(2-1)
Oleh:
Dr. Ir. Mohammad Hoesain
Materi Kuliah Minat Hama dan Penyakit Tumbuhan PS. Agroteknologi
Tanggal 27 Februari 2015
- hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri
Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
- pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian
hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam izin pestisida itu
- tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi keteranganketerangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No. 429/
Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam
pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam
bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk
pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga
untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu
kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau
gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad pengganggu
tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam kesehatan manusia.
Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping
bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama
tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida berperan sebagai salah satu
komponen pengendalian. Prinsip penggunaannya adalah:
- harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen hayati
- efisien untuk mengendalikan hama tertentu
- meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
- tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
- dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus memenuhi
persyaratan keamanan yang maksimum
- harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
- sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
- relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
- harga terjangkau bagi petani.
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat ini belum
ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan penggunaannya semakin
meningkat. Pengalaman di Indonesia dalam menggunakan pestisida untuk program
intensifikasi, ternyata pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida
dengan cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan
kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan pestisida dapat
meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di Pakistan dengan menggunakan
pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari
FAO penggunaan pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan
pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan
sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian
yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk,
varietas unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan
ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu.
Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang
berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan
jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara
lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang
banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak
dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan
kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
bahkan beberapa pestisida disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global
(global warming) dan penipisan lapisan ozon.
Pemakaian insektisida yang terus menerus akan mengakibatkan dampak negatif
terhadap lingkungan, manusia, hewan ternak maupun musuh alami hama dan serangga yang
berguna lainnya. Disamping itu dapat juga menimbulkan resistensi hama serangga, resurgensi
hama, eksplosi hama kedua sehingga kerusakan terhadap tanaman akan semakin meningkat.
Pemberantasan hama yang tengah diupayakan oleh pemerintah saat ini untuk bisa
diterapkan di lapangan adalah Pengendalian Organisme Pengganggu Berwawasan
Lingkungan. Pengendalian Organisme Pengganggu Berwawasan Lingkungan adalah tindakan
pengendalian yang berdasarkan atau berpedoman kepada Konsepsi Pengendalian Hama
Terpadu. Penerapan Konsepsi PHT tersebut didorong oleh banyak faktor yang pada dasarnya
adalah dalam rangka penerapan program pembangunan nasional berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan. Faktor- faktor tersebut adalah :
1. Kegagalan pemberantasan hama secara konvensional. Pemberantasan hama
secara konvensional dengan pendekatan pada penggunaan pestisida telah terbukti
menimbulkan dampak negatif, antara lain resistensi atau ketahanan hama, srurjensi
hama, ledakan hama sekunder, matinya organisma bukan sasaran (musuh alami,
serangga berguna, binatang ternak, dan lain-lain), residu pada hasil/produk pertanian,
keracunan pada manusia, dan pencemaran lingkungan.
2. Kesadaran tentang kualitas lingkungan hidup.Karena dampak negatif pestisida
terhadap organisma non sasaran dan lingkungan, maka disadari bahwa penggunaan
pestisida dalam pengendalian hama merupakan teknologi pengendalian hama yang
bersifat kurang ramah lingkungan. Dengan adanya kesadaran ini, kemudian muncul
kesadaran lebih lanjut bahwa untuk pengendalian hama yang ramah lingkungan perlu
dicari alternatif teknologi penggunaan pestisida yang ramah lingkungan atau teknologi
pengendalian lain selain pestisida yang juga harus ramah lingkungan. Teknologi
pengendalian hama yang ramah lingkungan tersebut adalah PHT.
3. Dampak globalisasi ekonomi. Era globalisasi saat ini telah memunculkan era
perdagangan bebas antar negara, mengakibatkan produk-produk pertanian harus
memenuhi persyaratan ekolabeling. Produk pertanian yang dipasarkan dituntut harus
bersifat ramah lingkungan, diantaranya tidak mengandung residu pestisida. Kondisi ini
mengakibatkan penerapan teknologi PHT sebagai teknologi pengendalian yang ramah
lingkungan menjadi salah satu teknologi alternatif yang dibutuhkan.
4. Kebijakan pemerintah. Era globalisasi mengakibatkan tekanan tekanan dunia
internasional mengenai kelestarian lingkungan menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu,
maka pemerintah memberikan dukungan yang sangat besar terhadap penerapan PHT
ini. Ini dapat dilihat dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan yang mendukung
penerapan PHT dalam sistem produksi pertanian.
Beberapa hasil penelitian telah dilaporkan tentang polusi air yang disebabkan oleh
pestisida. Untuk danau-danau di Pulau Bali, yaitu; Danau Tamblingan dan Buyan terletak di
Kabupaten Buleleng, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan dan Danau Batur di Kabupaten
Bangli, juga mengalami polusi. Keempat danau ini merupakan reservoir air untuk memenuhi
kebutuhan air bagi seluruh wilayah Pulau Bali. Di keempat danau ini, terutama di Danau Buyan
telah terjadi peningkatan aktivitas penduduk, khususnya di bidang pertanian. Peningkatan
aktivitas penduduk di sekitar danau mengakibatkan tekanan lingkungan terhadap danaupun
meningkat. Berdasarkan hasil penelitian kualitas air Danau Buyan didapatkan bahwa kualitas
airnya memenuhi baku mutu kelas III sesuai PP. Nomor 82 Tahun 2001. Baku mutu kelas III
adalah syarat kualitas air yang digunakan untuk tanaman, peternakan, dan pemeliharaan ikan
air tawar.
Sifat-sifat kimia, biologi maupun fisika air merupakan indikator kualitas ekosistem di
lingkungan air tersebut. Walaupun cemaran pada air danau berada di bawah nilai ambang
batas yang ditetapkan, namun dapat mengakibatkan cemaran yang tinggi pada biota air
termasuk ikan. Hal ini disebabkan terjadinya bioakumulasi pada biota tersebut sehingga
berresiko bila dikonsumsi.
Penggunaan pestisida dalam menopang peningkatan produk pertanian maupun
perkebunan telah banyak membantu untuk meningkatkan produksi pertanian. Namun demikian
penggunaan pestisida ini juga memberikan dampak negatif baik terhadap manusia, biota
maupun lingkungan. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa terjadi resiko kematian janin
dua kali lebih besar bagi ibu yang saat kehamilannya berusia 3-8 minggu tinggal dekat areal
pertanian dibandingkan dengan yang tinggal jauh dari daerah pertanian. Penggunaan herbisida
klorofenoksi (yang mengandung 2,4-D) telah terbukti mengakibatkan resiko cacat bawaan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang bermukim didekat daerah pertanian.
Pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pestisida sebagai racun sebenarnya lebih
merugikan dibanding menguntungkan, yaitu dengan munculnya berbagai dampak negatif yang
diakibatkan oleh pestisida tersebut. Karena alasan tersebut, maka dalam penggunaan
pestisida harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Pestisida hanya digunakan sebagai alternatif terakhir apabila belum ditemukan
cara pengendalian lain yang dapat memberikan hasil yang baik.
2. Apabila terpaksa menggunakan pestisida gunakan pestisida yang mempunyai
daya racun rendah dan bersifat selektif.
3. Apabila terpaksa menggunakan pestisida lakukan secara bijaksana.
mempermudah
dalam
pengenceran
atau
penyebaran
dan
dst.
1. Sintetik
1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida,
tembaga sulfat dan garam merkuri.
1.2. Organik :
1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.
1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.
1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.
1.2.6. Thiosianat : lethane dll.
1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.
1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.
2. Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
Carbophenothion
Trithion (R)
III.
(p-chlorophenylthio) methyl ] 0 , 0 -diethyl phosphorodithioate
7
IV.
Keterangan:
Melalui
jalan
napas
(spirakel)
misalnya
dengan
fumigan.
insektisida
atau
dapat
pula
serangga
target
Formulasi pestisida
Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan
perlu
diformulasikan
dahulu.
Formulasi
pestisida
merupakan
yang
penanganan
Pestisida
berhubungan
(handling),
yang
dijual
dengan
keamanan,
penggunaan, dan
telah
penyimpanan,
keefektifan
diformulasikan
pestisida.
sehingga
untuk
yang
diberi
emulsifier
(bahan
pengemulsi)
untuk
menyeluruh
dalam
air
pengencer.
Secara
tradisional
10
lain di sekitar)
lebih mahal
sukar pengaplikasiannya
tidak
dapat
disimpan lama
dan penyimpanannya
menimbulkan masalah
kurang efektif
2. Racun syaraf :
organik)
KB - karbamat (carbamates)
komponen
lingkungan
lainnya,
cukup
selektif
(tidak
12
atau
penyiraman
(pour
on)
misalnya
untuk
13
minyak tanah, xylene dan air. Biasanya bahan pelarut ini telah
diberi deodorant (bahan penghilang bau tidak enak baik yang
berasal dari pelarut maupun dari bahan aktif).
sinergis, sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun,
merupakan
bahan
detergen
yang
akan
dalam
formulasi
pencegah
ditambahkan
kebakaran,
bahan-bahan
penghilang
bau
yang
lain
tidak
seperti
enak
1. Organoklorin (OK)
15
2. Organofosfat (OF)
16
4. Karbamat (KB)
17
5. Thiosianat
6. Fluoroasetat
7. Dinitrofenol
18
8. Insektisida botanis :
Piretroida
19
10. Sinergis
11. Fumigan
20
TOKSIKOLOGI
Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated hydrocarbons)
sebagian besar menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen
selubung sel syaraf (Schwann cells) sehingga fungsi syaraf terganggu.
Peracunan
dapat
menyebabkan
kematian
atau
pulih
kembali.
peracunan
lingkungan
yang
terjadi
karena
efek
21
ChE (ensim
choline
dari
percobaan-percobaan
dengan
tikus
putih.
Nilai
LD50 yang tinggi (di atas 1000) menunjukkan bahwa pestisida yang
bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD 50 yang rendah
(di bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.
22
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM)
yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan
bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan
untuk memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang
diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua
jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang
diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002). Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah
orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi
fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada
tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology
atau Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi
pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998). Beberapa
literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai era pestisida (Murphy, 2005).
Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan
sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya (Miller, 2002). Dari seluruh
pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara
berkembang (Miller, 2004).
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan menggunakan
pestisida banyak dilakukan secara luas oleh masyarakat, karena pestisida mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain, yaitu antara lain:
- dapat diaplikasikan secara mudah;
- dapat diaplikasikan hampir di setiap tempat dan waktu;
- hasilnya dapat dilihat dalam waktu singkat;
- dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat; dan
- mudah diperoleh, dapat dijumpai di kios-kios pedesaan sampai pasar swalayan di
kota besar(Ditlin Tanaman Hortikultura, 2008).
Reaksi terhadap bahaya penggunaan pestisida kimia terutama DDT mulai ampak setelah
Rachel Carson menulis buku paling laris yang berjudul Silent Spring tentang pembengkakan
biologi (biological magnification) tahun 1962. Sehingga minimal ada 86 negara melarang
penggunaan DDT, meskipun masih digunakan di beberapa negara berkembang untuk
memberantas nyamuk malaria (Willson and Harold, 1996). Beberapa dampak negatif dari
penggunaan pestisida kimia pada lahan pertanian yang telah diketahui, diantaranya:
mengakibatkan resistensi hama sasaran (Endo et al. 1988; Oka 1995), gejala resurjensi hama
(Armes et al., 1995), terbunuhnya musuh alami (Tengkano et al. 1992), meningkatnya residu
pada hasil, mencemari lingkungan, gangguan kesehatan bagi pengguna (Oka 1995;
23
Schumutterer, 1995), bahkan beberapa pestisida disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena
pemanasan global (global warming) dan penipisan
lapisan ozon (Reynolds, 1997).
Djamin (1985)menyatakan bahwa pemakaian insektisida yang terus menerus akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan, manusia, hewan ternak maupun musuh
alami hama dan serangga yang berguna lainnya. Disamping itu dapat juga menimbulkan
resistensi hama serangga, resurgensi hama, eksplosi hama kedua sehingga kerusakan terhadap
tanaman akan semakin meningkat.
Pemberantasan hama yang tengah diupayakan oleh pemerintah untuk bisa
diterapkan kdi lapangan adalah Hama Berwawasan Lingkungan. Hama Berwawasan
Lingkungan adalah tindakan pengendalian hama yang berdasarkan atau berpedoman kepada
Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu. Penerapan Konsepsi PHT tersebut didorong oleh banyak
faktor yang pada dasarnya adalah dalam rangka penerapan program pembangunan nasional
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Faktor- faktor tersebut adalah :
1. Kegagalan pemberantasan hama secara konvensional. Pemberantasan hama secara
konvensional dengan
pendekatan pada penggunaan pestisida telah terbukti menimbulkan
dampak negatif, antara lain resistensi atau ketahanan hama, srurjensi hama, ledakan hama
sekunder, matinya organisma bukan sasaran (musuh alami, serangga berguna, binatang ternak,
dan lain-lain), residu pada hasil/produk pertanian, keracunan pada manusia, dan pencemaran
lingkungan.
2. Kesadaran tentang kualitas lingkungan hidup.Karena dampak negatif pestisida terhadap
organisma non sasaran dan lingkungan, maka disadari bahwa penggunaan pestisida dalam
pengendalian hama merupakan teknologi pengendalian hama yang bersifat kurang ramah
lingkungan. Dengan adanya kesadaran ini, kemudian muncul kesadaran lebih lanjut bahwa
24
untuk pengendalian hama yang ramah lingkungan perlu dicari alternatif teknologi penggunaan
pestisida yang ramah lingkungan atau teknologi pengendalian lain selain pestisida yang juga
harus ramah lingkungan. Teknologi pengendalian hama yang ramah lingkungan tersebut adalah
PHT.
3. Dampak globalisasi ekonomi. Era globalisasi saat ini telah memunculkan era perdagangan bebas
antar negara, mengakibatkan produk-produk pertanian harus memenuhi persyaratan ekolabeling.
Produk pertanian yang dipasarkan dituntut harus bersifat ramah lingkungan, diantaranya tidak
mengandung residu pestisida. Kondisi ini mengakibatkan penerapan teknologi PHT sebagai
teknologi pengendalian yang ramah lingkungan menjadi salah satu teknologi alternatif yang
dibutuhkan.
4. Kebijakan pemerintah. Era globalisasi mengakibatkan tekanan tekanan dunia internasional
mengenai kelestarian lingkungan menjadi semakin tinggi. Oleh karena itu, maka pemerintah
memberikan dukungan yang sangat besar terhadap penerapan PHT ini. Ini dapat dilihat dengan
dikeluarkannya berbagai kebijakan yang mendukung penerapan PHT dalam sistem produksi
pertanian (Hidayat, 2001).
Telah dilaporkan polusi air yang disebabkan oleh pestisida. Untuk danau-danau di Pulau Bali, yaitu;
Danau Tamblingan dan Buyan terletak di Kabupaten Buleleng, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan dan Danau
Batur di Kabupaten Bangli, juga mengalami polusi (Sandi Adnyana, 2003 cit. Manuaba, 2008). Keempat danau ini
merupakan reservoir air untuk memenuhi kebutuhan air bagi seluruh wilayah Pulau Bali. Di keempat danau ini,
terutama di Danau Buyan telah terjadi peningkatan aktivitas penduduk, khususnya di bidang pertanian. Peningkatan
aktivitas penduduk di sekitar danau mengakibatkan tekanan lingkungan terhadap danaupun meningkat. Berdasarkan
hasil penelitian kualitas air Danau Buyan didapatkan bahwa kualitas airnya memenuhi baku mutu kelas III sesuai
PP. Nomor 82 Tahun 2001. Baku mutu kelas III adalah syarat kualitas air yang digunakan untuk tanaman,
peternakan, dan pemeliharaan ikan air tawar (Tantri Endarini, 2004 cit. Manuaba, 2008).
25
Sifat-sifat kimia, biologi maupun fisika air merupakan indikator kualitas ekosistem di
lingkungan air tersebut. Walaupun cemaran pada air danau berada di bawah nilai ambang batas
yang ditetapkan, namun dapat mengakibatkan cemaran yang tinggi pada biota air termasuk ikan.
Hal ini disebabkan terjadinya bioakumulasi pada biota tersebut sehingga berresiko bila
dikonsumsi (US. EPA., 2000 cit. Manuaba, 2008).
Penggunaan pestisida dalam menopang peningkatan produk pertanian maupun
perkebunan telah banyak membantu untuk meningkatkan produksi pertanian. Namun demikian
penggunaan pestisida ini juga memberikan dampak negatif baik terhadap manusia, biota
maupun lingkungan. Erin, et al. (2001) cit. Manuaba, 2008 mendapatkan bahwa terjadi resiko
kematian janin dua kali lebih besar bagi ibu yang saat kehamilannya berusia 3-8 minggu tinggal
dekat areal pertanian dibandingkan dengan yang tinggal jauh dari daerah pertanian. Penggunaan
herbisida klorofenoksi (yang mengandung 2,4-D) telah terbukti mengakibatkan resiko cacat
bawaan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang bermukin didekat daerah pertanian
(Schreinemachers, 2003 cit. Manuaba, 2008).
Pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pestisida sebagai racun sebenarnya lebih
merugikan dibanding menguntungkan, yaitu dengan munculnya berbagai dampak negatif yang
diakibatkan oleh pestisida tersebut. Karena alasan tersebut, maka dalam penggunaan pestisida
harus memperhatikan hal-hal berikut :
Pestisida hanya digunakan sebagai alternatif terakhir apabila belum ditemukan
cara pengendalian lain yang dapat memberikan hasil yang baik.
2. Apabila terpaksa menggunakan pestisida gunakan pestisida yang mempunyai
daya racun rendah dan bersifat selektif.
3. Apabila terpaksa menggunakan pestisida lakukan secara bijaksana
26