NOMOR : 4
TAHUN 2011
2
c.
Mengingat
:
1. Undang-Undang Gangguan (Hinderordonnantie) Stbl 1926-226 (UndangUndang tanggal 13 Juni 1926 Stbl 1926-226, m.b. tgl. 1 Agustus 1926,
s.d.u.t. dg. Stbl 1927-4999, Stbl 1940-14 dan 450);
2.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan DaerahDaerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten
Dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2851);
3.
4.
5.
6.
3
7.
8.
9.
4
15. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
17. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
18. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
19. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
20. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 123, Tambahan Lembahan Negara Republik Indonesia Nomor
5043);
21. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049);
22. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
23.Undang-Undang....5
5
23. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
24. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066);
25. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5068);
26. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3838);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4585);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
31.Peraturan6
6
31. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah di wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah di wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5209);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5161);
37.Peraturan.7
7
37. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penetapan Izin Gangguan di Daerah;
40. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 1);
41. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Majalengka
(Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 2,);
42. Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka (Lembaran Daerah
Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Nomor 10);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN MAJALENGKA
dan
BUPATI MAJALENGKA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENYELENGGARAAN
IZIN
GANGGUAN
DAN
RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DI
KABUPATEN
MAJALENGKA.
BAB I8
8
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Majalengka.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Majalengka.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka yang tugas pokok dan fungsinya
menangani bidang pengelolaan perizinan dan non perizinan.
6. Kepala SKPD adalah Kepala SKPD yang tugas pokok dan fungsinya
menangani bidang pengelolaan perizinan dan non perizinan.
7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Majalengka pada PT. Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau bank lainnya yang
ditunjuk.
9. Izin Gangguan yang selanjutnya disebut izin adalah pemberian izin
usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang
dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk
tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
10. Gangguan adalah segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak
menyenangkan atau mengganggu kesehatan, keselamatan, ketenteraman
dan/atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus
menerus.
11.Badan .9
9
11. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dan pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk usaha
lainnya.
12. Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dan pengendalian
untuk pelaksanaan izin gangguan.
13. Pengawasan adalah seluruh
pelaksanaan izin gangguan.
proses
kegiatan
penilaian
terhadap
14. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
15. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
pengolahan yang dilengkapi dengan sarana, prasaran dan fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan
Industri.
16. Perusahaan Kawasan Industri adalah Perusahaan Badan Hukum yang
diberikan menurut hukum Indonesia yang mengelola Kawasan Idustri.
17. Perusahaan Industri adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri yang berada dalam kawasan industri dan diluar kawasan industri
tetapi didalam RUTR yang berupa PMDN/PMA maupun Non PMDN/PMA.
18. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
19. Luas Ruang Usaha adalah luas lahan yang digunakan untuk kegiatan
usaha.
20. Perusahaan adalah Badan Hukum atau perseorangan yang melakukan
kegiatan usaha secara teratur dalam suatu kegiatan usaha tertentu untuk
mencari keuntungan.
21.Industri10
10
21. Industri adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
22. Tim Teknis adalah Tim yang dibentuk oleh Bupati yang terdiri dari
Dinas/Instansi terkait.
23. Rekomendasi adalah hasil analisis yang dilaksanakan secara khusus oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan yang sesuai
dengan jenis usaha yang dimohonkan.
24. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi.
25. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu
bagi wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan pemberian izin
gangguan.
26. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah
bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
27. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah
surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok
retribusi yang terutang.
28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat
SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar
daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
29. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah
surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
30. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu
yang diberi wewenang dan kewajiban melakukan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka
yang memuat ketentuan pidana.
31.Penyidikan...11
11
31. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Retribusi adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti
yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi
daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
KRITERIA GANGGUAN
Pasal 2
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
12
(2)
(1)
(2)
yang
13
d.
e.
f.
g.
h.
i.
bidang usaha/kegiatan;
lokasi kegiatan;
nomor telepon perusahaan;
wakil perusahaan yang dapat dihubungi;
ketersediaan sarana dan prasarana teknis yang diperlukan dalam
menjalankan usaha; dan
pernyataan permohonan izin tentang kesanggupan memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
(2)
(3)
Setiap penerimaan biaya perizinan yang dibayar oleh pemohon izin wajib
disertai bukti pembayaran.
(4)
(5)
Pasal 714
14
Pasal 7
Dalam hal persyaratan-persyaratan yang diberikan oleh pemohon ternyata
tidak benar, maka Surat Izin Gangguan yang telah diterbitkan dinyatakan batal
demi hukum.
BAB IV
KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN
Pasal 8
(1)
(2)
15
f.
(1)
(2)
(1)
Penilaian Teknis Lapangan dilakukan oleh Tim Teknis yang dibentuk oleh
Bupati.
(2)
(3)
16
b. memenuhi seluruh persyaratan perizinan;
c.
tempat
tugasnya
sehingga
menyebabkan
pelayanan
17
e. memberikan informasi yang menyesatkan; dan
f. menyimpang dari prosedur yang sudah ditetapkan.
Pasal 15
Pemohon izin dilarang memberikan uang jasa atau bentuk lainnya kepada
petugas perizinan di luar ketentuan yang berlaku.
Bagian Keempat
Kegiatan dan/atau Usaha yang Tidak Wajib Izin
Pasal 16
(1)
(2)
Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Bagian Kelima
Masa Berlaku, Perubahan, dan Pencabutan Izin
Pasal 17
(1)
(2)
18
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
tidak dipenuhi oleh pelaku usaha, Pemerintah Daerah dapat mencabut
Izin Usaha.
Pasal 19
19
Pasal 20
(1)
(2)
(1)
(2)
20
(2)
(3)
(2)
21
Pasal 26
(1)
Subjek Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau Badan yang
memperoleh izin gangguan dari Pemerintah Daerah.
(2)
Wajib Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau Badan yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan
untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Izin Gangguan.
Bagian Kedua
Golongan Retribusi
Pasal 27
Biaya22
22
(2)
(1)
Setiap orang atau badan yang memperoleh jasa pelayanan izin gangguan
wajib membayar retribusi.
(2)
(1)
Luas ruang usaha, indeks lokasi, indeks gangguan dan tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 Ayat (2) huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. Luas ruang yang merupakan tempat usaha meliputi ruang tertutup
maupun terbuka sesuai kondisi lingkungan;
b. Indeks lokasi merupakan indeks klasifikasi jalan yang ditetapkan
berdasarkan lokasi usaha atau letak jalan tempat usaha berada
dengan nilai sebagai berikut :
1. Jalan Arteri dengan indeks 5;
2. Jalan Kolektor dengan indeks 4;
3. Jalan Lokal dengan indeks 3;
4. Jalan Desa dengan indeks 2.
c.Indeks.23
23
c.
(1)
(2)
(3)
(4)
24
Bagian Keenam
Tata cara Pemungutan dan Pembayaran
Paragraf 1
Tata Cara Pemungutan
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin kepada wajib
retribusi untuk mengangsur retribusi terutang dalam jangka waktu
tertentu dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4)
(5)
25
Pasal 36
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Surat teguran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.
(4)
tanggal
retribusi
surat
harus
Pasal 38
(1)
26
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2)
(3)
Bagian Kedelapan27
27
Bagian Kedelapan
Tata Cara Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi
Pasal 40
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat
menunjukan bahwa jangka waktu ini tidak dapat dipenuhi karena
keadaan di luar kekuasaannya.
(4)
(5)
Pasal 4228
28
Pasal 42
(1)
Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang
diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2)
(3)
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat
dan Bupati tidak memberi keputusan, maka keberatan yang diajukan
dianggap dikabulkan.
Pasal 43
(1)
(2)
(1)
(2)
29
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(3)
30
BAB VII
PERAN MASYARAKAT
Pasal 46
(1)
(2)
dan
perkiraan
dampaknya
(3)
(4)
(5)
(6)
BAB VIII31
31
BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 47
(1)
(2)
Pengawasan dilaksanakan
pelaksanaan izin.
terhadap
proses
pemberian
izin
dan
(2)
(3)
32
BAB IX
KETENTUAN SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi Administrasi
Pasal 49
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi.
Bagian Kedua
Sanksi Pidana
Pasal 50
(1)
(2)
(1)
(2)
33
(3)
(1)
(2)
(3)
Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;
d. Memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang retribusi;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang retribusi;
g.Menyuruh34
34
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang, benda dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan pindak pidana retribusi;
i.
j.
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka setiap Izin Gangguan yang telah
dikeluarkan terdahulu dinyatakan tetap berlaku.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 54
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 55
Peraturan Pelaksana atas Peraturan Daerah ini ditetapkan paling lambat 3
(tiga) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 5635
35
Pasal 56
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten
Majalengka 23 Tahun 2000 Tentang Retribusi Ijin Gangguan dan Ijin Tempat
Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 23 Tahun 2000, Seri
B) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka
Nomor 24 Tahun 2001 tentang Perubahan Pertama Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Majalengka Nomor 23 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Gangguan
dan Ijin Tempat Usaha (Lembaran Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2001
Nomor 24, Seri B) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 57
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Majalengka.
Ditetapkan di Majalengka
pada tanggal
BUPATI MAJALENGKA,
Cap/ttd
SUTRISNO
Diundangkan di Majalengka
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN MAJALENGKA,
36
LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
NOMOR
:
TANGGAL
:
TENTANG
: IZIN GANGGUAN DI KABUPATEN
MAJALENGKA
KLASIFIKASI JENIS USAHA YANG WAJIB MEMILIKI IZIN GANGGUAN
I.
Industri Textil;
Industri Farmasi;
Industri Kimia;
5.
6.
Industri Semen;
Industri Penyemakan;
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Industri Margarine;
Industri Ransum Pakan Ternak/Ikan;
22.Industri...
37
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Industri Veneer;
Industri Peti Kemas dari Kayu kecuali Peti Mati;
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
38
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
Industri Kimia Dasar Organik, Bahan Kimi dari Kayu dan Getah
(Gum) Hasil Pertanian;
Industri Kimia Dasar Organik, Hasil Antara Siklis, Zat Warna dan
Pigmen;
Industri Kimia Dasar Organik, yang bersumber dari Minyak Bumi
dan Gas Bumi serta Batu Bara;
Industri Kimia Dasar Organik yang menghasilkan Bahan Kimia
Khusus (Specialty);
Industri Kimia Dasar Organik yang tidak Diklasifikasikan di tempat
lain;
Industri Pupuk Alam/Non Sintetis;
Industri Pupuk Buatan Tunggal;
Industri Pupuk Buatan Majemuk dan Campuran;
Industri Pupuk lainnya;
Industri Damar Buatan (Resin Sintetis) dan Bahan Plastik;
Industri Karet Buatan;
Industri Bahan Baku Pemberantas Hama (Bahan Aktif);
Industri Pemberantas Hama Formulasi;
Industri Zat Pengatur Tumbuh;
Industri Cat, Pernis dan Lak;
Industri Bahan Farmasi;
Industri Sabun dan Bahan Pembersih Keperluan Rumah Tangga,
termasuk Pasta Gigi;
Industri Kosmetik;
Industri Perekat/Lem;
Industri Tinta;
Industri Minyak Atsiri;
Industri Korek Api;
Industri Bahan Kimia dan Barang Kimia lainnya;
Industri Ban Luar dan Ban Dalam;
Industri Vulkanisir Ban;
Industri Pengasapan Karet;
Industri Remilling Karet;
39
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
Industri Kapur;
Industri Gips;
40
105. Industri Barang dari Marmer dan Granit untuk Keperluan Bahan
Bangunan;
106. Industri Barang dari Batu untuk Keperluan Rumah Tangga dan
Pajangan;
107. Industri Barang dari Marmer, Granit dan Batu lainnya;
108. Industri Barang dari Asbes untuk Keperluan Bahan Bangunan;
109. Industri Barang dari Asbes untuk Keperluan Industri;
110. Industri Barang-barang dari Asbes lainnya;
111. Industri Barang Galian Bukan Logam lainnya;
112. Industri Furnitur dari Kayu;
113. Industri Furnitur dari Rotan dan atau Bambu;
114. Industri Furnitur dari Plastik;
115. Industri Furnitur yang belum tercakup dalam kelompok 36101
hingga 36104;
116. Gelatin, Isolasi Tanah Panas selain Karet dan Plastik;
117. Industri Pencelupan Bulu;
118. Industri Kulit Buatan/Imitasi;
119. Industri Sepatu Olah Raga;
120. Industri Sepatu Teknik Lapangan/keperluan Industri;
121. Industri Alas Kaki lainnya;
122. Industri Serat/Benang Filaman Buatan;
123. Industri Serat Stopel Buatan;
124. Industri Besi dan Baja Dasar (Iron and Steel Making);
125. Industri Penggilingan Baja (Steel Rolling);
126. Industri Pipa dan Sambungan Pipa dari Baja dan Besi;
127. Industri Pembuatan Logam dasar Bukan Besi;
128. Industri Penggilingan Logam Bukan Besi;
129. Industri Ekstruksi Logam Bukan Besi;
130. Industri Pipa dan Sambungan Pipa dari Logam Bukan Besi dan
Baja;
131. Industri Penempaan, Pengepresan, dan Penggulungan Logam;
41
132. Jasa Industri untuk Berbagai Pekerjaaan Khusus terhadap Logam
dan Barang-barang Logam;
133. Industri Alat Pertanian dari Logam;
134. Industri Alat Pertukangan dari Logam;
135. Industri ........ 4
135. Industri Alat Pemotong dan Alat-alat lain yang digunakan dalam
Rumah Tangga;
136. Industri Peralatan lainnya dari Logam;
137. Industri Alat-alat Dapur;
138. Industri Peralatan Kantor dari Logam, tidak termasuk Furnitur;
139. Industri Paku, Mur dan Baut;
140. Industri Macam-macam Wadah dari Logam;
141. Industri Kawat Logam dan Barang-barang dari Kawat;
142. Industri Pembuatan Profil;
143. Industri Lampu dari Logam;
144. Industri Barang Logam lainnya yang belum termasuk kelompok
manapun;
145. Industri Mesin Uap, Turbin dan kincir;
146. Industri Motor Pembakaran Dalam;
147. Industri Komponen dan Suku Cadang Motor Penggerak Mula;
148. Jasa Penunjang Industri Motor Penggerak Mula;
149. Industri Popa dan Kompresor;
150. Industri Transmisi Mekanik;
151. Industri Tungku dan Alat
menggunakan Arus Listrik;
Pemanas
sejenis
yang
tidak
sejenis
yang
42
158. Industri Mesin-mesin Umum lainnya;
159. Industri Mesin Pertanian dan Kehutanan;
160. Jasa Penunjang Industri Mesin Pertanian dan Kehutanan;
161. Industri Mesin/Peralatan untuk Pengolahan/Pengerjaan Logam;
162. Industri Mesin/Peralatan untuk Pengolahan/Pengerjaan Kayu;
163. Industri Mesin/Peralatan untuk Pengolahan/Pengerjaan Material
selain Logam dan Kayu;
164. Industri Mesin/Peralatan untuk Pengelasan yang menggunakan
Arus Listrik;
165. Industri Mesin-mesin Metalurgi;
166. Industri Mesin-mesin untuk Pertambangan, Penggalian
Konstruksi;
167. Industri Mesin untuk Pengolahan Makanan, Minuman
Tembakau 29261 Industri Kabinet Mesin Jahit;
dan
dan
43
183. Industri Mesin Pembangkit Listrik;
184. Industri Pengubah Tegangan (Transformator), Pengubah Arus
(Rectifier) dan Tegangan (Voltage Stabilizer);
185. Industri Panel Listrik dan Switch Gear;
186. Industri Peralatan Pengontrol Arus Listrik;
187. Industri Kabel Listrik dan Telepon;
188. Industri Batu Baterai Kering (Batu Baterai Primer);
189. Industri Akumulator Listrik (Batu Baterai Sekunder);
190. Industri Bola Lampu Pijar, Lampu Penerangan Terpusat dan Lampu
Ultra Violet;
191. Industri Lampu Tabung Gas (Lampu Pembuang Listrik);
192. Industri Komponen Lampu Listrik;
193. Industri Peralatan Listrik yang tidak termasuk Golongan manapun;
194. Industri Tabung dan Katup Elektronik dan Komponen Elektronik;
195. Industri Alat Komunikasi;
196. Industri Radio, Televisi, Alat-alat Rekaman Suara dan Gambar, dan
sejenisnya;
197. Industri Perabot untuk Operasi, Perawatan dan Kedokteran Gigi;
198. Industri Peralatan Sinar x, Perlengkapan dan sejenisnya;
199. Industri Peralatan Kedokteran dan Kedokteran Gigi, Perlengkapn
Orthopeadic;
200. Industri Peralatan Kedokteran dan Perlengkapan Orthopeadic
lainnya;
201. Industri Peralatan Pengukuran, Pengatur dan Pengujian Manual;
202. Industri Pengukuran, Pengatur dan Pengujian Elektrik;
203. Industri Pengukuran, Pengatur dan Pengujian Elektronik;
204. Industri Peralatan Pengujian Dalam proses Industri;
205. Industri Kaca Mata;
206. Industri Teropong dan Alat Optik;
207. Industri Kamera Fotografy;
208. Industri Kamera Cinematografy, Proyektor dan Perlengkapannya;
209. Industri Jam, Lonceng dan sejenisnya;
44
210. Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih;
211. Industri Karoseri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih;
212. Industri Perlengkapan dan Komponen Kendaraan Bermotor Roda
Empat atau Lebih;
213. Industri Kapal/Perahu;
214. Industri Peralatan dan Perlengkapan Kapal;
215. Industri Jasa Perbaikan Kapal;
216. Industri Pemotongan Kapal (Ship Breaking);
217. Industri Bangunan Lepas Pantai;
218. Industri Pembuatan dan Pemeliharaan Perahu Pesiar, Rekreasi dan
Olag Raga;
219. Industri Kereta Api, Bagian-bagian dan Perlengkapannya;
220. Industri Jasa Perbaikan dan Perawaran Pesawat Terbang;
221. Industri Sepeda Motor dan sejenisnya;
222. Industri Komponen
sejenisnya;
dan
Perlengkapan
Sepeda
Motor
dan
45
233. Industri Alat-alat Musik Non Tradisional;
234. Industri Alat-alat Olah Raga;
235.
236.
237.
238.
239.
240.
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Alat Permainan;
Mainan;
Alat-alat Tulis dan Gambar, termasuk Perlengkapannya;
Pita Mesin Tulis/Gambar;
Kerajinan yang tidak termasuk Golongan manapun;
Pengolahan lain yang belum termasuk golongan manapun;
14.
15.
16.
Industri Kopra;
Industri Tepung Terigu;
Industri Berbagai Macam Tepung dari Padi-padian, Biji-bijian,
Kacang-kacangan, umbi-umbian dan sejenisnya;
46
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Pati lainnya;
Roti dan sejenisnya;
Gula Merah;
Gula lainnya;
Bubuk Coklat;
Makanan dari Coklat dan Kembang Gula;
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
Industri
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
47
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
Industri Tali;
Industri Barang-barang dari Tali;
Industri yang Menghasilkan Kain Pita (Narrow Fabric);
66.
67.
68.
69.
70.
71.
48
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
49
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
Industri jamu;
50
IV.
42.
43.
Catering;
Bioskop;
44.
45.
Diskotik;
3.
Karaoke;
4.
5.
6.
Panti Pijat;
Klub Musik;
Restoran;
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Rumah Potong;
Perusahaan lainnya yang sejenis dengan intensitas gangguan;
Perdagangan Eceran Bahan Bakar Kendaraan;
13.
Perdagangan besar bahan bakar gas, cair dan padat serta produk
sejenis;
Perdagangan besar logam dan biji logam;
14.
15.
16.
Perdaganagn besar barang antara (intermediate products), barangbarang bekas, dan sisa-sisa tak terpakai (scrap);
Perdagangan besar mesin-mesin, suku cadang perlengkapannya;
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Perumahan;
Pariwisata;
51
24.
V.
Rumah Sakit;
Supermarket/Swalayan;
2.
3.
4.
Perbankan;
Rumah bersalin;
Rumah Makan;
5.
Klinik;
6.
Laboratotirum Kesehatan;
7.
8.
9.
Bioskop;
Perusahaan lainnya yang sejenis dengan intensitas gangguan;
Perdagangan Besar Mobil;
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
52
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53
53.
54.
VI.
4.
5.
Hotel Melati;
Youth Hostel;
6.
7.
8.
Pondok Wisata;
Warung Nasi;
Apotek;
9.
Toko Obat;
10.
Kolam renang;
11.
12.
13.
Perusahaan mebeulair;
Perusahaan batik;
Perusahaan pencucian kendaraan;
14.
pabrik tempe;
15.
16.
bilyard;
gedung olah raga yang dikomersilkan;
17.
18.
19.
wc yang di komersilkan;
Jamu seduh;
Pertokoan/kegiatan usaha dagang lainnya;
20.
21.
22.
23.
24.
54
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
55
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
Jasa pergudangan;
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
Pos nasional;
Unit pelayanan pos;
Jasa kurir;
74.
75.
76.
Jasa satelit;
56
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
Modal ventura;
Pegadaian;
Koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam;
85.
86.
Asuransi jiwa;
Dana pensiun;
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
Warnet;
Rental Permainan;
Penjualan komputer, suku cadang, dan kasesorisnya;
97.
98.
99.
57
105. Jasa Periklanan;
106. Jasa Penyediaan Tenaga Kerja;
107. Jasa penyelidikan dan keamanan;
108. Jasa kebersihan gedung;
109. Jasa fotografi;
110. Jasa Penyelenggaraan Pendidikan;
111. Jasa Kesehatan hewan;
112. Jasa kegiatan sosial di luar panti;
113. Jasa kebersihan;
114. Organisasi bisnis dan pengusaha;
115. Organisasi buruh;
116. Produksi dan distribusi film;
117. Kagiatan radio dan televisi;
118. Kegiatan drama musik dan hiburan lainnyakegiatan kantor berikta;
119. Perpustakaan;
120. Museum dan peninggalan sejarah;
121. Kebun raya, kebun binatang dan taman konservasi alam;
122. Jasa penyediaan sarana olahraga;
123. Jasa rekreasi;
124. Jasa binatu;
125. Pangkas rambut dan salon kecantikan;
126. Jasa pemakaman.
BUPATI
MAJALENGK
A,
S
U
58
T
R
I
S
N
O