Anda di halaman 1dari 13

Percobaan IX

PENENTUAN ENERGI AKTIVASI REAKSI

1. Tujuan Percobaan
1. Dapat menentukan tenaga pengaktifan reaksi ion persulfat dengan ion iodide.
2. Dapat menentukan tenaga pengaktifan reaksi hydrogen peroksida dengan ion
iodide.

2. Landasan teori

Di dalam ilmu kimia, energi aktivasi merupakan sebuah istilah yang


diperkenalkan oleh Svante Arrhenius, yang didefinisikan sebagai energi yang
harus dilampaui agar reaksi kimia dapat terjadi. Energi aktivasi bisa juga diartikan
sebagai energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat
terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi biasanya dilambangkan sebagai Ea, dengan
satuan kilo joule per mol.

Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat
besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung
dengan pasokan energi yang lebih rendah.

Teori Tumbukan Dan Teori Keadaan Transisi

Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan
reaksi antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang
terjadi per satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan
yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B.
Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah
tumbukan yang terjadi.

TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN,


ANTARA LAIN :

tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu


yang harus dilewati (disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak
dapat menghasilkan reaksi. Reaksi hanya akan terjadi bila energi
tumbukannya lebih besar atau sama dengan energi pengaktifan (Ea).

molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan


yang tidak sama jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana
struktur ruangnya.

Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori
laju reaksi absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang
harus dilewati oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke
keadaan akhir (produk). Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi.
Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut:

A + B ® T* --> C + D

dimana:

- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi


- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi

SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI KURVA


BERIKUT
Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan
awal sampai dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-
molekul pereaksi harus memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan
(Ea) agar dapat mencapai keadaan transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi
(C + D).

Catatan: :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang
dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.

Stoikiometri reaksi persulfat dengan ion iodide adalah:

S2O82- + 2 I- 2SO42- + I2
Jika reaksi dijalankan pada konsentrasi iodide konstan, maka reaksi adalah
tingkat satu terhadap persulfat dan laju reaksi dapat dinyatakan dengan

-d[S2O82- ]/dt = k[S2O82-]

Jika konsentrasi awal adalah a dan konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka
integrasi persamaan memberikan

kt = ln (a/a-x)

Setelah reaksi berjalan 1/n bagian dari sem[urna, x = a/n, dan

k = 1/ (1/n) ln (1/(1-1/n))

Waktu untuk menyelesaikan 1/n bagian reaksi itu dapat diamati dengan
menabahkan sejumlah ion tosulfat dan larutan ammonium dalam campuran
reaksi. Tiosulfat memberikan efek regenerasi iodida karena terjadi reaksi :

S2O22- + I2 2I- + S4O62-

Konsentrasi ion iodide dengan demikian adalah konstan dan karena reaksi
ini demikian cepat, maka tidak ada yodium yang dibebaskan sampai nsemua ion
tiosulfat telah habis yaitu pada waktu larutan berubah menjadi biru.
Pengaruh temperatur pada laju reaksi dinyatakan dengan persamaan Arrenius

k = 1/t(1/n) ln (1/(1-1/n))

ln k = ln 1/t(1/n) + ln ln (1/(1-1/n))

ln A – E/RT = ln 1/t(1/n) + ln ln (1/(1-1/n))

ln A – E/RT = ln 1 - ln t(1/n) + ln ln (1/(1-1/n))

ln t(1/n) = E/RT - ln A + ln ln (1/(1-1/n))

ln t(1/n) = E/RT + ln 1/A + ln ln (1/(1-1/n))

Waktu untuk berlangsungnyareaksi 1/n bagian dapatdiamati untuk


konsentrasi-konsentrasi reaktan yang sama pada variasi temperatur T dan grafik
ln t(1/n) versus 1/T memberian garis lurus dengan gradient E/R.

3. Alat dan Bahan


3.1. Alat
1. Tabung 100mL 2 buah
2. Gelas piala besar
3. termostat
4. Pipet
5. Thermometer
6. stopwatch

3.2. Bahan
1. Larutan KI 0.5M
2. Larutan kalium persulfat 0.01M
3. Larutan H2O2 3%
4. Larutan Na2S2O3 0.1 M
5. Larutan indicator amilum segar
6. Akuades
4. Prosedur Kerja
1. Disediakan 2 tabung 100mL dalam gelas piala besar yang dipenuhi air dan es
dengan suhu 5oC sebagai thermostat.
2. Tabung 1 diisi dengan 25mL larutan KI 0.5M dan 1 mL Na2S2O3 0.1 M.
3. Tabung 2 diisi dengan 25mL H2O2 3% ditambah 5 tetes amilum dan 1mL
H2SO4.
4. Tabung-tabung tersebut dibiarkan mencapai temperature thermostat.
5. Setelah mencapai temperature yang ditentukan tabung 2 dituangkan ke
tabung 1, dikocok bersamaan dengan perhitungan waktu dengan stopwarch
hingga warna pada larutan berubah.
6. Diulangi procedure tersebut pada interval temperature 10-50oC selang 10oC.
7. Ulangi procedure diatan menggunakan kalium persulfat 0.01M sbagai
pengganti H2O2.

5. Hasil Percobaan dan Pembahasan


5.1. Hasil Percobaan
Hasil Percobaan adalah sebagai beriukut (perhitungan pada data
terlampir) :

1. Penurunan suhu reaksi H2O2

No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t


1 323,15 0.0031 2 0.69
2 313,15 0.0032 3 1.09
3 303,15 0.0033 4 1.38
4 293,15 0.0034 6 1.8
5 283,15 13 2.56
0.0035

2. Kenaikan Suhu reaksi H2O2


No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 283.15 0.0035 31 3.4
2 293.15 0.0034 17.5 2.86
3 303.15 0.0033 8.3 2.11
4 313.15 0.0032 4.3 1.45
5 323.15 0.0031 2.0 0.69
3. Penurunan Suhu reaksi persulfat
No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 323,15 0.0031 20 3
2 313,15 0.0032 49.7 3.9
3 303,15 0.0033 115 4.74
4 293,15 0.0034 207 5.33
5 283,15 389 5.96
0.0035

4. Kenaikan suhu reaksi persulfat


No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 283.15 0.0035 615 6.4
2 293.15 0.0034 326 5.78
3 303.15 0.0033 136 4.9
4 313.15 0.0032 86 4.45
5 323.15 0.0031 42 3.75

5.2. Pembahasan
Energy aktivasi reaksi secara cepat dapat diketahui dengan cara
mengamati waktu berlangsungnya reaksi, suatu reaksi terjadi apabila
tumbukan antara senyawa yang direaksikan efektif sehingga terbentuk
produk, apabila reaksi tersebut mudah terjadi dalam artian memiliki
energy aktivasi yang rendah maka tumbukan yang efektif akan lebih sering
terjadi dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan asas kestabilan
senyawa. Dalam percobaan yang dilakukan, direaksikan senyawa natrium
tiosulfat dan kalium persulfat dengan reaksi bersih sebagai berikut :

S2O82- + 2S2O32- 2SO42- + S4O62-

dalam tabung reaksi dimasukan larutan KI, ketika dicampurkan reaksi akan
berlangsung dengan cepat yaitu terbentuk iod akibat reaksi dengan ion
persulfat :

S2O82- + 2I- 2SO42- + I2

Kemudian reaksi antara iod dengan tiosianat membentuk tetrationat :


2S2O32- + I2 2I- + S4O62-

Berlangsungnya reaksi dapat diamati pada mana terjadi warna biru pada
larutan yang merupakan indikasi adanya senyawa iod dalam larutan,
warna biru timbul dari reaksi antara senyawa iod dan amilum yang
dipergunakan sebagai indicator reaksi.

Perubahan warna yang teramati menunjukan semakin cepat perubahan


warna yang terjadi seiring dengan bertambahnya temperature, hal ini
berkaitan dengan energy kinetic molekul didalam larutan, dimana energy
kinetic akan semakin besar apabila temperature semakin meningkat
sehingga tumbukan antar molekul akan lebih sering terjadi atau dengan
kata lain temperature membantu agar reaktan mencapai produk dengan
cara memberikan energy agar mencapai energy minimum yang diperlukan
untuk bereaksi membentuk produk(energy aktivasi).

Reaksi berdasar pada orde satu terhadap S2O82- dan orde satu terhadap
S2O32-, orde reaksi total adalah orde 2, yaitu laju reaksi bergantung pada
konsentrasi kedua reaktan. Untuk reaksi ion persulfat dengan ion I- orde
reaksi total adalah orde 2 yaitu orde satu terhadap masing-masing
reaktan, sama halnya dengan reaksi ion tiosulfat dan ion I- , orde reaksi
total adalah orde 2 yaitu orde satu terhadap masing-masing reaktan.

Percobaan kedua menggunakan hydrogen peroksida yang direaksikan


dengan natrium tiosulfat. Reaksi bersihnya adalah sebagai berikut :

H2O2 + 2S2O32- + 2H+ 2H2O + S4O62-

Pada stoikiometeri reaksi bersih terlihat diperlukannya H+ agar reaksi


berlangsung dengan kesetaraan stoikiometri tepat, H+ ditambahkan
dengan penambahan H2SO4 secukupnya pada larutan, pada percobaan
yang dilakukan ditambahkan 1mL H2SO4, dalam hal ini H2SO4 bertindak
sebagai katalis yang menawarkan alternative reaksi sehingga reaksi
berlangsung dengan energy aktivasi yang lebih rendah. Sebelum H2O2
direaksikan awalnya dilakukan pengenceran agar reaksi dapat di control
dan mencegah reaksi yang eksplosif dari H2O2 yang reaktif.
Larutan KI yang ditambahkan bereaksi dengan tipe yang sama seperti pada
reaksi dengan ion persulfat. Reaksi-reaksinya adalah sebagai berikut :

H2O2 + 2I- + 4H+ 4H2O + 2I2

2S2O32- + I2 2I- + S4O62-

Pengamatan terjadinya reaksi juga seperti pada reaksi dengan ion


persulfat yaitu perubahan warna larutan menjadi biru akibat dari I 2 yang
terbentuk pada larutan.

Orde reaksi total pada reaksi antara H2O2 dan tiosulfat merupakan reaksi
orde dua yaitu orde satu terhadap masing-masing reaktan.

Hasil perhitungan menunjukan bahwa energy aktivasi reaksi oksidasi


reduksi H2O2 dengan ion tiosulfat dalam larutan KI (reaksi 1) lebih rendah
bila di bandingkan dengan reaksi antara ion persulfat dengan ion tiosianat
dalam larutan KI (reaksi 2). Hal tersebut menunjukan bahwa reaksi satu
lebih mudah terjadi, pada reaksi satu ditambahkan H2SO4 sebagai katalis,
penambahan H2SO4 meberikan efek mempercepat laju reaksi dengan cara
menurunkan energy aktivasi, H2O2 juga merupakan senyawa yang lebih
reaktif bila dibandingkan dengan ion persulfat hal ini disebabkan oleh
senyawa H2O2 yang cenderung kurang stabil dan lebih cenderung
membentuk senyawa H2O yang jauh lebih stabil. Pada reaksi ion persulfat
dan ion tiosianat, reaksi berjalan tanpa diperlukannya katalis hal ini
terlihat dari stoikiometri reaksi yaitu persulfat tereduksi secara spontan
dengan adanya ion I- tanpa diperlukannya suatu katalis.

Terdapat perbedaan antara pengamatan yang dilakukan dengan


menurunkan suhu dan menaikan suhu terutama pada reaksi dengan
H2O2, pada reaksi persulfat perbedaaan tidak significant sehingga dapat
dianggap sama. Kemungkinan perbedaan timbul akibat kondisi reaktan
yang berbeda pada tersebut dan suhu yang kurang dapat dikontrol dan
terdapat ketidak samaan antara menurunkan suhu dan menaikan suhu.
6. Kesimpulan

Berikut merupakan table energy aktivasi yang diperoleh dari percobaan


dan perhitungan :

Reaksi Energi aktivasi (Ea)(kJ/mol)


Penurunan suhu, reaksi H2O2 34.18
Kenaikan suhu, reaksi H2O2 56.78
Penurunan suhu, reaksi ion S2O82- 61.10
Kenaikan suhu, reaksi ion S2O82- 55.12

7. Daftar Pustaka
Vogel .(1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Jakarta.

Petrucci. (1994). Kimia dasar jilid 2. Erlangga. Jakarta

Brown,Lemay (1994). Modern Chemistry The central science 9th. Pearson Education.inc.
New Jersey

Anonimous.(2005)." "http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_aktivasi"
Lampiran 2

Penentuan Ea dan A
5. Penurunan suhu reaksi H2O2

No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t


1 323,15 0.0031 2 0.69
2 313,15 0.0032 3 1.09
3 303,15 0.0033 4 1.38
4 293,15 0.0034 6 1.8
5 283,15 13 2.56
0.0035

Grafik Hubungan antara 1/T (sumbu x) dan ln t (sumbu y)


3

2.5 y = 4112.4x - 12.067

1.5

0.5

0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036

6. Kenaikan Suhu reaksi H2O2


No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 283.15 0.0035 31 3.4
2 293.15 0.0034 17.5 2.86
3 303.15 0.0033 8.3 2.11
4 313.15 0.0032 4.3 1.45
5 323.15 0.0031 2.0 0.69

Grafik Hubungan antara 1/T (sumbu x) dan ln t (sumbu y)


4

3.5 y = 6830x - 20.437

2.5

1.5

0.5

0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036
7. Penurunan Suhu reaksi persulfat
No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 323,15 0.0031 20 3
2 313,15 0.0032 49.7 3.9
3 303,15 0.0033 115 4.74
4 293,15 0.0034 207 5.33
5 283,15 389 5.96
0.0035

Grafik Hubungan antara 1/T (sumbu x) dan ln t (sumbu y)


7

6 y = 7350x - 19.669

0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036

8. Kenaikan suhu reaksi persulfat


No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 283.15 0.0035 615 6.4
2 293.15 0.0034 326 5.78
3 303.15 0.0033 136 4.9
4 313.15 0.0032 86 4.45
5 323.15 0.0031 42 3.75

Grafik Hubungan antara 1/T (sumbu x) dan ln t (sumbu y)


7
y = 6630x - 16.823
6

0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036

Anda mungkin juga menyukai