rheumatoid arthritis respondents in Bengkulu City Health Center East Rim is 62.5 % good enough ,
rheumatoid arthritis recurrence rate in Bengkulu City Health Center East Rim largely rarely recur and
there is a relationship of knowledge on the prevention of recurrence of rheumatoid arthritis with
rheumatoid arhtiritis P = 0.03 . From this study, it is expected that the various stakeholders in order to
improve health services and counseling on disease recurrence Arhtritis arthritis .
Keywords : Recurrence, Rheumatoid Arhtritis
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 adalah
meningkatkankesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang banyak menderita Artritis Rheumatoid baik dipedesaan maupun diperkotaan,
agar terwujud derajatkesehatan yang setinggi tingginya melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dannegara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup
sehat, memiliki untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil
dan merata, diseluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes RI, 2009).
Penyakit degeneratif yang perlu mendapat perhatian kita semua adalah
penyakit Artritis rheumatoidyang banyak diderita masyarakat baik dipedesaan
maupun di perkotaan.Selain itu penyakit ini bersifat progresif yang sering mengenai
jaringan lunak yang cenderung untuk menjadi kronis. (Armad, 2006)
Penyakit Artritis Rheumatoid dapat menyerang semua lapisan masyarakat
dengan berbagai tingkat sosio-ekonomi, pendidikan, ras, gender, dan usia.
Penyebabnya sangat beragam, mulai dari infeksi, trauma pada sendi, autoimun,
gangguan metabolik, dan keganasan.Nyeri sendi dan kekakuan sendi paling banyak
dikeluhkan oleh penderitanya. Sering kali, disertai keluhan lain seperti demam, rasa
lelah, penurunan berat badan, sulit tidur, dan sebagainya. Keadaan ini yang
menyebabkan turunnya produktivitas penderita bahkan sampai tidak bisa melakukan
aktivitas apapun (disabilitas) (Dalimartha, 2008).
Penderita Artritis rheumatoiddi dunia telah mencapai 335 juta jiwa. Angka
akan terus meningkat dan pada tahun 2025 diperkirakan lebih dari 25% akan
mengalami kondisi kelumpuhan akibat kerusakan tulang dan penyakit sendi,
sedangkan menurut survey yang dilakukan pada tahun 2000, sekitar 40% penduduk
Indonesia berada diatas 40 tahun mempunyai keluhan nyeri sendi dan otot, kendati
demikian, Artritis Rheumatoidbukan monopoli orang dewasa, karena dapat
menyerang anak anak dengan gejala serupa. (Isbagio, 2006)
Prevalensi Artritis Rheumatoidyang cukup tinggi dan sifatnya yang lebih
besar baik di negara maju maupun negara berkembang diperkirakan 1-2 juta orang
menderita cacatkarena tidak melaksanakan perawatan diri pada penderita penyakit
ini, contoh perawatan diri pada kekambuhanArtritis Rheumatoid dengan cara diet,
latihan/olah raga ringan, (Intan, 2008).
Penanggulangan Artritis Rheumatoid, bukan sekedar penggunaan obat
semata, namun perlu perawatan untuk mencegah kerusakan sendi. Sebenarnya obat
bagi penderita Artritis Rheumatoid mempunyai dua tujuan, yaitu menghilangkan
nyeri maupun peradangan serta bila mungkin menghentikan progesifitas penyakit dan
mencegah komplikasi.Untuk memperoleh hasil pengobatan yang baik, maka obat
harus tepat dalam dosis dan diberikan kepada penderita harus sesuai dan dalam
jangka waktu yang optimal,untuk rematik dianjurkan menggunakan obat penghilang
rasa sakit sederhana semacam paracetamol atau aspirin untuk nyeri yang ringan. Obat
ini tidak mempengaruhi proses peradangan yang terjadi. Sehingga berguna untuk
keluhan nyeri ringan dan bukan untuk pengobatan jangka panjang.Pencegahan ini
hanya bersifat sekunder, yaitu mencegah kambuhnya penyakit Artritis Rheumatoid
yang sudah dapat dikendalikan, bentuk pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan
menjaga kebugaran tubuh, mempertahankan berat badan yang ideal, mengurangi
stress psikologis dan segera mendapatkan pengobatan secara tepat apabila menderita
penyakit rematik sehingga kerusakan sendi yang berat dapat dihindari. (Myrnawati,
2008).
Masalah penyakit reumatik yang banyak terjadi di masyarakat di mana
mereka kurang memahami pencarian pelayanan kesehatan yang moderen untuk
mendapatkan pengobatan, masyarakat lebih cenderung mengobati sendiri dengan
mengkonsumsi obat bebas, jamu serta mencampurnya tanpa mencari pelayanan
kesehatan yang tepat sehingga risiko terjadinya kekambuhan penyakit reumatik dapat
terjadi.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk objek
kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri
(Wawan dan M. Dewi, 2010).
Orang beranggapan Artritis Rheumatoid bukanlah gangguan serius.Faktanya,
rematiktulang bisa mengancam kesehatan secara menyeluruh, terutama jika tidak
mendapat perawatan yang memadai. kebanyakan orang menilai kecil artritis
rheumatoid
dengan
menganggapnya
sebagai
rematiknya
nenek
sehingga
namun
perilaku-perilaku
yang
mendukung
terjadinyaArtritis
Rheumatoid ini tetap ada, untuk merubah perilaku tersebut diperlukan perhatian
khusus dari petugas kesehatan dan individu itu sendiri. Perubahan perilaku tersebut
dipengaruhi 3 unsur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.Namun tidak semuayang
memiliki pengetahuan yang baik akan disertai sikap dan tindakan yang baik pula,
penyebab Artritis Rhumatoid bisa terjadi pada faktor genetik, hormon, infeksi.
(Notoatmodjo,2007).
Angka kesakitan di Kota Bengkulu saat ini terutama disebabkan oleh berbagai
penyakit. Angka kesakitan lebih dominan disebabkan oleh penyakit infeksi atau
penyakit menular, tetapi setiap tahun cenderung penyakit tidak menular (PTM)
menunjukkan peningkatan, hal ini dapat disebabkan karena perubahan gaya hidup dan
perubahan pola makan masyarakat. Secara tidak disadari besarnya masalah PTM
sangat berdampak pada kehidupan manusia.PTM sangat perlu penanganan secara
menyeluruh, meliputi penanganan faktor resiko, tatalaksana penderita, rehabilitasi
penderita dan pendidikan penderita. Dari data 10 penyakit tidak menular di Kota
Bengkulu, artritis rheumatoid berada di peringkat 5 yaitu 5.389 kasus, penyakit
terbanyak setelah gastritis 9,344 kasus, kecelakaan lalu lintas 6,519 kasus, hypertensi
5.714 kasus, dan penyakit kulit karena alergi 5,389 kasus (Dinkes kota
Bengkulu,2011).
Berdasarkan uraian diatas, dari sembilan belas puskesmas yang ada di Kota
Bengkulu,kejadian artritis rheumatoid tahun 2011 yang tertinggi berdasarkan usia,
>45 tahun adalah di wilayah kerja puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu, yang
berjumlah 420 orang. Berdasarkan hasil wawancara pada 8 klien penderita
ArtritisRheumatoiddi puskesmas Lingkar Timur,6 belum mengerti pencegahan
Artritis Rheumatoid. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah berhubungan denganpengetahuan tentang pencegahan artritis
rheumatoid dengankekambuhan artritis rheumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkar Timur Kota Bengkulu.
BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
yaitusuatumetode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan tentang
keadaan secara objektf (Notoatmodjo, 2002) penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan tentang pencegahan artritis rheumatoid dengan
10
100
X 640 = 64
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder,
Data Primer dilakukan dengan cara wawancara langsung pada responden sedangkan
data sekunder diperoleh dengan cara melihat rekam medik responden. Data yang
telah terkumpul diolah dengan beberapa tahap, yaitu edditing untuk memeriksa
kelengkapan data sehingga bila ada kekurangn dapat dilengkapi dan diperbaiki
terlebih ahulu, selanjutnya dikoding untuk mengklasisfikasikan data menurut kategori
selanjutnya scoring memberikan nilai kepada setiap kategori tabulasi data, entri, dan
cleaning data. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
kuesioner berisi pertanyaan dengan bentuk jawaban pilihan yang berjumlah 10
pertanyaan yang dijawabdengan memberi tanda check list () pada jawaban pilihan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan penderita artritis rheumatoid.
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan cukup yaitu 30 orang (46,9%), Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui
bahwa sebagian besar responden jarang mengalami kekambuhan yaitu 41 orang
(64,1%).Dari table diatas terlihat bahwa dari 20 orang responden dengan pengetahuan
kurang terdapat 8 orang (12,5%) mengalami kekambuhan yang sering dan 12 orang
(18,7%)mengalami kekambuhan yang jarang.
Dari 30 orang responden dengan pengetahuan yang cukup terdapat 9 orang
(14,1%) yang mengalami kekambuhan yang sering dan 21 orang (32,8%) mengalami
kekambuhan yang jarang.
Kemudian terdapat 14 orang responden dengan pengetahuan baik ada 6 orang
(9,4%) yang mengalami kekambuhan yang sering dan 8 orang (12,5%) yang
mengalami kekambuhan yang jarang. Dari uji statistic chi square (pearson chi square)
pada table 3x2, didapatkan nilai
kekambuhan yang sering terjadi pada responden sebanyak lebih dari lima kali dalam
satu tahun pada setiap responden. Hal ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner yang
dibagikan dan diisi oleh semua responden, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Arhtritis Rheumatoid dengan
terjadinya kekambuhan pada penderita Arhtritis Rheumatoid.
Dari hasil jawaban kuesioner yang ada didapatkan bahwa sebagian responden
20 orang (31,2%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kekambuhan
Arhtritis Rheumatoid, 30 orang responden (46,9%) pengetahuan cukup dan 14 orang
responden (21,9%) mempunyai pengetahuan baik tentang kekambuhan Arhtritis
Rheumatoid. Sehingga dapat disimpulkan dari hasil jawaban dan isian kuesioner
Admin.(2010).
Rematik
www.google.com.
Bisakah
Disembuhkan?
Admin.(2011).
Arthtritis
Rhematoid.
http://naturindonesia.com.
Diakses
Diakses
24/06/2012
pada
20/06/2012.
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita arthritis rheumatoid di
Puskesmas Lingkar Timur tahun 2011
No
Pengetahuan
1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
Jumlah
Frekuensi
20
30
14
64
Tabel 2
Persen (%)
31,2
46,9
21,9
100
Frekuensi
23
41
64
Persen (%)
35,9
64,1
100
Tabel 3
Hubungan antara Pengetahuan tentang Pencegahan arthritis rheumatoid dengan
Kekambuhan arthritis rheumatoid di Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu
Tahun 2011
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Total
0,003