1. Tujuan Percobaan
1. Dapat menentukan tenaga pengaktifan reaksi ion persulfat dengan ion iodide.
2. Dapat menentukan tenaga pengaktifan reaksi hydrogen peroksida dengan ion
iodide.
2. Landasan teori
Terkadang suatu reaksi kimia membutuhkan energi aktivasi yang teramat sangat
besar, maka dari itu dibutuhkan suatu katalis agar reaksi dapat berlangsung
dengan pasokan energi yang lebih rendah.
Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang
bagaimana suatu reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan
reaksi antara dua jenis molekul A dan B sama dengan jumiah tumbukan yang
terjadi per satuan waktu antara kedua jenis molekul tersebut. Jumlah tumbukan
yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan konsentrasi B.
Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula jumlah
tumbukan yang terjadi.
Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori
laju reaksi absolut. Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang
harus dilewati oleh molekul-molekul yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke
keadaan akhir (produk). Keadaan tersebut dinamakan keadaan transisi.
Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut:
A + B ® T* --> C + D
dimana:
Catatan: :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang
dibutuhkan oleh molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.
S2O82- + 2 I- 2SO42- + I2
Jika reaksi dijalankan pada konsentrasi iodide konstan, maka reaksi adalah
tingkat satu terhadap persulfat dan laju reaksi dapat dinyatakan dengan
Jika konsentrasi awal adalah a dan konsentrasi pada waktu t adalah a-x, maka
integrasi persamaan memberikan
kt = ln (a/a-x)
k = 1/ (1/n) ln (1/(1-1/n))
Waktu untuk menyelesaikan 1/n bagian reaksi itu dapat diamati dengan
menabahkan sejumlah ion tosulfat dan larutan ammonium dalam campuran
reaksi. Tiosulfat memberikan efek regenerasi iodida karena terjadi reaksi :
Konsentrasi ion iodide dengan demikian adalah konstan dan karena reaksi
ini demikian cepat, maka tidak ada yodium yang dibebaskan sampai nsemua ion
tiosulfat telah habis yaitu pada waktu larutan berubah menjadi biru.
Pengaruh temperatur pada laju reaksi dinyatakan dengan persamaan Arrenius
k = 1/t(1/n) ln (1/(1-1/n))
ln k = ln 1/t(1/n) + ln ln (1/(1-1/n))
3.2. Bahan
1. Larutan KI 0.5M
2. Larutan kalium persulfat 0.01M
3. Larutan H2O2 3%
4. Larutan Na2S2O3 0.1 M
5. Larutan indicator amilum segar
6. Akuades
4. Prosedur Kerja
1. Disediakan 2 tabung 100mL dalam gelas piala besar yang dipenuhi air dan es
dengan suhu 5oC sebagai thermostat.
2. Tabung 1 diisi dengan 25mL larutan KI 0.5M dan 1 mL Na2S2O3 0.1 M.
3. Tabung 2 diisi dengan 25mL H2O2 3% ditambah 5 tetes amilum dan 1mL
H2SO4.
4. Tabung-tabung tersebut dibiarkan mencapai temperature thermostat.
5. Setelah mencapai temperature yang ditentukan tabung 2 dituangkan ke
tabung 1, dikocok bersamaan dengan perhitungan waktu dengan stopwarch
hingga warna pada larutan berubah.
6. Diulangi procedure tersebut pada interval temperature 10-50oC selang 10oC.
7. Ulangi procedure diatan menggunakan kalium persulfat 0.01M sbagai
pengganti H2O2.
5.2. Pembahasan
Energy aktivasi reaksi secara cepat dapat diketahui dengan cara
mengamati waktu berlangsungnya reaksi, suatu reaksi terjadi apabila
tumbukan antara senyawa yang direaksikan efektif sehingga terbentuk
produk, apabila reaksi tersebut mudah terjadi dalam artian memiliki
energy aktivasi yang rendah maka tumbukan yang efektif akan lebih sering
terjadi dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan asas kestabilan
senyawa. Dalam percobaan yang dilakukan, direaksikan senyawa natrium
tiosulfat dan kalium persulfat dengan reaksi bersih sebagai berikut :
dalam tabung reaksi dimasukan larutan KI, ketika dicampurkan reaksi akan
berlangsung dengan cepat yaitu terbentuk iod akibat reaksi dengan ion
persulfat :
Berlangsungnya reaksi dapat diamati pada mana terjadi warna biru pada
larutan yang merupakan indikasi adanya senyawa iod dalam larutan,
warna biru timbul dari reaksi antara senyawa iod dan amilum yang
dipergunakan sebagai indicator reaksi.
Reaksi berdasar pada orde satu terhadap S2O82- dan orde satu terhadap
S2O32-, orde reaksi total adalah orde 2, yaitu laju reaksi bergantung pada
konsentrasi kedua reaktan. Untuk reaksi ion persulfat dengan ion I- orde
reaksi total adalah orde 2 yaitu orde satu terhadap masing-masing
reaktan, sama halnya dengan reaksi ion tiosulfat dan ion I- , orde reaksi
total adalah orde 2 yaitu orde satu terhadap masing-masing reaktan.
Orde reaksi total pada reaksi antara H2O2 dan tiosulfat merupakan reaksi
orde dua yaitu orde satu terhadap masing-masing reaktan.
7. Daftar Pustaka
Vogel .(1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Jakarta.
Brown,Lemay (1994). Modern Chemistry The central science 9th. Pearson Education.inc.
New Jersey
Anonimous.(2005)." "http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_aktivasi"
Lampiran 2
Penentuan Ea dan A
5. Penurunan suhu reaksi H2O2
1.5
0.5
0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036
2.5
1.5
0.5
0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036
7. Penurunan Suhu reaksi persulfat
No T (Kelvin) 1/T (1/k) t ln t
1 323,15 0.0031 20 3
2 313,15 0.0032 49.7 3.9
3 303,15 0.0033 115 4.74
4 293,15 0.0034 207 5.33
5 283,15 389 5.96
0.0035
6 y = 7350x - 19.669
0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036
0
0.003 0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035 0.0036