Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ARHTRITIS

RHEUMATOID DENGAN KEKAMBUHAN ARHTRITIS RHEUMATOID DI


PUSKESMAS LINGKAR TIMUR KOTA BENGKULU TAHUN 2012
RELATED KNOWLEDGE OF PREVENTION ARHTRITIS RHEUMATOID
ARTHRITIS WITH RECURRENCE ARHTRITIS RING IN PUBLIC HEALTH
IN 2012 EAST CITY BENGKULU
(Danur Azissah Roesliana Sofais : STIKES Dehasen Bengkulu
Email :danur.azissah@yahoo.co.id)
Abstrak. Artritis Rheumatoid adalah penyakit autoimun dimana sendi-sendi (biasanya sendi tangan
dan kaki) secara simetris mengalami peradangan sehingga terjadi bengkak, nyeri dan sering kali
akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.Kekambuhan penyakit reumatik adalah serangan
ulang pada daerah persendian yang dapat terjadi pada individu yang telah pernah mengalami nyeri
pada persendian. Dinyatakan jarang kambuh apabila responden menderita reumatik kurang dari enam
bulan dengan frekuensi kekambuhan satu sampai lima kali setahun, dan dinyatakan yang sering
kambuh apabila responden yang menderita reumatik lebih dari satu tahun dengan frekuensi
kekambuhan lebih dari lima kali setahun.Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubunganpengetahuan tentang pencegahan Arhtritis Rheumatoid dengan kekambuhan Arhtritis
Rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu.Jenis penelitian adalah deskriptif, telah
dilakukan penelitian di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tentang Hubungan Pengetahuan
tentang Pencegahan Arhtritis Rheumatoid dengan Kekambuhan Arhtritis Rheumatoid di Puskesmas
Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2012,dengan responden sebanyak 64 orang. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian adalah total sampling. Pengambilan data secara primer
menggunakan kuisioner.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pengetahuan responden tentang
pencegahan artritis rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu adalah 62,5% cukup baik,
angka kekambuhan artritis rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu sebagian besar
jarang kambuh dan terdapat hubungan pengetahuan tentang pencegahan artritis rheumatoid dengan
kekambuhan arhtiritis rheumatoid dengan nilai P = 0,03.Dari penelitian ini diharapkan kepada berbagai
pihak yang terkait agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan penyuluhan tentang kekambuhan
penyakit Arhtritis Rheumatoid.
Kata Kunci : Kekambuhan, Arhtritis Rheumatoid
Abstract. Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease in which the joints ( usually joints of the
hands and feet ) are symmetrically inflamed resulting in swelling , pain and often eventually cause
damage to the inside of the rheumatic diseases sendi.Kekambuhan are repeated attacks on the local
joints that can occur in individuals who has been experiencing pain in the joints . Otherwise , if the
respondent suffers rare recurrence of rheumatic less than six months with a recurrence frequency of
one to five times a year , and stated that often recur when respondents with rheumatic more than one
year with a recurrence frequency is more than five times setahun.Adapun purpose of this research is to
hubunganpengetahuan know about the prevention of the recurrence Arhtritis Arhtritis Rheumatoid
arthritis Health Center in East Rim Bengkulu.Jenis City is a descriptive study , the health center has
conducted research on the East Rim of Bengkulu on Knowledge Relations with relapse prevention
Arhtritis Arhtritis Rheumatoid arthritis Health Center in East Rim of Bengkulu in 2012 , with
respondents as many as 64 people . The sampling technique used in the study is the total sampling .
Primary data retrieval using kuisioner.Dari result showed that knowledge about the prevention of

rheumatoid arthritis respondents in Bengkulu City Health Center East Rim is 62.5 % good enough ,
rheumatoid arthritis recurrence rate in Bengkulu City Health Center East Rim largely rarely recur and
there is a relationship of knowledge on the prevention of recurrence of rheumatoid arthritis with
rheumatoid arhtiritis P = 0.03 . From this study, it is expected that the various stakeholders in order to
improve health services and counseling on disease recurrence Arhtritis arthritis .
Keywords : Recurrence, Rheumatoid Arhtritis

PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatkankesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang banyak menderita Artritis Rheumatoid baik dipedesaan maupun diperkotaan,
agar terwujud derajatkesehatan yang setinggi tingginya melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dannegara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
sehat, memiliki untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil
dan merata, diseluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes RI, 2009).
Penyakit degeneratif yang perlu mendapat perhatian kita semua adalah
penyakit Artritis rheumatoidyang banyak diderita masyarakat baik dipedesaan
maupun di perkotaan.Selain itu penyakit ini bersifat progresif yang sering mengenai
jaringan lunak yang cenderung untuk menjadi kronis. (Armad, 2006)
Penyakit Artritis Rheumatoid dapat menyerang semua lapisan masyarakat
dengan berbagai tingkat sosio-ekonomi, pendidikan, ras, gender, dan usia.
Penyebabnya sangat beragam, mulai dari infeksi, trauma pada sendi, autoimun,
gangguan metabolik, dan keganasan.Nyeri sendi dan kekakuan sendi paling banyak
dikeluhkan oleh penderitanya. Sering kali, disertai keluhan lain seperti demam, rasa
lelah, penurunan berat badan, sulit tidur, dan sebagainya. Keadaan ini yang
menyebabkan turunnya produktivitas penderita bahkan sampai tidak bisa melakukan
aktivitas apapun (disabilitas) (Dalimartha, 2008).
Penderita Artritis rheumatoiddi dunia telah mencapai 335 juta jiwa. Angka
akan terus meningkat dan pada tahun 2025 diperkirakan lebih dari 25% akan
mengalami kondisi kelumpuhan akibat kerusakan tulang dan penyakit sendi,
sedangkan menurut survey yang dilakukan pada tahun 2000, sekitar 40% penduduk

Indonesia berada diatas 40 tahun mempunyai keluhan nyeri sendi dan otot, kendati
demikian, Artritis Rheumatoidbukan monopoli orang dewasa, karena dapat
menyerang anak anak dengan gejala serupa. (Isbagio, 2006)
Prevalensi Artritis Rheumatoidyang cukup tinggi dan sifatnya yang lebih
besar baik di negara maju maupun negara berkembang diperkirakan 1-2 juta orang
menderita cacatkarena tidak melaksanakan perawatan diri pada penderita penyakit
ini, contoh perawatan diri pada kekambuhanArtritis Rheumatoid dengan cara diet,
latihan/olah raga ringan, (Intan, 2008).
Penanggulangan Artritis Rheumatoid, bukan sekedar penggunaan obat
semata, namun perlu perawatan untuk mencegah kerusakan sendi. Sebenarnya obat
bagi penderita Artritis Rheumatoid mempunyai dua tujuan, yaitu menghilangkan
nyeri maupun peradangan serta bila mungkin menghentikan progesifitas penyakit dan
mencegah komplikasi.Untuk memperoleh hasil pengobatan yang baik, maka obat
harus tepat dalam dosis dan diberikan kepada penderita harus sesuai dan dalam
jangka waktu yang optimal,untuk rematik dianjurkan menggunakan obat penghilang
rasa sakit sederhana semacam paracetamol atau aspirin untuk nyeri yang ringan. Obat
ini tidak mempengaruhi proses peradangan yang terjadi. Sehingga berguna untuk
keluhan nyeri ringan dan bukan untuk pengobatan jangka panjang.Pencegahan ini
hanya bersifat sekunder, yaitu mencegah kambuhnya penyakit Artritis Rheumatoid
yang sudah dapat dikendalikan, bentuk pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan
menjaga kebugaran tubuh, mempertahankan berat badan yang ideal, mengurangi
stress psikologis dan segera mendapatkan pengobatan secara tepat apabila menderita
penyakit rematik sehingga kerusakan sendi yang berat dapat dihindari. (Myrnawati,
2008).
Masalah penyakit reumatik yang banyak terjadi di masyarakat di mana
mereka kurang memahami pencarian pelayanan kesehatan yang moderen untuk
mendapatkan pengobatan, masyarakat lebih cenderung mengobati sendiri dengan
mengkonsumsi obat bebas, jamu serta mencampurnya tanpa mencari pelayanan

kesehatan yang tepat sehingga risiko terjadinya kekambuhan penyakit reumatik dapat
terjadi.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk objek
kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri
(Wawan dan M. Dewi, 2010).
Orang beranggapan Artritis Rheumatoid bukanlah gangguan serius.Faktanya,
rematiktulang bisa mengancam kesehatan secara menyeluruh, terutama jika tidak
mendapat perawatan yang memadai. kebanyakan orang menilai kecil artritis
rheumatoid

dengan

menganggapnya

sebagai

rematiknya

nenek

sehingga

mengembalikannya, sehingga, mereka menunda pengobatan, bahkan hingga


berbulan bulan atau bertahun tahun. Dalam masa itu, kerusakan pada persendian
terus berlangsung (Teti, 2009).
Banyak mitos yang beredar seputar Artritis Rheumatoid, salah satu mitos
tentang Artritis Rheumatoid adalah, nyeri pada sendi membuat penderita harus
istirahat hampir sepanjang hari.Faktanya, justru sebaliknya nyeri sendi karena artritis
rheumatoid membutuhkan gerakan pelemasan dan latihan kebugaran.Memang
beristirahat perlu tapi sering, bukannya menguranginya.Otot sekitar persendian
menyumbang pada kekuatan dan kestabilan sendi.Karenanya, semua otot perlu
latihan reguler untuk tetap sehat (Teti, 2009).
Walaupun telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi penyakit artritis
rheumatoid,

namun

perilaku-perilaku

yang

mendukung

terjadinyaArtritis

Rheumatoid ini tetap ada, untuk merubah perilaku tersebut diperlukan perhatian
khusus dari petugas kesehatan dan individu itu sendiri. Perubahan perilaku tersebut
dipengaruhi 3 unsur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.Namun tidak semuayang
memiliki pengetahuan yang baik akan disertai sikap dan tindakan yang baik pula,

penyebab Artritis Rhumatoid bisa terjadi pada faktor genetik, hormon, infeksi.
(Notoatmodjo,2007).
Angka kesakitan di Kota Bengkulu saat ini terutama disebabkan oleh berbagai
penyakit. Angka kesakitan lebih dominan disebabkan oleh penyakit infeksi atau
penyakit menular, tetapi setiap tahun cenderung penyakit tidak menular (PTM)
menunjukkan peningkatan, hal ini dapat disebabkan karena perubahan gaya hidup dan
perubahan pola makan masyarakat. Secara tidak disadari besarnya masalah PTM
sangat berdampak pada kehidupan manusia.PTM sangat perlu penanganan secara
menyeluruh, meliputi penanganan faktor resiko, tatalaksana penderita, rehabilitasi
penderita dan pendidikan penderita. Dari data 10 penyakit tidak menular di Kota
Bengkulu, artritis rheumatoid berada di peringkat 5 yaitu 5.389 kasus, penyakit
terbanyak setelah gastritis 9,344 kasus, kecelakaan lalu lintas 6,519 kasus, hypertensi
5.714 kasus, dan penyakit kulit karena alergi 5,389 kasus (Dinkes kota
Bengkulu,2011).
Berdasarkan uraian diatas, dari sembilan belas puskesmas yang ada di Kota
Bengkulu,kejadian artritis rheumatoid tahun 2011 yang tertinggi berdasarkan usia,
>45 tahun adalah di wilayah kerja puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu, yang
berjumlah 420 orang. Berdasarkan hasil wawancara pada 8 klien penderita
ArtritisRheumatoiddi puskesmas Lingkar Timur,6 belum mengerti pencegahan
Artritis Rheumatoid. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah berhubungan denganpengetahuan tentang pencegahan artritis
rheumatoid dengankekambuhan artritis rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Timur Kota Bengkulu.
BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yaitusuatumetode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tentang
keadaan secara objektf (Notoatmodjo, 2002) penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan tentang pencegahan artritis rheumatoid dengan

kekambuhan artritis rheumatoid diwilayah kerja puskesmas Lingkar Timur Kota


Bengkulu tahun 2012
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita penyakit arthritis rheumatoid
yang datang ke puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu periode Januari-Desember
2011 dengan diagnosa artritis rheumatoid sebanyak 640 penderita, apabila populasi
>100 maka dapat diambil sampel 10 % dari jumlah populasi. Tetapi jika populasi
<100 maka sampel diambil secara keseluruhan.Dalam penelitian ini sampel yang di
ambil 640 dari populasi berjumlah 64 orang.
n=

10
100

X 640 = 64

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder,
Data Primer dilakukan dengan cara wawancara langsung pada responden sedangkan
data sekunder diperoleh dengan cara melihat rekam medik responden. Data yang
telah terkumpul diolah dengan beberapa tahap, yaitu edditing untuk memeriksa
kelengkapan data sehingga bila ada kekurangn dapat dilengkapi dan diperbaiki
terlebih ahulu, selanjutnya dikoding untuk mengklasisfikasikan data menurut kategori
selanjutnya scoring memberikan nilai kepada setiap kategori tabulasi data, entri, dan
cleaning data. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
kuesioner berisi pertanyaan dengan bentuk jawaban pilihan yang berjumlah 10
pertanyaan yang dijawabdengan memberi tanda check list () pada jawaban pilihan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita artritis rheumatoid.
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup yaitu 30 orang (46,9%), Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui
bahwa sebagian besar responden jarang mengalami kekambuhan yaitu 41 orang
(64,1%).Dari table diatas terlihat bahwa dari 20 orang responden dengan pengetahuan

kurang terdapat 8 orang (12,5%) mengalami kekambuhan yang sering dan 12 orang
(18,7%)mengalami kekambuhan yang jarang.
Dari 30 orang responden dengan pengetahuan yang cukup terdapat 9 orang
(14,1%) yang mengalami kekambuhan yang sering dan 21 orang (32,8%) mengalami
kekambuhan yang jarang.
Kemudian terdapat 14 orang responden dengan pengetahuan baik ada 6 orang
(9,4%) yang mengalami kekambuhan yang sering dan 8 orang (12,5%) yang
mengalami kekambuhan yang jarang. Dari uji statistic chi square (pearson chi square)
pada table 3x2, didapatkan nilai

= 0,003 dimana nilai < = 0,05 yang berarti

ada hubungan antara pengetahuan dan kekambuhan.


Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai Hubungan
Pengetahuan Tentang Pencegahan ArtritisRheumatoid dengan Kekambuhan Artritis
Rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu didapat bahwa sebagian
besar responden 41 orang (64,1%) jarang mengalami kekambuhan, kekambuhan yang
jarang terjadi pada responden sebanyak satu sampai lima kali kekambuhan selama
satu tahun

dan 23 orang responden (35,9%) sering mengalami kekambuhan,

kekambuhan yang sering terjadi pada responden sebanyak lebih dari lima kali dalam
satu tahun pada setiap responden. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang
dibagikan dan diisi oleh semua responden, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Arhtritis Rheumatoid dengan
terjadinya kekambuhan pada penderita Arhtritis Rheumatoid.
Dari hasil jawaban kuesioner yang ada didapatkan bahwa sebagian responden
20 orang (31,2%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kekambuhan
Arhtritis Rheumatoid, 30 orang responden (46,9%) pengetahuan cukup dan 14 orang
responden (21,9%) mempunyai pengetahuan baik tentang kekambuhan Arhtritis
Rheumatoid. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil jawaban dan isian kuesioner

responden bahwa sebagain penderita Arhtritis Rheumatoid masih belum mengerti


akan kekambuhan yang akan terjadi.
Menurut Notoatmodjo (2007)walaupun telah dilakukan berbagai upaya untuk
mengatasi penyakit artritis rheumatoid, namun perilaku-perilaku yang mendukung
terjadinya Artritis Rheumatoid ini tetap ada, untuk merubah perilaku tersebut
diperlukan perhatian khusus dari petugas kesehatan dan individu itu sendiri.
Perubahan perilaku tersebut dipengaruhi 3 unsur yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan.Namun tidak semua yang memiliki pengetahuan yang baik akan disertai
sikap dan tindakan yang baik pula, penyebab Artritis Rhumatoid bisa terjadi pada
faktor genetik, hormon, infeksi.
Hasil penelitian ini juga menemukan sebanyak 23 responden (35,9%) sering
mengalami kekambuhan arthritis rheumatoid sebanyak lima kali dalam satu tahun dan
41 responden (64,1%) jarang terjadi kekambuhan arthritis rheumatoid sebanyak satu
sampai lima kali selama satu tahun. Ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang
dibagikan pada responden dengan pertanyaan tentang berapa kali kekambuhan yang
terjadi selama satu tahun.bahwa selama satu tahun sering mengalami kekambuhan
lebih dari lima kali terjadi sebanyak 23 orang dan jarang mengalami kekambuhan
hanya mengalami satu sampai 5 kali dalam satu tahun sebanyak 41 orang.
Dari data yang telah diambil dan diteliti didapatkan bahwa ada hubungan
pengetahuan responden penderita Arhtritis Rheumatoid tentang kekambuhan penyakit
Arhtritis Rheumatoid.Kekambuhan yang terjadi pada penderita Arhtritis Rheumatoid
dikarenakan masih kurangnya pengetahuan penderita tentang penyakit arthritis
rheumatoid dan bagaimana penanganan bial terjadi kekambuhan, ini dapat dilihat dari
jawaban kuesioner yang menyatakan tidak mengetahui saat terjadinya kekambuhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian maka penulis dapat :

Pengetahuan responden tentang pencegahan artritis rheumatoid di Puskesmas

Lingkar Timur Kota Bengkulu adalah 62,5% cukup baik.


Angka kekambuhan artritis rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota

Bengkulu sebagian besar jarang kambuh.


Terdapat hubungan pengetahuan tentang pencegahan artritis rheumatoid dengan
kekambuhanarhtiritis rheumatoid dengan nilai P = 0,03.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran kepada

beberapa pihak yang terkait :


1. Bagi Puskesmas Lingkar Timur
Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Lingkar Timur hendaknya lebih
meningkatkan dalam memberikan penyuluhan dan pelayanankesehatan terutama
pada masyarakat yang sudah berusia lanjut tentang penanganan penyakit arthritis
rheumatoid dan harus mencari pengobatan kemana apabila terjadi kekambuhan
penyakit arthritis rheumatoid.
2. Bagi Akademik
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa untuk
menambah wawasan pengetahuan tentang pengetahuan akan penyakit arthritis
rheumatoid.
3. Bagi Responden
Bagi penderita Arhtritis Rheumatod bisa berobat secara teratur pada
pelayanan kesehatan dan menjauhi pantangan yang dapat memicu terjadinya
kekambuhan pada penyakit arthritis rheumatoid.
4. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya meneliti dengan jumlah sampel yang
lebih besar dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain dengan metode
dan variabel yang lain
DAFTAR PUSTAKA

Admin.(2010).
Rematik
www.google.com.

Bisakah

Disembuhkan?

Admin.(2011).
Arthtritis
Rhematoid.
http://naturindonesia.com.

Diakses

Diakses

24/06/2012

pada

20/06/2012.

Arikunto.(2006). Presedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rhineka Cipta :


Jakarta
Asmadi,(2009). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika:
Jakarta.
Dalimartha,S.(2008). Herbal Untuk Pengobatan Reumatik. Penebar Swadaya : Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu.( 2010) Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2010.
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu .(2011) Profil Kesehatan Kota Bengkulu Tahun
2011.
Potter,P.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktek/alih bahasa ,Komalasari,R(et.al) edisi 4. EGC: Jakarta.
Wawan & M.Dewi.(2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan, Perilaku
Manusia. Nuha Medika :Yogyakarta.
Isbagio, 2009. Kenali Artritis Rheumatoid. Diakses 24 Juni 2012. Diunduh dari ;
http//medicastore.co.id
Myrnawati, 2008. Mewaspadai efek samping obat Rematik. Diakses 24 Juni 2010.
Diunduh dari ; http//wwww.sinarharapan.ci.id/ iptek/kesehatan
Shopia, . 2009. Kenali Artritis Rheumatoid ; sistem imun yang menjalankan
Funsinya. Diakses 20 Juni 2012. Diunduh dari ; www.medcastore.com
Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ;
Salemba Medikal
Adnan, 2008. Penyakit Artritis Rheumatoid yang sering dijumpai seharihari,
diakses 25 Juni 2012. Diunduh dari ; http//www.kalbe. co.id.
Lemone & Burke, 2001. Rematik tak sekedar nyeri sendi. Di akses 5 Juli 2012.
Diunduh dari http/www.bataviase.go.id

Almatsier, 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.


Corwin, 2001. Ilmu keperawatan. Jakarta: EGC
Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan ; Jakarta ; Rineka Cipta
___________, 2005. Promosi kesehatan dan aplikasi ; Jakarta ; Rineka Cipta
Notoadmodjo, 2007. Promosi kesehatan dan prilaku ; Jakarta ; Rineka Cipta
Nursalam, 2003. Konsep penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta ; salemba medika
Intan, 2009. Nyeri sendi sendi akibat rematk. Diakses 9 Juli 2012. Diunduh dari ;
http//fptijateng.multiply.com
Teti, 2009. Nyeri sendi sendi akibat rematik. Diakses 9 Juli 2012. Diunduh dari ;
www.pengda jawatengah.com
Reever, C. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta ; salemba medika
Setiawan, D. 2004. Resep tumbuhan obat untuk rematik. Jakarta ; penebar Swadaya

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita arthritis rheumatoid di
Puskesmas Lingkar Timur tahun 2011
No
Pengetahuan
1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
Jumlah

Frekuensi
20
30
14
64
Tabel 2

Persen (%)
31,2
46,9
21,9
100

Distribusi Frekuensi Kekambuhan arthritis rheumatoid di Puskesmas


Lingkar Timur Tahun 2012
No
Kekambuhan
1 Sering
2 Jarang
Jumlah

Frekuensi
23
41
64

Persen (%)
35,9
64,1
100

Tabel 3
Hubungan antara Pengetahuan tentang Pencegahan arthritis rheumatoid dengan
Kekambuhan arthritis rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu
Tahun 2011
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total

Kekambuhan Arthritis Rheumatoid


Sering
Jarang
Jumlah
F
%
F
%
F
%
8
12,5
12
18,7
20
100
9
14,1
21
32,8
30
100
6
9,4
8
12,5
14
100
23
36
41
64
64
100

0,003

Anda mungkin juga menyukai