Anda di halaman 1dari 13

MALL OF INDONESIA

LATAR BELAKANG
Mall of Indonesia (disebut juga MOI) adalah sebuah pusat
perbelanjaan yang terletak di area Kelapa Gading Square, berada di
jalan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara. Letak mall ini berdekatan
dengan Kelapa Gading Trade Center atau KTC yang berada persis di
depan area Kelapa Gading Square. Mal ini dibangun oleh Agung
Sedayu

Group.

Anchor

yang

sudah

bergabung

antara

lain Carrefour, Centro Department Store, dan Blitzmegaplex.


Awalnya Di Rencanakan Dengan Konsep Eropa Yaitu Misalnya
Aula Yang Indah Luas Di Luar Mall Of Indonesia, Atrium Yang Indah
Karena Di Atasnya Ada Gambar Bintang-Bintang Dan Liftnya Merupai
Salah Satu Tower Di Venesia.Selain Pada Awal Penrencaan MOI Akan
Mempunyai Tiruan Venesia Dan Bisa Di Kita Bisa Keliling Venesia
Tersebut Dengan Berjalan Kaki Dan Naik Gondola.Selain Venesia
Tiruan Juga Ada Kawasan Kusus San Diego.Di Kawasan San Diego
Ada Juga Gondola Tetapi Bedanya Antara San Diego Dan Venesia
Adalah Kalau San Diego Konsepnya Medererian Sedangkan Kalau
Venesia Konsepnya Classic.
MOI dikenal luas sebagai mall dengan konsep yang unik. Kami
adalah satu- satunya mall dengan theme park terbesar yang secara
bersamaan terus berusaha memenuhi kebutuhan & keinginan belanja
customer dengan tenant besar seperti: Carrefour, Centro, Gramedia,
Food Connection & Electronic Solution, serta tidak ketinggalan Toys

Kingdom dan Muji yang akan bergabung dalam waktu dekat ini.
Nikmati juga waktu berkualitas bersama keluarga & teman di Blitz
Megaplex, Di Lo (online game), Golds Gym, Lollipop Family Karaoke
dan Single In-line Skate Hub. Dapat dikatakan juga Mall Of Indonesia
sebagai one stop entertaintment and shopping.

SASARAN PROYEK
Proyek yang diselenggarakan adalah proyek fisik berupa
pembangunan Mall Of Indonesia yang terletak di Kelapa Gading,
Jakarta Utara. Menempati wilayah seluas 17 hektar, Kelapa Gading
Square adalah pusat gaya hidup kelas atas di Jakarta Utara. Kelapa
Gading Square menampilkan One Stop Living Concept dimana
lingkungan yang selalu dinamis berintegrasi dengan pusat-pusat
komersial yang terus berdetak tanpa kenal istirahat. Berlokasi
sepanjang jalur utama Boulevard Barat, Kelapa Gading Square
memiliki fitur fasilitas yang lengkap, megah dan mewah. Fitur ini
membuat Kelapa Gading Square menjadi ikon, bukan saja untuk
kawasan Kelapa Gading, tetapi juga untuk Jakarta dan bahkan
Indonesia.
Pembangunan mal ini dimulai pada tahun 2003 dan
direncanakan selesai pada tahun 2006, namun baru terealisasi pada
tahun 2008, tepatnya pada September 2008.

Sebelumnya telah hadir supermarket Carrefour pada tahun


2006

kemudian

menyusul Blitzmegaplex yang

membuka

cabang

ketiganya di Jakarta dan satu-satunya Blitzmegaplex yang ada di area


Kelapa Gading. Centro Department Store dibuka pada tanggal 5
September 2008 melengkapi anchor-anchor yang telah hadir. Anchoranchor baru yang akan hadir antara lain Moiland dan Fun World. Awal
November 2008, MOI membuka Food Connection yang merupakan
food court MOI.
DELIVERABLE
Developer : PT Makmur Jaya Serasi (APG & ASG)
Architect : PT Airmas Asri
Engineer / Technical Consultant : PT Arnan Pratama Consultants
Main Contractor : PT Waskita Karya

PROMOSI DAN PARTNER


PROMOSI

METRO TV
INTERNET
MEDIA CETAK
PARTNER

METRO TV sebagai mitra promosi


Agung Sedayu Group sebagai developer

PERSYARATAN TEKNIS
TARGET PERANCANGAN
Desain diharapkan dapat menjawab tantangan kebutuhan tuntutan
desain yang diminta, yaitu :
1. Konsep Arsitektur Kota. Desain mempertimbangkan master plan
kawasan agar selaras dengan pengembangan perencanaan dan
perancangan kawasan ( bridge, future island,dll.).
3. Facade bangunan yang eye catching, unique dan Iconic yang sesuai
dengan citra perusahaan maupun keberadaannya seperti dijelaskan
pada point 1. Namun tetap constructible dan efisien.
4. Tampak bangunan yang elegan, kokoh, berwibawa.
7. Konsep Keberlanjutan (Sustainable Design)
8. Implementasi Aspek Fengshui secara umum, antara lain :
a. Tidak menggunakan warna hitam/ gelap untuk bangunan
b. Bangunan tajam kearah bangunan lainnya dihindarkan
c. Bangunan tidak membesar ke atas

BATASAN DAN PENGECUALIAN


1. LUAS LAHAN 17 Ha
2. GSB 15 m dari kedua sisi jalan( Sesuai batas bangunan yang telah
ada di
lokasi).KDB 50 % dan KLB 8.5
3. Tinggi Maksimum 61 m dari elevasi jalan di depan tapak
4. Batas-batas Lahan Utara : Pesisir Pantai Laut Jawa
Selatan : Bangunan Ruko 3 lantai

Timur : Ujung jalan Boulevard


Barat : Kanal Air Minum dan Rumah Pompa dengan batas tanpa
dinding
pagar.
5. Bukaan tapak Jl. Boulevard berikut dengan jalur pedestrian.
6. Elevasi tapak eksisting Lebih rendah dari jalan antara 1 2 m
Podium/Parking 3 lantai
7. memiliki kesinambungan perencanaan dan perancangan.
8. Typical Floor Plate tiap tower @ minimal 2.000 2300 m
9. Bangunan memiliki roof garden, khususnya pada atap podium.
10. Orientasi bangunan dapat mengakomodasi jalan boulevard di sisi
Timur.
11. Fasilitas parkir kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat
khususnya baik pada lantai semi basement maupun pada lantai
podium bangunan berjumlah sesuai dengan ketentuan peraturan
perbandingan jumlah parkir kendaraan terhadap luasan lantai untuk
bangunan kantor sewa.
12. Penyediaan parkir agar disesuaikan dengan kebutuhan dengan
ratio 1 : 60. ( 1 mobil untuk setiap 60m luas semigross ).

Sustainable Design:
a. Sirkulasi udara optimal untuk penghawaan.
b. Pencahayaan alami untuk kebutuhan penerangan ruang siang hari.
c. Efisiensi konsumsi listrik dan kemungkinan pemakaian energi
terbarukan.

d. Manajemen air.
e. Manajemen sampah.
f. 3R: Recycle, Reuse, Reduce
g. Lokalitas bahan
h. Metode konstruksi
i. Optimalisasi energi alami.

Ketentuan mengenai teknis bangunan, keamanan, kesehatan,


keandalan bangunan dankeselamatan terhadap bahaya kebakaran
mengikuti peraturan yang berlaku, seperti pada UU Bangunan Gedung,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri PU serta Peraturan Daerah
DKI Jakarta.

MILESTON

LOKASI

PROYEK
: FISIK
LAMA PROYEK
: 2006 - 2008
LOKASI
: KELAPA GADING SQUARE.
JL. RAYA BOULEVARD RAYA.
KELAPA GADING BARAT. 14240
Dampak Pembangunan Mall di Indonesia
Dampak Positif
1. Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk
pajak, karena adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang
terjadi juga bukanlah main-main karena faktor penggerak transaksi
kaum urban yang datang ke mall sudah tentu didominasi kalangan
menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa mengeluarkan lebih dari
100.000 rupiah untuk setiap kedatangan mereka ke pusat perbelanjaan
(akumulasi dari parkir, belanja, makan dan minum, atau kegiatan lain
seperti nonton bioskop).
Ini adalah hal yang sangat menggiurkan terutama untuk pemerintah
kita sebagai pendapatan negara. Meningkatnya jumlah orang kaya di
tahun 2010 ini dan memboomingnya industri kreatif dapat turut
mendongkrak psikologis manusia untuk berbelanja. Berbelanja hal-hal
yang mungkin tidak terlalu mereka butuhkan.

2. Setiap pendirian mall berarti penyerapan tenaga kerja baru. Setiap


pertumbuhan ekonomi sebesar 1% hanya mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 250.000 - 300.000 orang tenaga kerja. Masih belum
bisa menutupi angka jumlah pengangguran sebanyak 10 juta orang
lebih di Indonesia. Pertanyaannya adalah, tenaga kerja manakah yang
10

akan diserap oleh Mall? Tenaga kerja penduduk dengan KTP DKI
Jakarta? Ataukah tenaga kerja Bodetabek yang notabene akan
menambah jumlah komputer ke Ibukota?

3. Mall adalah sebuah lambang pengakuan. Pengakuan dari pihakpihak; terutama tenant (terlebih jika tenant berasal dari luar negeri)
bahwa iklim investasi di Indonesia baik. Menurut indeks investasi
dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang dapat
dijadikan tempat berinvestati. Menyusul kenaikan harga IHSG yang
nyaris menembus angka 3000, adalah indikasi-indikasi lain yang
menunjukkan bahwa secara makro, negara ini memiliki fundamental
ekonomi yang kuat.

4.

Mall juga memberikan fasilitas dan menampung seluruh kebutuhan


masyarakat kota pada umumnya sehingga mall menjadi bangunan
wajib yang ada di hampir seluruh pusat kota di Indonesia.

Dampak Negatif
Pembangunan mall akhir-akhir ini semakin meningkat, seiring
pertumbuhan pembangunan di kota jakarta, ada dampak positif tapi
lebih banyak negatifnya dari pertumbuhan mall tersebut.
Banyaknya mall akan juga melahirkan jurang perbedaan yang
tinggi antara si kaya dan si miskin. Sehingga si miskin makin tidak
akan merasa nyaman. Selain itu dampak lain pembangunan mall

11

adalah warga akan semakin sulit mendapatkan ruang terbuka, seperti


daerah resapan air atau taman sehingga pada gilirannya akan
menyebabkan banjir. Dampak sosial dari pembangunan mall adalah
warga akan terbius menjadi warga yang konsumtif dan menghabiskan
waktunya dimall, kalau sang warga punya kemampuan finansial yang
baik untuk belanja di mall mungkin tidak terlalu masalah, akan tetapi
jika sang warga tak punya uang yang cukup, maka yang akan terjadi
adalah angka kriminalitas yang

akan semakin

tinggi. Seperti

pencopetan, penjambretan, perampokan dll.


Dalam konsep teori pembangunan perkotaan, yang seharusnya
menjadi tempat berkumpul warga kota adalah taman atau area
terbuka, namun karena keterbatasan dana dari pemerintah daerah
untuk membangun taman baru dan perawatan taman yang telah ada
maka mereka sulit mendapatkan taman atau lahan yang enak
dikunjungi. Warga kota merasakan taman yang tidak terawat,kotor,
kumuh. Ada hal menarik di balik pertumbuhan mall yang meningkat
yaitu karena warga kota kehilangan tempat untuk sekedar berkumpul
maka mal-mall jadi satu-satunya tempat untuk ajang berkumpul dan
interaksi antar warga kota.
Satu lagi dampak negatif dari pertumbuhan mall adalah
tersingkirnya satu persatu pasar tradisional yang pada gilirannya
mematikan aktifitas pedagang tradisional pribumi. Jumlah pedagang
tradisional semakin hari semakin berkurang akibat kalah bersaing
dengan pasar modern yang memberi kenyamanan yang lebih. Sebagai

12

catatan dari 37 pasar tradisional yang ada di kota bandung hanya ada
dua pasar yang tingkat huniannya diatas 75%, sisanya hanya
mempunyai tingkat hunian dibawah 50%.
Menurut survei yang dilakukan di kota bandung, saat ini jumlah
pedagang tradisional yang masih giat beraktifitas adalah sekitar 9800
pedagang, jauh dibawah perkiraan tahun 2007 yang masih sekitar
13000 pedagang yang masih aktif, berbanding terbalik dengan
pertumbuhan mall. Sepanjang tahun 2009 berdasarkan survei, jumlah
pertumbuhan mall di kota bandung sekitar 31,4% . Perkembangan
jumlah mall yang tak terkendali menyebabkan penurunan jumlah pasar
tradisional. Perbandingan setiap satu mall berdiri maka 100 pedagang
dan warung akan gulung tikar.

13

Anda mungkin juga menyukai