si tidak
cakap - baik melalui wakilnya atau dirinya sendiri sesudah dia menjadi dewasa. Akibat dari
5
ketidakwenangan bertindak adalah perjanjian itu batal demi hukum .

Pelanggaran atas ketentuan yang menyatakan orangorang tertentu - yang secara umum cakap
bertindak - tidak wenang menutup perjanjian tertentu, diancam dengan tindakan mereka batal
demi hukum. Sebagaimana disebutkan di atas, perbedaan akibat itu didasarkan tujuan
perlindungan yang berbeda antara keduanya. Kalau antara kecakapan dan kewenangan bertindak
ada perbedaan akibat hukum yang demikian besar, kiranya keduanya patut sekali mendapat
perhatian. Semua orang tentu berkepentingan untuktahu bahwa tindakannya akan membawa
akibat sebagai yang dia tuju diakui sebagai tindakan hukum yang sah - di pihak lain, orang yang
mengadakan hubungan dengan orang lain perlu kepastian, bahwa lawan janjinya terikat pada
pernyataan atau sepakatnya. Pada pokoknya, ketentuan mengenai kecakapan bertindak dan

kewenangan bertindak merupakan ketentuan yang, demi kepastian hukum, sangat penting dalam
pergaulan hidup.

Daftar pustaka
1. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cetakan XXXIV, Jakarta: Intermasa, 2010, hlm. 20,
menggunakan istilah pembawa hak.
isi1
2. J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, (Bandung:Citra Aditya Bakti,1999), hal.
15
3. Ismiati Dwi Rahayu,SH, Ketua INI Depok, Dalam Majalah Renvoi Edisi November No. 5/42,
2006, hal. 21
4. Makalah Rakernas 2011
5. Makalah Rakernas 2011

Anda mungkin juga menyukai