Bagikan
Bagikan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan
yang tinggi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yaitu
mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir dan batin.
Hal ini diwujudkan dengan adanya paradigma sehat dan visi pambangunan
kesehatan yaitu Indonesia sehat 2010 ( Depkes RI, 1999).
Salah satu upaya pelayanan kesehatan yang terpenting adalah upaya
peningkatan kesehatan anak yang merupakan upaya di bidang kesehatan yang
salah satunya menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan anak yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak sebagai sumber daya
manusia pada masa yang akan datang (Depkes RI, 1999).
Angka kesakitan typus abdominalis di Indonesia, tertinggi (78%)
terdapat pada golongan umur 3 19 tahun (usia anak-anak sekolah). Menurut
laporan data surveilans yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans
Departemen Kesehatan, insiden penyakit menunjukkan angka yang terus
meningkat, yaitu jumlah kasus pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008,
berturut-turut adalah 17.4, 11.3, 15.1, 16.7, dan 17.3 per 10.000 penduduk.
Sementara data penyakit typus abdominalis dari Rumah Sakit dan Pusat
Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 2004 menjadi 125 kasus
pada tahun 2006 per 100.000 penduduk (Suhardjo, 2009).
Menurut data yang didapat dari Ruang Melati diketahui bahwa periode
tanggal 1 April 19 April 2010, 10 besar penyakit di ruang tersebut adalah
sebagai berikut : gastritis 2 kasus, diare 5 kasus, typoid 2 kasus, meningitis 1
kasus, kejang demam 1 kasus, broncopneumonia 2 kasus, sepsis 2 kasus, DHF
1 kasus, dan ISPA 1 kasus.
Peran perawat sangatlah penting dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien dengan kasus typus abdominalis.
Dalam hal ini perawat diharapkan dapat memberikan berbagai solusi untuk
masalah yang ada, membantu klien meningkatkan kontrol dan menggali
sumber pendidikan dan pendukung yang ada pada klien untuk memberikan
bantuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
An H umur 8 tahun dengan Typus Abdominalis di Ruang Melati Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Banjar ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai
asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Laporan ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.
b. Bagi Institusi
Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat pelayanan
kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya di ruang
anak.
c. Bagi Keperawatan
Laporan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.
BAB II
TYPUS ABDOMINALIS
1. Pengertian
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997 : 593).
Typus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman
salmonela typhosa, salmonella paratiphic A, B, C, menyerang virus halus
khususnya daerah uleum (Tohri et al, 2000 : 74).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa typhus
abdominalis merupakan penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut pada
saluran pencernaan, khususnya usus halus daerah ileum dengan gejala klinik
lebih dari satu minggu.
2. Etiologi
Typus abdominalis disebabkan oleh kuman :
a. Salmonella thyposa
Kuman ini termasuk golongan bakteri berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai flagel yang memungkinkan kuman ini dapat bergerak, tidak
berspora serta mempunyai tiga macam antigen, yaitu :
1) Antigen O (Ag O) : Antigen pada bagian soma
2) Antigen H (Ag H) : Antigen pada bagian flagel
3) Antigen Vi (Ag Vi) : Antigen pada bagian kapsul
b. Salmonella paratyphi A, B, dan C
3. Patofisiologi
Makanan atau minuman yang terkontaminasi salmonella typhosa masuk
lewat mulut ke dalam lambung, kemudian kuman mengalami penetrasi yang
memungkinkan kuman mati atau hidup. Bila tetap hidup, kuman akan masuk
ke dalam usus halus, melalui folikel limpa yang ada dipermukaan usus halus
ke saluran limfatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga res, yaitu hati, lien
dan tulang. Selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain
syaraf pusat (otak), ginjal dan jaringan limpa.
Infeksi pada hati akan mengkontaminasi cairan empedu yang dihasilkan
oleh hati, kemudian masuk ke kandang empedu sehingga terjadi kolesistis.
Melalui sirkulasi enterohepatik, maka cairan empedu akan masuk ke
duodenum dengan virulensi kuman yang tinggi dan akan menginfeksi intestin
kembali, khususnya bagian ileum, dimana akan terbentuk ulkus yang lonjong
dan dalam.
3
e. Aktivitas
Pada pasien typhus abdominalis terjadi peningkatan metabolisme
yang membutuhkan banyak energi akibat suhu tubuh yang tinggi, sehingga
cadangan makanan di dalam tubuh seperti glikogen dan lemak digunakan
untuk proses metabolisme tersebut. Akibatnya energi yang diperlukan
untuk pergerakkan tubuh berkurang dan anak akan mengalami kelemahan
fisik.
f. Kerusakan integritas kulit
Pengeluaran keringat yang banyak akibat demam yang tinggi dapat
menyebabkan kulit lembab dari basah. Keadaan demikian merupakan
kondisi yang ideal untuk berkembangbiaknya bakteri.
g. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakitnya
Dewasa ini pasien typhus abdominalis yang ringan serta orang tua
yang sanggup dan mengerti tentang perawatan pada pasien typhus
abdominalis dapat dirawat di rumah. Tetapi mengingat adanya beberapa
faktor resiko yang berperan dalam timbulnya typhus abdominalis yang
kebanyakan disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan orang tua,
maka penyuluhan perlu dilakukan atau diberikan.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Pola hidup sehari-hari
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik,
sumber air minum yang tidak sehat dan kondisi lingkungan rumah
yang tidak sehat serta kebersihan perseorangan yang buruk.
2) Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah pasien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan
terjadinya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah di dalam keluarga ada yang pernah atau sedang menderita
penyakit yang sama.
4) Keluhan yang dirasakan klien
Dikaji lengkap dengan PQRST, keluhan yang lazim dikeluhkan oleh
penderita typhus abdominalis antara lain :
a) Peningkatan suhu tubuh yang berfluktuasi
b) Tubuh lemah
c) Kurang nafsu makan
d) Perut kembung
e) Konstipasi atau diare
f) Nyeri abdomen
b. Data objektif
1) Peningkatan suhu tubuh
Minggu I : Demam intermitten
Minggu II : Demam remitten
6
d. Analisa data
No
1.
Data
DS :
Etiologi
Masalah
Proses infeksi di
Ketidakseimbangan
usus halus
Mempengaruhi
rangsang di nervus
vagus dalam
menyampaikan
reflek lokal ke
nasovagal
Sehingga sekresi
asam lambung
meningkat dan akan
merangsang
thalamus bagian
distal sebagai pusat
yang menimbulkan
mual
Nafsu makan
berkurang
Intake nutrisi
berkurang
nutrisi kurang
2.
DS :
Klien mengeluh badannya terasa
panas
DO :
- Suhu tubuh > 380C
- Titer salmonella (+)
- Leukosit (5000 /mm1)
- Nadi > 100 x/menit
- Muka merah
- Bibir pecah-pecah
Makan yang
terkotaminasi
salmonella typhosa
masuk ke dalam
usus halus
Terjadi proses
inflamasi
Masuk ke dalam
aliran darah
Merangsang sintesa
dalam pelepasan zat
pirogen oleh
leukosit pada
jaringan yang
merangsang
Impuls disampaikan
hypotalamus bagian
thermoregulator
melalui duktus
thoracicus
Hipertermia
Hipertemia
3.
DS :
- Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan tidur tidak
Stimulus demam
tinggi
Gangguan
pemenuhan istirahat
tidur
Saraf simpatis
terangsang untuk
memacu RAS
mengaktifkan kerja
organ tubuh
REM menurun
Klien terjaga
DS :
Keluarga mengatakan klien tidak
BAB selama 2 hari
DO :
- Perut kembung
- Klien tidak BAB 2 hari
Klien menderita
thypus abdominalis
Mengharuskan klien
berbaring lama
Peristaltik usus
menurun
Gangguan
eliminasi
pola
Gangguan
pemenuhan pola
eliminasi
5.
DS :
Klien mengeluh nyeri tekan di
abdomen
DO :
- Klien
tampak
meringis
kesakitan
Reaksi peradangan
pada usus halus
Kerusakan mukosa
usus halus
Merangsang
reseptor nyeri
Mengeluarkan
neurotransmiter
bradikinin,
serotinin, dan
bradikinin
Persepsi nyeri
Gangguan
rasa
nyaman : nyeri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan digesti dan absorpsi nutrien
b. Hipertemi berhubungan dengan adanya proses infeksi pada usus halus
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan
adanya rasa nyeri akibat peradangan
d. Gangguan pola eliminasi : BAB berhubungan dengan bedrest total
e. Gangguan rasa nyaman nyeri tekan di abdomen berhubungan dengan
kerusakan mukosa usus halus
3. Perencanaan
9
Kriteria Hasil
a)
Kriteria Hasil
teknik
a)
Kriteria Hasil
a)
Rasional
10
a)
c)
e)
f)
Kriteria Hasil
a)
Rasional
11
a)
Lingkungan
yang
tenang
mendorong pasien untuk bisa
istirahat
b) Pencahayaan yang terlalu terang
membuat pasien susah tidur
Intervensi
a)
b) Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
obat
pencahar
c) Obervasi bising usus
Rasional
a)
Dengan
memberikan
makanan
yang
mengandung
tinggi
serta diharapkan dapat
memperlancar BAB
b) Dapat
memperlancar
BAB
c)
Dapat
mengetahui
bising usus
Intervensi
Rasional
1.
1.
2.
2.
Hindarkan
stimulus
dengan memperberat
nyeri
4.
3.
4.
12
3.
Dapat
mengetahui
bising usus
Membantu mengurangi
nyeri
Memberikan
kenyamanan
yang
mengurangi nyeri
Mengurangi rangsang
dari
luar
yang
memperberat nyeri
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I.
Identitas Data
Nama
: An. H
Tempat tanggal lahir : Banjarsari
Umur
: 8 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Dusun Sindangkasih Banjarsari
Agama
: Islam
Nama ayah
: Tn T
Nama Ibu
: Ny D
Pekerjaan ayah
: Tani
Pekerjaan ibu
: IRT
Tanggal masuk
: 23 Maret 2010
Tanggal pengkajian : 23 Maret 2010
II.
Keluhan utama
Badan panas
III.
Riwayat penyakit sekarang
Setelah minum es, ibu klien mengatakan 2 hari kemudian badan anaknya
panas sebelumnya panas hanya siang hari tetapi selanjutnya panas terus
menerus dan menyebar keseluruh tubuh. Klien merasa nyaman apabila
diberi kompres hangat, klien merasa tidak nyaman apabila suhu badan
tinggi, kadang panas disertai menggigil, mual (+), muntah (-), makan dan
minum kurang.
Saat dikaji klien mengatakan badan panas terutama pada malam hari,
pusing, perut terasa sakit, mual sampai dengan muntah, mulut terasa pahit,
makan dan minum kurang. Keluhan panas berkurang bila minum obat dan
kompres.
IV.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
1. Prenatal
Ibu mengatakan hamil sampai umur 9 bulan, periksa di puskesmas tiap
bulan dan mendapatkan imunisasi TT 2 kali, saat kehamilan awal ibu
klien mengalami mual, muntah pada pagi hari.
2. Intranatal
Melahirkan ditolong oleh bidan di rumah, tidak ada komplikasi saat
lahir (lilitan tali pusat, perdarahan), lahir dengan BB 3000 gram, tidak
ada kebiruan setelah lahir, langsung nangis setelah lahir.
3. Postnatal
Bayi mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, dan
mendapatkan makanan tambahan mulai umur 6 bulan, juga
mendapatkan susu tambahan.
V.
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Tinggal dalam satu rumah
VII. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Ibunya
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, banyak keluarga yang
menengok
3. Hubungan dengan teman sebaya : Klien mempunyai teman sebaya
di lingkungan rumah dan sekolahnya
4. Pembawaan secara umum : Klien tampak lemah, pucat
5. Lingkungan rumah : Klien dan orang tua di rumah permanen
dengan tetangga yang tidak begitu padat
VIII. Kebutuhan dasar sebelum sakit dan saat sakit
1. Makanan yang disukai / tidak disukai
Cokelat, es krim, selera makan klien kurang
Alat makan yang dipakai : Plato, sendok, gelas
Pola makan / jam : 3kali per hari, 06.30, 13.00, 15.00
2. Pola tidur
Kebiasaan sebelum tidur (mainan, membaca cerita)
Tidur siang : Jarang tidur siang, malam pukul 21.00 06.00 WIB
Mandi : 2 kali sehari pagi sore
Aktivitas bermain : Klien aktif dengan teman sebaya
Eliminasi : BAB 2 kali perhari, BAK 4 kali perhari, di RS klien
BAB sedikit dengan konsistensi lembek
14
IX.
Jenis Pemeriksaan
HB
Leukosit
Trombosit
Hematokrit`
Hasil
10,0 gr/dl
8.000
165
31
Nilai Normal
16 21 gr /dl
4,0-10,0 -102/ul
140-400-1043/ul
P : 35 45 LK : 40-50
Widal
- Salmonela thyphi O 1/80
- Salmonella parathypi Ao 1/60
- Salmonella thyphi H 1/320
- Salmonella parathyphi AH 1/320
X.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: Composmentis
Tanda-tanda vital
: T : 100/70 mmHg
S : 39,50C
N : 104 x/mnt
R : 40 x/mnt
Antropometri
TB / BB lahir
: 49cm / 3000 gram
TB / BB sekarang
: 132 cm / 25 kg, BB sebelum sakit 26 kg
Lingkar kepala
: 49 cm
Lingkar perut
: 50 cm
LLA
: 14 cm
Pengkajian persistem
1. Sistem pernafasan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. Cardiovaskuler
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
S1 S2 murni reguler
3. Sistem persyarafan
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan saraf kranial
NI
N II
N III, IV, VI
NV
N VII
N VIII
N IX, X
N XI
N XII
dan
menutup
mulut,
4. Sistem pencernaan
Inspeksi
Mulut dan bibir simetris, bibir kering, dan pecahpecah, lidah kotor (thypoid tongue), ujung dan tepi
lidah kemerahan
Palpasi
abdomen
Perkusi
Auskultasi
5. Sistem integumen
Pertumbuhan rambut normal, penyebaran merata, turgor kulit baik,
berkeringat banyak pada saat panas timbul, akral dingin
6. Sistem genitorinaria
Klien berkemih + 3 kali perhari, tidak teraba distensi di kandung
kemih, genitalia tidak dikaji
7. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas bawah lengkap
Kekuatan otot
5
5
5
5
Pemeriksaan tingkat perkembangan
a. Kemandirian dan bergaul
Klien mempunyai banyak teman di lingkungan rumah maupun
sekolah
b. Motorik halus
Bergerak secara konstan, klien dapat menulis, mewarnai dengan
baik
c. Motorik kasar
Klien senang berolahraga, bermain seperti sepeda dan sepak bola
dengan teman-temannya
d. Bahasa dan kognitif
Bahasa sudah terorganisir, klien kelas III sekolah dasar
Analisa Data
XI.
No
1.
Data
DS :
Klien mengeluh badannya
panas
DS :
- S : 39,50C
- Muka tampak merah
- Keringat (+)
Etiologi
Makanan yang
terkontaminasi salmonella
thyposa
Bakteri melepas
endotoksin
17
Masalah
Gangguan
keseimbangan suhu
tubuh : Hipertermi
2.
DS :
Klien mengatakan
mulut
terasa pahit dan badan terasa
lemah
DO :
- Porsi makan tidak habis
- Klien tampak lemah
- Berat badan menurun
3.
DS :
Klien mengeluh nyeri tekan di
abdomen
DO :
- Klien tampak meringis
kesakitan
Merangsang sintesa
dalam pelepasan zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan yang
merangsang
Impuls disampaikan
hypotalamus bagian
thermoregulator melalui
duktus thoracicus
Hipertermi
Proses infeksi di usus
halus
Mempengaruhi rangsang
nervus vagus dalam
menyampaikan refleks
lokal ke nasovagal
Merangsang reseptor
nyeri
Mengeluarkan
neurotransmiter
bradikinin, serotinin, dan
bradikinin
18
Asupan
kurang
kebutuhan
nutrisi
dari
Gangguan
rasa
nyaman : nyeri
4.
DS :
- Klien mengatakan susah
tidur
- Klien mengatakan tidur
tidak nyenyak sering
terbangun
DO :
- Klien tampak lesu
- Suhu 39,50C
- Mata merah
5.
DS
:
Keluarga
klien
mengatakan anaknya tidak
bisa BAB selama 2 hari
DO :
- Tidak BAB selama 2 hari
- Perut kembung
- Bising usus 4 kali
permenit
Persepsi nyeri
Stimulus demam yang
tinggi
Merangsang susunan
syaraf otonom
Mengaktifasi
norcepireprin
REM menurun
Klien terjaga
Klien menderita thypus
abdominalis
Mengharuskan klien
berbaring lama
Gangguan pemenuhan
pola eliminasi
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan istirahat
Gangguan
pola
eliminasi : BAB
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan dengan
terjadinya proses imflamasi diusus halus akibat salmonella typhosa
2. Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus deman
tinggi
3. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terganggunya
reabsorbsi makanan di usus halus
4. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan kerusakan
mukosa usus halus
5. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan bedrest total
Tujuan
Keseimbangan
suhu
terpenuhi
Kriteria :
- Suhu 36 370C
- Bibir lembab
tubuh
1.
2.
19
Intervensi
Kaji
suhu
klien
(derajat dan pola)
perhatikan menggigil /
diaporesis
Pantau
suhu
1.
2.
Rasional
Suhu
38-390C
menunjukkan proses
penyakit infeksivus
pola
dengan
membantu diagnosis
Suhu
ruangan
3.
4.
2.
lingkungan,
batasi
pengunjung
Berikan
kompres
hangat (tapid sponge)
Kolaborasi
:
Antipiretik
3.
4.
1.
1.
2.
Berikan
perawatan
oral
Bantu klien dalam
memilih
makanan
dalam batasan diet
2.
3.
3.
4.
4.
5.
6.
3.
4.
5.
5.
6.
Berikan
makanan
dalam jumlah sedikit
dengan sering dan
penyajian menarik
Timbang BB tiap hari
bila memungkinkan
Kolaborasi pemberian
makanan
melalui
parenteral
Ajarkan klien teknik
relaksasi dan distraksi
Atur posisi senyaman
mungkin
5.
6.
5.
6.
7.
Hindarkan
stimulus
dengan memperberat
nyeri
7.
1.
Ciptakan
situasi
ruangan yang terang
1.
2.
Atur
pencahayaan
ruangan bila perlu
sediakan lampu tidur
2.
3.
Kolaborasi
Antibiotik
1.
Berikan
makanan
yang
mengandung
tinggi serat
20
1.
dipertahankan
mendekati normal
Dapat
membantu
mengurangi demam
Digunakan
untuk
menurunkan demam
dengan aksi sentral
dihipotalamus
Distensi
abdomen
sering terjadi disertai
hilangnya
bising
usus pada kasus
typhoid
dengan
perporasi
Menurunkan
rangsang muntah
Membantu
dalam
memenuhi
nutrisi
dengan batasan diet
Mengurangi
mual
dan meningkatkan
nafsu makan
Mengetahui
peningkatan
keberhasilan nutrisi
Membantu
memenuhi
nutrisi
klien
Membantu
mengurangi nyeri
Memberikan
kenyamanan
yang
mengurangi nyeri
Mengurangi
rangsang dari luar
yang memperberat
nyeri
Lingkungan
yang
terang
mendorong
klien untuk bisa
istirahat
Pencahayaan yang
terlalu
terang
membuat klien susah
tidur
Bekerja membunuh
kuman
salmonella
penyebab typhoid
Menurunkan demam
Dengan memberikan
makanan
yang
mengandung tinggi
serta
diharapkan
2.
3.
Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
pemberian
obat
pencahar
Observasi bising usus
2.
3.
dapat memperlancar
BAB
Dapat memperlancar
BAB
Dapat
mengetahui
bising usus
D. Tindakan Keperawatan
Dx
1.
2.
Implementasi
Tanggal 23 10 2010 jam 09.00 WIB
1. Mengkaji tanda vital, perhatikan menggigil,
diaporesis
TD : 100/70 mmHg
N : 100 x / menit
R : 40 x / menit
S : 3950C
Keringat banyak
R : Klien dan keluarga kooperatif
2. Memberikan kompres hangat dengan air
hangat yang dibalurkan ke tubuh klien
R : Klien mau dikompres, ibu klien mau
mengikuti contoh perawat
3. Memantau suhu ruangan / lingkungan
dengan membatasi pengunjung
Suhu lingkungan panas
Pengunjung banyak
R : Pengunjung mulai dibatasi
4. Kolaborasi
Memberikan antrain 200 mg (1100)
Tanggal 23 Maret 2010 jam 09.00
1. Mengkaji bising usus, distensi abdomen
BU 8 kali permenit
Mual (+)
R ; klien kooperatif, mengeluh sakit
2. Melakukan perawatan oral
Sikat gigi
R : Klien mau melakukan
3. Memberikan makanan dengan porsi kecil
dan dalam keadaan hangat
Makan sedikit demi sedikit
Makanan dimakan dalam keadaan hangat
R : Klien makan sedikit
4. Menimbang berat badan
Berat badan 25 kg
R : Klien kooperatif
S:
O:
A:
P:
I:
E:
S:
O:
A:
P:
I:
E:
3
21
S:
O:
Evaluasi
Tanggal 23 Maret 2010
Jam 20.30
- Klien mengeluh badan panas
- Haus
S : 3790C
N : 96 x /menit
R : 32 x / menit
T : 100 x / menit
Gangguan keseimbangan suhu
tubu panas (hipertermia)
- Kaji tanda vital (suhu)
- Kompres hangat
- Ciptakan lingkungan nyaman
- Kolaborasi : Antipiretik
- Mengkaji tanda vital
- Memberikan kompres hangat
- Membatasi pengunjung
- Kolaborasi
Antrain 200 mg
Masalah teratasi sebagian
Tanggal 23 Maret 2010
Jam 20.30
- Klien mengeluh mual
- Nafsu makan kurang
- BB : 25 kg
- Porsi makan porsi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
- Kaji bising usus
- Lakukan perawatan mulut
- Berikan makanan dalam
porsi kecil
- Timbang BB Harian
- Mengkaji bising usus
- Melakukan perawatan mulut
- Memberikan makanan dalam
porsi kecil
- Menimbang berat badan
Masalah belum teratasi
Tanggal 23 Maret 2010
jam 20.30 WIB
- Klien mengeluh nyeri
- Skala 2 ( 0 5)
- Klien meringis
2.
3.
A:
P:
I:
E:
4.
S:
O:
A:
P:
I:
E:
5.
S:
O:
A:
P:
I:
E:
Nyeri abdomen
- Kaji skala nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi dan
distraksi
- Hindarkan stimulus yang
berlebihan
- Mengkaji skala nyeri
- Mengajarkan teknik relaksasi
dan distraksi
- Menghindarkan
stimulus
yang berlebihan
Masalah mulai teratasi
Tanggal 24 Maret 2010
Jam 04.30 WIB
Klien kurang tidur lelap
- Mata merah
- Klien tampak lemah
Istirahat tidur kurang gelisah
- Ciptakan lingkungan yang
tenang
- Atur pencahayaan
- Berikan kenyamanan
- Menciptakan
lingkungan
yang tenang
- Mengatur pencahayaan
- Memberikan kenyamanan
Masalah belum teratasi
Tanggal 23 Maret 2010
Jam 13.20 WIB
- Keluarga klien mengeluh
klien tidak bisa BAB selama
2 hari
- Perut kembung
- Tidak bisa BAB selama 2
hari
- Bising usus 4 x/ menit
Gangguan pola eliminasi : BAB
- Berikan makanan yang tinggi
serat
- Kolaborasi dengan dokter
dalam
pemberian
obat
pencahar
- Observasi bising usus
- Memberikan makanan yang
tinggi serat
- Berkolaborasi dengan dokter
dalam
pemberian
obat
pencahar
- Mengobservasi bising usus
- Klien masih belum BAB
- Perut kembung
E. Catatan Perkembangan
No
Catatan Perkembangan
22
Paraf
1.
S:
O:
A:
P:
I:
E:
2.
S:
O:
A:
P:
I:
E:
3.
S:
O:
A:
P:
I:
E:
4.
S:
O:
A:
P:
I:
23
E:
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis mencoba membahas tentang kasus typus abdominalis
pada klien An H di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar.
Setelah melaksanakan praktek keperawatan secara langsung kepada klien, penulis
memahami bahwa proses keperawatan yang dilaksanakan tidak jauh berbeda
dengan teori yang didapat.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat
pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997 : 593).
Dari hasil pengkajian dalam data subjectif yang ditemukan penulis adalah
bahwa keluarga mengatakan ada salah satu keluarga anaknya menderita penyakit
typus abdominalis. Ibu klien mengatakan bahwa sejak + 1 minggu yang lalu ibu
mengatakan badannya panas, sebelumnya panas hanya siang hari tetapi
selanjutnya panas terus menerus tanpa henti. Kadang panas disertai menggigil,
mual (+), muntah (-), makan dan minum kurang. Saat dikaji klien mengatakan
badan panas, pusing, perut terasa sakit, mual, muntah, mulut terasa pahit, makan
dan minum kurang. Keluhan panas berkurang bila minum obat dan dengan
kompres.
Masalah yang biasanya muncul pada kasus typus abdominalis adalah nyeri
tekan di abdomen, hipertermi, gangguan pemenuhan istirahat tidur, dan gangguan
pola eliminasi BAB.
A. Hasil pengkajian masalah yang dilakukan penulis diketahui bahwa masalah
yang muncul pada klien adalah :
1. Gangguan keseimbangan suhu tubuh
Ditandai dengan suhu tubuh klien 3950C, muka tampak merah, dan
berkeringan. Sehingga dilakukan pemantauan suhu tubuh klien,
pemantauan suhu lingkungan, pemberian kompres hangat, dan
memberikan antipiretik.
2. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan
Ditandai dengan klien mengatakan bahwa mulut terasa pahit dan
badan terasa lemas, porsi makan tidak habis, dan klien tampak lemah.
Sehingga perlu dikaji abdomen klien, memberikan perawatan oral,
membantu klien dalam memilih makanan dalam batasan diet, memberikan
makanan dalam jumlah sedikit dengan sering dan penyajian menarik,
menimbang BB klien setiap hari, dan berkolaborasi dalam melakukan
pemberian makanan parenteral.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri
Ditandai dengan klien memegangi daerah abdomen, wajah klien
meringis dan klien mengeluh nyeri abdomen. Sehinga klien harus
diajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengatur posisi klien senyaman
mungkin, dan mengindarkan klien pada stimulus yang memperberat nyeri.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat
25
27
BAB V
KESIMPULAN
Setelah dilaksanakannya proses asuhan keperawatan pada An H dengan
kasus typus abdominalis di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Banjar dapat diambil kesimpulan sesuai dengan tujuan khusus, yaitu sebagai
berikut :
1. Melakukan pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada
pasien dengan typhus abdominalis
2. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan typus abdominalis
a.
Gangguan keseimbangan suhu tubuh hipertermia berhubungan
dengan terjadinya proses imflamasi diusus halus akibat salmonella
typhosa
b.
Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus
deman tinggi
c.
Gangguan pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan
terganggunya reabsorbsi makanan di usus halus
d.
Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen
e.
Gangguan pola eliminasi BAB
3. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada
pasien dengan typus abdominalis
a.
Kaji suhu klien (derajat dan pola) perhatikan menggigil / diaporesis
b.
Pantau suhu lingkungan, batasi pengunjung
c.
Berikan kompres hangat (tapid sponge)
d.
Kolaborasi : Antipiretik
e.
Kaji abdomen, catat adanya karakter bising usus, distensi abdomen
dan keluhan mual
f.
Berikan perawatan oral
g.
Bantu klien dalam memilih makanan dalam batasan diet
h.
Berikan makanan dalam jumlah sedikit dengan sering dan
penyajian menarik
i.
Timbang BB tiap hari bila memungkinkan
j.
Kolaborasi pemberian makanan melalui parenteral
k.
Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
l.
Atur posisi senyaman mungkin
m.
Hindarkan stimulus dengan memperberat nyeri
n.
Ciptakan situasi ruangan yang terang
o.
Atur pencahayaan ruangan bila perlu sediakan lampu tidur
p.
Kolaborasi : Antibiotik
q.
Berikan makanan yang mengandung tinggi serat
r.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat pencahar
s.
Observasi bising usus
28
29